Nurangsih Hasan : Moral Seksualitas

FOKUSATU– Moral adalah hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral pada zaman sekarang mempunyai nilai secara implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral dari sudut pandang yang sempit. Moral adalah sifat dasar yang diajarkan di sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya, tulis Nurangsih S. Hasan, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prodi Pendidikan Umum dan Karakter dalam release nya, Santa (21/01). 

Moral merupakan nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian pada moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat dimana dia berasal.

Moral juga merupakan perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan sesama manusia lain. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai dan tradisi yang berlaku dilingkungan setempat, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral sendiri merupakan produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat.
Sedangkan seksualitas bukan hanya tentang dengan siapa seseorang berhubungan seks atau seberapa sering melakukannya. Seksualitas adalah aspek-aspek terhadap kehidupan manusia terkait faktor biologis, sosial, politik dan budaya, terkait dengan seks dan aktivitas seksual yang mempengaruhi individu dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa konsep seksualitas merupakan suatu yang melekat erat pada manusia dan kemanusiaannya. Artinya seksualitas merupakan suatu realitas manusiawi, sesuatu yang bukan berada di luar nalar manusia dan bukan juga sebagai sesuatu yang hanya merupakan tambahan pada manusia. Tapi kebutuhan yang seharusnya dipenuhi dengan nilai moral.

Moralitas merupakan salah suatu usaha membimbing tindakan seseorang dengan mengguakan akal. Membimbing tindakan dengan akal yakni melakukan sesuatu yang baik menurut akal, dengan memberi bobot yang sama menyangkut kepentingan individu akan terkena tindakan yang diperbuat. Ini merupakan gambaran tindakan pelaku moral yang sadar.

Pelaku moral yang sadar merupakan seseorang yang mempunyai keprihatinan, tanpa pandang  bulu terhadap kepentingan setiap orang yang terkena oleh apa yang dilakukan  beserta implikasinya. Tindakan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang sehat menurut (Rachels, 2004).

Keragaman identitas seks dan gender senantiasa kontroversial dalam masyarakat yang belum dipandang sebagai hak asasi insani. Bahkan identitas seks dan gender malah dilekatkan dengan cap baik-buruknya seseorang. Sejarah seksualitas merupakan sejarah permainan kuasa atas aturan dan perilaku. Seksualitas perempuan diatur, dibatasi dan ditundukkan melalui hegemoni patriarki.

Dengan melestarikan patriarki melalui agama, hukum, pranata sosial dan budaya, hal ini kemudian menjadi indikator baik dan buruknya (moralitas) seseorang maupun sekelompok orang. Moralitas ini terus-menerus direduksi sejalan dengan kepentingan dominasi patriarki, dan menjadi ruang dimana masyarakat berkembang.
Wacana tentang seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang tabu, haram, dan tak seharusnya dilakukan. Akan tetapi, dalam retorika larangan ini, masih banyak orang dari kalangan yang mengkampayekan larangan seksualitas justru ikut menciptakan kekerasan seksual.

Persoalan moral mulai dibawa ke permukaan ketika orang tidak lagi menghargai hubungan seksual sebagai ungkapan cinta kasih yang sejati.Sama seperti itu juga berbicara mengenai seks atau seksualitas dalam pemahaman tradisional merupakan sesuatu yang sangat tabu.

Bahkan dalam kepercayaan tertentu yang berlabel agama seperti halnya di Indonesia, seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang terpisahkan, seperti ungkapan kebanyakan orang seks itu haram, dosa, tidak seharusnya dibicarakan,merusak tatanan moral anak-anak dan masyarakat.

Tapi anehnya akhir-akhir ini banyak kasus kekerasan terhadap perempuan yang beredar di media social predator/pelakunya merupakan pejabat desa dan daerah yang berasal dari instansi yang berbeda pula. orang-orang yang di anggap sebagai publik figur bahkan memiliki nilai moral yang tinggi. Hal ini merupakan realitas yang tidak bisa dinafikan. Menolak kekerasan di media sosial namun menjadi predator di dunia nyata. (Nonsense wrapped in morals) Omong kosong yang dibaluti dengan moral.

Seharusnya moralitas menjadi pegangan kuat dalam ucapan maupun tindakan. Meminjam teorinya Licona pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral harusnya menjadi satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahakan hingga moral yang dipahami bisa menjadi perbuatan, dan perbuatan akan menghasilkan kebiasaan baik dalam hidup seseorang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 + 4 =