Muchlis Hassan : Benarkah Prabowo Khianati Habib Rizieq

FOKUSATU– Tulisan ini bukan untuk menyanggah apa yang telah di sampaikan Ust. Damai Hari Lubis ataupun membantah tudingan sebagian elemen masyarakat yang merasa kecewa dengan sikap Prabowo, yang pada akhirnya lebih memilih masuk dan bergabung ke dalam pemerintahan Jokowi-Amin. Sehingga Prabowo mendapat cap sebagai pengkhianat.

Pernyataan DHL tersebut disampaikan untuk menjawab pertanyaan dari Prof Rafly Harun, ketika bertanya tentang bagaimana sikap HRS di pilpres 2024 nanti, dan apakah akan kembali mendukung Prabowo Subianto jika Menteri Pertahanan itu ikut mencalonkan diri di Channel YouTube Rafli Harun tersebut.

Dengan panjang lebar advokat senior tersebut menyatakan bahwa dirinya pribadi tidak akan mendukung lagi jika Prabowo ikut pencalonan presiden, ujarnya. Namun semua itu kembali kepada habib Rizieq sendiri, apakah mendukung atau tidak. Untuk pribadi dirinya sendiri DHL tidak akan mendukung lagi, karena sudah kecewa dengan Prabowo. Tentu saja pernyataan DHL tersebut bukanlah pernyataan resmi dari HRS sendiri.

Memang harus kita akui bahwa pilpres 2019 lalu sangat menguras pikiran dan tenaga kita semua, hal tersebut masih sangat membekas di hati kita dan masyarakat pendukung pasangan Prabowo-Sandi. Kita tentu sangat kecewa dengan hasil yang diperoleh, bukan saja karena Prabowo-Sandi kalah, namun akibat ulah KPU yang tidak menunjukan sikap profesionalitas sebagai penyelenggara pemilu.

Namun terkait dengan pernyataan DHL, saya kira pernyataan tersebut sangatlah berlebihan dan sangat tendensius, semestinya sebagai seorang advokat yang sudah malang melintang DHL mampu membaca perihal kasus HRS yang kala itu penuh dengan nuansa politiknya.

DHL juga menyinggung tentang sikap Prabowo yang tidak pernah menjenguk atau menjemput HRS setelah kembali dari Arab Saudi, bahkan DHL juga menyinggung tentang pernyataan Prabowo dalam sebuah kampanye yang akan menjemput HRS di Arab Saudi jika dirinya dan Sandi terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.

Dalam kesempatan yang baik ini, saya hanya ingin memberikan sebuah pandangan dan tanggapan terkait apa yang dikatakan oleh Ustadz DHL, bahwa yang dituduhkannya tidaklah semuanya benar.

Ketika itu, pada saat Al allamah Billah Habib Rizieq masih tinggal di Arab Saudi beliau pernah mengatakan, ada indikasi dan dugaan kuat, bahwa pemerintah Indonesia lah yang melarang dirinya keluar dari negara tersebut. Namun pernyataan HRS telah di bantah oleh Jusuf Kalla (Wapres kala itu). Saat itu Jusuf Kalla mengatakan bahwa pemerintah tidak melarang warga negaranya untuk kembali ke tanah airnya sendiri.

Mahfud MD sebagai Menkopolhukam telah membantah pernyataan dari pihak HRS, bahwa ada permintaan dari pemerintah Indonesia kepada otoritas negara Arab Saudi agar mencekal HRS. “Jadi, begini ya sampai hari ini tidak ada bukti atau indikasi bahwa pemerintah Indonesia mencekal Habib Rizieq,” kata Mahfud (Antara, 12 Nopember 2019).

Mahfud menjelaskan pemerintah tidak mungkin melakukan pencekalan terhadap Rizieq selama hampir 1,5 tahun karena berdasarkan aturan yang berlaku pencekalan hanya bisa dilakukan selama enam bulan.

Oleh karena itu Mahfud MD meminta kepada pengacara HRS agar menyerahkan bukti surat pencekalan dari pemerintah Indonesia tersebut. Namun menurut Mahfud MD yang di serahkan bukanlah surat pencekalan dari RI, melainkan surat larangan keluar dari Negara Arab Saudi dari pemerintah Arab Saudi sendiri. “Kalau ada bukti pemerintah Indonesia yang mencekal bilang ke saya. Nanti saya selesaikan,” kata Mahfud saat itu.

Sebab Mahfud MD jauh sebelumnya sudah mengkonfirmasi serta menanyakan perihal surat larangan kembali HRS kepada Kapolri, Menlu, dan Menkumham. Jawabannya semua sama, ketiga lembaga tersebut tidak pernah mengeluarkan surat apapun terkait larangan kembali untuk HRS.

