Pirac Dan Wahid Foundation Selengarakan Pestival Gempita Di SMAN 4 Depok

FOKUSATU -Kaum muda Depok merayakan keberagaman dan melawan kekerasan,toleransi telah lahir di Kota Depok Jawa Barat. Gerakan, Generasi Muda Pendukung Toleransi dan Anti Kekerasan ( Gempita).

Direktur eksekutip Pirac Nor Hikma selaku penggagas kegiatan ini dalam sambutanya Minggu (25/8)di aula SMAN 4 Kota Depok mengatakan,” Dalam kurun waktu 6 bulan serangkaian sosialisasi dan kegiatan di sekolah-sekolah SMA SMK sederajat sekota Depok. Dan puncaknya hari ini Sabtu (25/8)kaum muda Depok mengelar pestival Gempita, ” jelasnya.

Kegiatan di hadiri oleh Kepalah Cabang II Dinaspendidikan Propinsi Jawa Barat, Syatari SPd. Mpd, Kepalah Dinaspendidikan( Kadis) Kota Depok di Wakili Mulyadi Spd, Ulis dari Wahid Foundation, Sahat Farida dari DPRD Kota Depok, Retno dari KPAI, Ketua MKKS SMAN Umar Spd,DPD KNPI Kota Depok dan para siswa perwakilan SMA sederajat. Kegiatan ini juga di awali dengan tarian- tarian dari berbagai peserta pestipal.
Kepalah Cabang Disdik Prop Jabar wilayah II Syatari Spd. Mpd dalam sambutanya mengatakan,

Saya beri aplose kegiatan ini sangat bagus, ” Bangsa yang berbudaya berkarakter kita dapat pelajari di sekolah, kita sukses karena ada orang lain, tentu dengan kemampuan berbeda, kita agar dapat menahan diri agar karena pada perinsipnya semua manusia punya potensi, ” tegas Ka. Cab Wil II Disdik Prop Jabar ini. 

Di tempat yang sama ketua SMAN 4 kota Depok Umar Spd. MM, dalam sambutanya mengatakan, ” mari kita mencoba mengurangi kegiatan kekerasan di kalangan pendidikan, toleransi itu penting, tidak ada lagi tawuran antar pelajar, juga terimakasih kepada Wahid Foundation yang sudah menunjuk sekolah kami sebagai tempat kegiatan,” Ucap Umar.
Di tempat yang sama Ulis dari Wahid foundation saat pembahasan pestival berujar,lembaga kami didirikan oleh Presiden ke 4 yaitu KH. Abdurahman Wahid atau Gusdur tahun 2002.” dengan tujuan mewujudkan visi Perdamaian Dunia,dengan cara mensosialisasikan Toleransi masyarakat sipil, pemberdayaan para ibu-ibu, kaum muda untuk perdamaian, ” terang Ulis.

Sementara Retno dari Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI), sedikit mengaris bawahi, ” Hindari verbal bentuk kekerasan pada anak, juga dalam bentuk kekerasan pysikis,budaya sytem Junior -Senior di lingkungan sekolah kurang tepat dan cara mendidik anak menjurus ke faham radikal dengan cara berakaian ketika pawai dan seterusnya. ( Rudi. Harahap)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 1 = 1