Legenda Pala dari Banda Neira

WARTAHOT – Dalam buku Nathaniels Nutmeg, Giles Milton menuliskan The island can be smelled before it can be seen, kurang lebih maknanya sebagai berikut, Banda dapat tercium wanginya sebelum terlihat pulaunya. Tak terbayangkan betapa luar biasa Banda dengan Pala-nya.

Dalam perdagangan internasional, pala Indonesia dikenal dengan nama Banda nutmeg.  Pala merupakan tanaman rempah asli Indonesia, khususnya Banda dan pulau-pulau Maluku lainnya. Tanaman ini kemudian tersebar ke Pulau Jawa.

Sejak itu, budidaya pala terus meluas hingga Sumatera. Buah itu kini tak lagi “monopoli” orang Banda Naira, setidaknya sudah ada negara Grenada, yang menjadikan pala sebagai salah satu ekspor komoditi mereka.   Pala, yang dalam bahasa latin disebut Myristica Fragrant Houtt, di Cina bernama Loahau, sementara di India disebut Jadikeir. Buahnya bulat sampai lonjong, berwarna hijau kekuning-kuningan. Daging buahnya tebal dan rasanya asam.  Dalam catatan sejarah, Eropa baru mengenal pala pada abad ke-11 melalui para saudagar Arab, meskipun ada dugaan, pala telah dikenal masyarakat Mesir kuno yang digunakan untuk mengawetkan mummi.   Bahkan Negara Cina kurang lebih 600 tahun telah berdagang dan menetap di Banda Naira jauh sebelum Eropa  dan bangsa Arab ada.

Yang paling menguatkan argument itu, adanya peta jalur perdagangan kuno yang membentang dari daratan Cina hingga ke Banda Naira, dikenal dengan istilah “silk route” atau “jalur sutra”.  Bangsa-bangsa dari benua Eropa pada abad pertengahan datang ke Indonesia untuk mendapatkan Pala. Harga biji dan bunga pala saat itu lebih mahal dari harga emas. Pentingnya Pala membuat Belanda sampai menukar Pulau Run di kepulauan Banda, Maluku dengan Pulau Manhattan (New Amsterdam) di Amerika Serikat.

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1667 dalam perjanjian Treaty of Breda. Inggris dan Belanda menandatangani Perjanjian Breda (Treaty of Breda). Belanda memilih menyerahkan Manhattan kepada Inggris dan menukarnya dengan pulau Run. Bagi Belanda ketika itu, Pulau Run lebih penting dibandingkan dengan Manhattan hanya untuk buah pala.  Buah ini digunakan pada masakan daging di negara-negara seperti; Arab, Iran, dan utara India. Di India, garam masala adalah mengandung pala, demikian pula ras el hanout dari Moroko, dan galat dagga dari Tunisia, serta baharat dari Arab Saudi.

Pala biasa kita temukan dalam masakan sehari-hari. Aromanya yang khas membuat rasa masakan lebih tajam. Biasanya bumbu ini dipakai untuk melezatkan masakan berkuah bening, misalnya sup dan juga masakan berkuah santan seperti kari daging.

Yang biasa digunakan sebagai bumbu adalah biji pala yang keras. Buahnya sendiri bisa dimanfaatkan untuk bahan pembuatan minuman atau manisan. Sedangkan selaput pada biji pala yang sering disebut arillus, mace atau fuli, juga bisa dimanfaatkan. Mace tersebut dikeringkan, kemudian digunakan juga sebagai bumbu masakan.

Dalam masakan Eropa, pala dan mace lebih banyak dimanfaatkan untuk membuat kue, kue kering, dan manisan buah. Bubuk pala juga sering dipakai sebagai penambah aroma dalam pembuatan keju.

Beberapa masakan khas Eropa juga ada yang memakai pala. Misalnya masakan tradisional Belanda seperti sup kental, saus, stew buah dan sayuran. Pala juga menambah aroma dalam saus khas APrancis sauce Béchamel atau saus putih. Sedangkan dalam masakan klasik Italia, pala dibubuhkan pada bayam sebagai pendamping menikmati pasta atau bahan isian lasagna. (Gbr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

27 − 24 =