Jusuf Kalla sewaktu masih menjadi Wakil presiden juga telah menyampaikan hal tersebut, bahwa pemerintah tidak pernah mengeluarkan surat pencekalan atau larangan kembali ke Indonesia untuk HRS. Kalla mengatakan tak mungkin negara menghalang-halangi warganya yang berada di luar negeri untuk kembali ke Tanah Air.

“Enggak (menghalang-halangi), pemerintah silakan saja. Pemerintah tidak berhak melarang warga negara ke tanah air. Mana ada hak pemerintah melarang hak warga negara ke Tanah Air. Enggak ada. Enggak boleh,” ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu ( Kompas. 10/7/2019).

“Selama Anda punya paspor Indonesia, Anda mau keluar dan pulang berhak saja selama Anda tidak dicekal,” lanjut Wapres.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh JK terkait dengan rencana dan upaya rekonsiliasi Jokowi – Prabowo pasca Pilpres 2019. Sebab ada salah satu isi poin dari rekonsiliasi tersebut yang meminta kepada pemerintah untuk segera memulangkan HRS kembali ke Indonesia. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ahmad Muzani, Sekjen Partai Gerindra. bahwa pihaknya meminta kepada pemerintah Indonesia untuk segera memulangkan HRS di salah satu poin kesepakatan rekonsiliasi tersebut.

Kembali terkait pernyataan DHL yang mengatakan, Prabowo telah ingkar janji, karena sebelumnya pada saat kampanye pilpres 2019 mengatakan akan membawa pulang HRS kembali ke tanah air. Namun jangankan membawa pulang HRS, menjemput di bandara saja tidak, bahkan setelah HRS telah berada di kediamannya, belum sekalipun Prabowo menemui HRS, hingga HRS harus mendekam di dalam tahanan.

Terkait dengan apa yang disampaikan oleh DHL adalah sebuah hal yang sangat wajar, dan bisa jadi benar adanya. Bagaimanapun juga setiap orang berhak untuk mengungkapkan rasa kekecewanya, begitupun dengan masyarakat yang lain. Namun apakah benar, PRABOWO telah MENGHIANATI HRS ?..

Sebelum menjawab tudingan DHL tersebut, alangkah baiknya bila kita menengok mundur jauh kebelakang. Masih ingatkah kita dengan kasus yang menimpa seorang TKW Indonesia yang akan dihukum mati oleh pengadilan di Malaysia, yang pada akhirnya dibebaskan dan akhirnya dapat kembali pulang ke Indonesia?…
Siapakah yang saat itu memberikan bantuan hukum saat itu, tentu saja jawabannya hanya satu, Prabowo Subianto. Pertanyaannya…
Kenalkah Prabowo dengan TKW tersebut, TIDAK! lalu apakah TKW tersebut pernah membantu Prabowo, TIDAK…!.
Lalu bagaimana dengan HRS, apakah Prabowo diam saja dengan apa yang terjadi pada HRS, orang yang telah berjuang untuk dirinya di pilpres ? Jadi logikanya begini, Kalau seorang TKI yang tak dia kenal, tidak pernah membantu dirinya, dibantu oleh Prabowo. Apalagi seorang HRS..!

Kadang kala dalam berjuang berbuat baik itu tidak selamanya harus menampakkan diri, adakalanya kita perlu memakai tangan orang lain demi menunaikan janji, meskipun harus menerima caci maki dan hinaan tiada henti. Bagi seorang prajurit sejati, hinaan dan cacian adalah obat semangat dalam berjuang. Prabowo adalah seorang prajurit yang mengerti betul makna sebuah janji. Bagi Prabowo hinaan dan cacian bukan hal yang baru, dituduh sebagai pembunuh sekalipun dia tetap ikhlas.

Ketika menjadi seorang penonton sepakbola tentunya kita hanya bisa berteriak-teriak dari luar lapangan, namun tidak dapat merubah situasi dan kondisi di lapangan. Oleh karena itu untuk merubah jalannya sebuah pertandingan di lapangan, maka jalan terbaik adalah harus menjadi pemain bukan penonton. Walaupun tidak merubah hasil pertandingan, minimal telah memberikan sebuah peluang dan harapan untuk kawan-kawan ke depan.

Seperti ketika Prabowo memberikan tugas kepada Waketum Gerindra bidan Hukum, Sufni Dasco. ( Sekarang Wk. Ketua DPR ), agar menjadi penjamin pembebasan 116 orang yang ditahan pasca kerusuhan di Bawaslu di Polda metro jaya. Sebagian besar dari 116 orang tersebut adalah guru ngaji di wilayah Jakarta Barat dan Tangerang. Mereka ditahan kurang lebih hampir 3 bulan lamanya. Itu juga menjadi salah satu syarat rekonsiliasi yang ditawarkan Prabowo kepada Jokowi.

