Pengurus MS3G Ziarah Ke Makam Drs.KH Faisal Kamal Serta Silaturahim ke Ponpes Fathan Mubina Pimpinan DR KH Haeruman MA

FOKUSATU– Pengurus Majelis Silaturahim Sholat Subuh Gabungan antara Ulama, umara serta masyarakat se Kecamatan Jatinegara (MS3G) pada hari Jumat, 02 Juni 2023 selepas sholat jumat melakukan ziarah kubur ke Almagfurlah KH Faisal Kamal selaku salah satu pendiri MS3G dan di lanjutkan dengan bersilaturahim ke KH DR Haeruman MA selaku pimpinan Ponpes Fathan Mubina yang berlokasi di Wilayah Bogor.

Ust Sulaeman, S.Pd.I selaku sekjen MS3G mengatakan, ” Kami bersama pengurus lakukan ziarah ke Almagfurllah KH Faisal Kamal dan istrinya Hj Kuraisyin karena KH Faisal Kamal salah satu pendiri MS3G sudah menorehkan kebaikan dan kebaikan itu Insya Allah akan kami lanjutkan.

Pengurus MS3G yang turut mendampingi sekjen diantaranya ada H Asrofi selaku bendahara MS3G, Ust Satori selaku wakil ketua MS3G,Ust Mulud, Ust Ibnu Mundir, Ust Lukman, Ust Kemet.

Lebih lanjut Ust Suleman mengatakan,”Kebaikan yang di torehkan oleh KH Faisal Kamal akan kami jadikan pelajaran berharga, semoga MS3G kegiatan ke depan nya semakin bermanfaat untuk umat, Aamiin.

Sekilas Ponpes Fathan Mubina

Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren “Fathan Mubina” bernaung di bawah Yayasan Pendidikan dan Ponpes “Fathan Mubina” yang didirikan pada tanggal 31 Mei 1986.

Berawal dari sebuah pengajian rutin bulanan dan pelatihan keagamaan setiap bulan Ramadhan yang diprakarsai oleh Bapak Drs. H. Paisal Kamal (Pendiri) yang berada ditempat kediaman beliau di Jalan Otista Raya No. 448/449 Cawang I, Jakarta Timur.

Namun kegiatan tersebut dianggap kurang efektif, karena dalam pembinaan pendidikan diberikan hanya sebulan sekali, maka timbullah gagasan untuk mendirikan pondok pesantren modern.

Sebagai langkah awal, dicari lokasi yang cocok untuk lingkungan pondok pesantren, setelah melalui perjalanan panjang pencarian lokasi, pada tahun 1985, atas petunjuk Allah SWT jualah di temukan lokasi yang dianggap cukup strategis untuk pendidikan, yaitu di wilayah kabupaten Bogor, tepatnya di Jalan Raya Tapos No. 23 A, Ciawi, seluas kurang lebih 10.000 m2. Dengan melalui proses kepemilikan dan perizinan penggunaan lokasi, mulailah dibangun beberapa gedung sederhana semi permanen untuk sementara, dengan harapan jika telah memperoleh dana yang memadai akan dibangun gedung yang permanen.

Pada tahun 1985 setelah selesai kepengurusan perpindahan hak milik, dibangun 5 ruang lokal yang cukup sederhana (namun masih berdiri sampai detik ini dengan kondisi yang memprihatinkan) untuk dipergunakan sebagai lokal Raudhatul Athfal (Taman Kanak-kanak Islam). Raudhatul Athfal ini hanya bertahan kurang lebih 1 tahun karena minat masyarakat sekitar wilayah saat itu terhadap taman kanak-kanak masih kurang.

Pada tahun ajaran baru 1986-1987 -sambil menunggu proses perizinan pendirian sekolah dan di tengah persaingan di antara sekolah umum yang sudah eksis sebelumnya- Fathan Mubina memulai aktifitas belajar mengajar Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Selanjutnya pada tahun ajaran 1989-1990, lembaga Pondok Pesantren Fathan Mubina mulai aktif.

Kurangnya pemahaman dan minat masyarakat tentang madrasah, tak membuat surut niat kami untuk selalu memperkenalkan madrasah yang sebenarnya lebih pantas menjadi pilihan utama pendidikan putra putri mereka, karena melalui pendidikan di madrasah dengan nuansa kepesantrenan, para siswa lebih memiliki keseimbangan dalam memahami ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum seperti Matematika, IPA, ekonomi dan lain sebagainya. Dalam persepsi mereka, di madrasah hanya dibekali ilmu pengetahuan agama saja sehingga mereka khawatir akan masa depan putra putrinya dalam mencari pekerjaan.

Perjalanan pendidikan yang selama ini diselenggarakan mengantarkan kami pada kesadaran bahwa terdapat tuntutan untuk segera mereformasi pola dan model ke arah yang lebih prospektif dan futuristik. Pada awal tahun 2003, tebersit niat akan membuka kembali pondok pesantren modern yang tentunya dengan manajemen dan sistem yang berbeda dari sebelumnya. Hingga ditetapkanlah tanggal 3 Maret 2003 sebagai hari berdirinya Pondok Pesantren Fathan Mubina Maka, pada tahun ajaran 2004-2005, Yayasan Pembangunan Umat Fathan Mubina membuka pola pendidikan sistem pesantren (boarding school) dan diharapkan para siswa-siswi atau santri dapat dididik secara optimal dengan menfokuskan pada keunggulan komparatif di bidang bahasa Arab dan Inggris, Matematika dan Tahfizh al-Qur`an.

Pengalaman satu tahun dengan hasil yang patut disyukuri, membuat kami lebih berbesar hati. Sambutan masyarakat pun juga meningkat. Ini terbukti dengan penerimaan pendaftaran santri yang terus meningkat sehingga mencapai ± 282 santri pada tahun pelajaran 2007/2008. Dalam praktiknya pun, diterapkan pendidikan dan pembinaan terpisah antara putra dan putri, baik asrama maupun ruang belajarnya. Pada umumnya, pendidikan sistem pesantren terdiri dari santri yang berasal jauh dari lokasi pondok pesantren tersebut, tanpa mengurangi pelayanan kami kepada masyarakat sekitar, kami tetap mempertahankan dan mengembangkan sistem lama yaitu pulang pergi bagi masyarakat di sekitar lokasi pondok pesantren Fathan Mubina yang tidak mau tinggal di asrama.

Siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan keluar untuknya dan memberikan rizki dari cara yang tidak diduga.

Dari sudut strata ekonomi, hampir 90% para peserta didik berasal dari kelas menengah ke bawah –jika tidak boleh dikatakan berasal dari keluarga tidak mampu. Umumnya, para orang tua wali murid berprofesi sebagai petani, buruh bangunan atau buruh pabrik, bahkan tidak sedikit yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Meskipun demikian, kondisi ini tidak menyurutkan langkah kami untuk memberikan segala yang terbaik kepada mereka, baik kelimuan, layanan sarana dan bahkan termasuk pemberian santunan beasiswa khusus bagi santri (siswa yang mau tinggal di asrama) dengan beberapa kriteria yang telah kami tentukan.

Jika kalian menolong agama Allah, maka Dia akan menolong kalian

Saat ini sekitar 90 persen santri Pondok Pesantren Fathan Mubina berasal dari luar kecamatan Ciawi. Mereka berasal dari pelbagai wilayah di Indonesia, baik Jadebotabek maupun luar Jawa seperti Sumatra dan Sulawesi. Sementara siswa pulang pergi (non Asrama) hampir 100 persen adalah putra-putri masyarakat sekitar kecamatan Ciawi, Bogor. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

34 − 26 =