Saat itu banyak dari keluarga yang ditahan tersebut bersurat langsung kepada Prabowo, meminta agar anak/suami mereka segera dibebaskan. Mereka rata-rata adalah kaum ibu, yang merasa sedih dan pilu karena harus menjalani Hari Raya Idul Fitri tanpa kehadiran sang suami tercinta. Hati mereka hancur, ketika anak-anak mereka menanyakan keberadaan ayah mereka. Alhamdulillah setelah hari Raya Idul Fitri, mereka semua dibebaskan, dan kembali pulang berkumpul bersama keluarga tercinta. Pertanyaannya, Ketika semua itu terjadi, dimana kita berada ?, tentunya kita sedang asyik bermain dengan Facebook, Twitter mencemooh Prabowo, mencaci maki Prabowo, menghujat Prabowo karena telah meninggalkan kita, dan memilih bergabung di dalam pemerintahan Jokowi.

Mengapa HRS harus berada dalam penjara ?. Sejatinya beliau tidak akan menyerahkan diri, jiwa ksatria habib keturunan Arab-Betawi bukan kaleng-kaleng, baginya lebih baik mati mempertahankan harga diri, daripada menyerahkan diri. Namun melihat situasi dan kondisi saat itu, diperlukan sebuah “pengertian” yang dalam dan juga sebuah pemikiran yang matang juga jernih, mengingat situasi pada saat itu tidak baik bagi HRS dan keluarganya.

Selepas terjadinya pembunuhan terhadap pengawal HRS di KM 50, keamanan diri HRS sangatlah penting. Dan tentu saja kita tidak menginginkan apa yang terjadi pada pengawalnya, juga menimpa diri HRS. Meskipun beliau dengan lantang mengatakan tidak akan takut. Namun demi untuk keselamatan HRS dan keluarganya, juga demi perjuangan yang lebih panjang ke depan, jalan terbaik adalah menggunakan otak, bukan otot

Ketika HRS dalam penjara, Mahfud MD dan Prabowo lah orang yang selalu rajin memantau situasi dan kondisi HRS saat itu, dari mulai yang terkecil sampai yang besar semuanya dipantau oleh Mahfud MD dan Prabowo, hingga HRS selesai menjalani masa tahanan dan bebas keluar. Mereka berdua saling berkoordinasi memantau perkembangan HRS di dalam tahanan, agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan. Semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan HRS sendiri, hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya. Maka sangatlah wajar jika masyarakat menilai Prabowo menghianati HRS. Karena baik Mahfud MD ataupun Prabowo sendiri meminta yang seperti itu jangan diungkap depan publik.

HRS adalah seorang ulama besar yang sangat kita hormati dan tentunya mempunyai banyak kolega di pemerintahan, kepolisian dan TNI. Khusus di kepolisan HRS memiliki banyak kawan, dari mulai seorang perwira sampai jenderal bintang dua, begitu juga dengan di TNI. Banyak pejabat negara kita yang mempunyai kedekatan dengan HRS.

Publik juga harus tahu. Bahwa, sebelum kepulangan HRS ke tanah air, telah terjadi sebuah pertemuan antara Wiranto ( Ketua Wantimpres ), Prabowo ( Menhan ) dan Mahfud MD di kantor Menkopolhukam. Wiranto yang waktu itu hadir mengenakan kemeja putih dan berkopiah hitam datang lebih dahulu menemui Mahfud MD, beberapa jam kemudian setelah ketua Wantimpres tersebut pulang, Prabowo datang menemui Mahfud MD. Sampai saat ini hasil dari pertemuan tersebut tidak yang tahu, karena memang dilakukan secara tertutup. Apakah isi dari pertemuan tersebut membahas kepulangan HRS, mungkinkah pertemuan tersebut dilaporkan juga kepada presiden Jokowi ? Hanya mereka bertiga yang tahu !.

Akhir kalam,
Semoga Guru kita Al-Habib Rizieq bin Muhammad Syihab senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT, Di panjangkan umurnya, di sehatkan badannya, dijaga keluarganya, senantiasa selalu dalam kondisi yang baik-baik saja….Aamiiin !

Kita doakan juga kepada para pemimpin-pemimpin kita yang selalu bekerja untuk rakyat agar selalu tetap amanah dan istiqamah dalam mengemban amanah rakyat Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

16 + = 25