HJ Faisal : Masih Mau Dibodohikah Kita oleh Mereka? Toleransi dan Moderasi versi New World Religion

FOKUSATU– Diakui atau tidak, disadari atau tidak, dan diperhatikan atau tidak, dengan semakin banyaknya hembusan pemikiran tentang ‘toleransi’ atau ‘moderasi’ dalam beragama, para ulama kita (baca; umat muslim) sepertinya lebih senang dianggap sebagai ulama dan umat Islam yang demokrat atau ulama yang toleran dengan kemoderatannya, ketimbang dianggap sebagai ulama dan umat pejuang Islam yang kaffah. Kaffah dalam arti berani mengatakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah. Kaffah dalam arti berani mengatakan bahwa yang hitam adalah adalah hitam, dan yang putih adalah putih, sehingga tidak pernah ada daerah abu-abu diantara keduanya.

Dengan alasan demi kemaslahatan bersama, dan agar lebih mengedepankan ‘toleransi’ terhadap umat beragama lain, akhirnya para ulama kita dengan santainya ‘menaruh’ ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits tuntunan Rasulullah Sallalahu’alaihi wassalam tentang tuntunan muamalah yang sebenarnya terhadap umat lain di luar Islam, di belakang pemikiran dan akal mereka.

Inilah hal yang paling ditakutkan oleh Rasulullah Sallalahu’alaihi wassalam tentang fenomena di akhir zaman, selain tentang fenomena kemunculan Dajjal. Fenomena menakutkan tersebut adalah fenomena tentang kebodohan umat Islam dikarenakan kemunculan ulama-ulama su’ atau buruk di tengah-tengah keberadaan umat. Fenomena dimana para ulama yang seharusnya menjadi tauladan umat di dalam kebajikan dan membawa ajaran risalah serta pesan-pesan Rasulullah Sallalahu’alaihi wassalam, menjadi ulama yang membawa ajaran paham-paham buatan kaum barat (baca: elite global Yahudi, Iluminati, Fremason), yaitu demokratisme, sosialisme, marxisme, kapitalisme, komunisme, feminisme, sekulerisme, liberalisme, sehingga menjadi ‘tauladan’ umat di dalam keburukan.

Para ulama dan umat muslim saat ini, tanpa sadar sebenarnya sudah terjebak dengan jeratan paham-paham tersebut di atas. Tanpa menyadarinya, kita umat muslim telah digiring oleh mereka para orientalis Barat pembenci Islam, terutama kaum Yahudi yang sedang membentuk sebuah tatanan dunia barunya (New World Order), untuk mengikuti sebuah paham dan ajaran baru mereka, yaitu satu agama dunia (One World Religion), yaitu sebuah pemahaman tentang bagaimana membentuk sebuah agama yang bersifat universal, yang mempunyai cara ‘beribadah’ yang sama, cara berfikir yang sama, dan tentu saja, tujuan yang sama pula.

Banyak umat Islam dan beragama lain di luar Islam, yang sudah banyak yang masuk dan menjadi jamaah ‘agama’ baru buatan kaum Yahudi, Iluminati dan Freemason tersebut. Mengapa demikian? Karena ‘agama’ baru ini merupakan sebuah agama yang hanya mengakui satu Tuhan (entah Tuhan yang mana), tetapi dalam prakteknya, manusia bebas untuk melakukan segala sesuatunya, meskipun bertentangan dengan nilai-nilai keTuhan-an yang sebenarnya. Kebebasan inilah yang menjadi dayatarik bagi mereka untuk mengikutinya. Kebebasan yang hanya berlandaskan akal dan nafsu semata, yang dibungkus dengan istilah hak asasi manusia.

Basis agama tersebut adalah ‘nilai-nilai toleransi’ dan ‘moderasi’. Artinya manusia dibebaskan untuk melakukan apa saja, asalkan tidak merugikan orang lain. Menurut ‘agama’ ini, kegiatan seorang manusia atau kelompok dibatasi oleh yang namanya hak-hak orang lain juga (inilah yang mereka sebut dengan sikap toleransi), sehingga seharusnya kegiatan-kegiatan tersebut berada di ambang nilai tengah, yaitu hajatnya bisa tercapai, tetapi tidak menganggu kepentingan oang lain (mereka menyebutnya dengan istilah moderasi).

Sehingga dengan demikian, menurut pemikiran mereka kebebasan adalah sesuatu yang bersifat mutlak (Absolute Freedom), sehingga tidak ada masalah jika mereka melakukan kegiatan free sex, percintaan sejenis (homoseksual), mabuk, berjudi, berpikiran sekuler, liberal, feminis, dan kebebasan-kebebasan yang bersifat syaitoniah lainnya, asalkan tidak mengganggu orang lain.

Padahal dalam paktiknya, karena pemikiran mereka yang menganggap bahwa kebebasan adalah sesuatu yang bersifat mutlak tersebut, justru yang terjadi adalah mereka merasa bebas dan senang untuk menghina agama lain, mereka merasa bebas dan senang untuk membinasakan orang lain, mereka merasa bebas dan senang untuk mengekang kebebasan beragama umat lain di luar anggota mereka, serta mengambil keuntungan ekonomi di atas penderitaan umat lain. Hal ini salahsatunya tercermin dari kekejaman yang mereka lakukan terhadap bangsa Palestina, dan bangsa-bangsa miskin lainnya di belahan dunia Asia dan Afrika.

Dengan kata lain, dunia harus tunduk atas pemikiran, kemauan, dan kebebasan mereka, sesuai dengan tatanan dunia baru yang mereka inginkan.

Bahkan mereka mempunyai kegiatan tetap yang dilakukan secara Internasional, yaitu mencuci otak (Brain Washing) para tokoh agama yang sebenarnya (khusunya dari kalangan umat Islam) agar mengikuti cara-cara, pemikiran dan ajaran ‘agama’ mereka tersebut.

Tetapi tentu saja, semua hal-hal jahat tersebut mereka lakukan secara terorganisir, dan dibungkus dengan kegiatan-kegiatan pendidikan dalam dunia akademis, maupun di dalam dunia dakwah mereka. Sehingga semua itu terlihat sangat sopan, elegan, bersih, dan beradab, dan terlihat seperti mengandung kebenaran yang sebenarnya (hakiki). Termasuk dengan ‘nilai kebenaran’ yang terkandung di dalam prinsip ‘toleransi’ dan ‘moderasi’ mereka. Ya, prinsip ‘toleransi’ dan ‘moderasi’ yang mereka gaungkan di dunia Islam saat ini, termasuk juga terhadap umat muslim Indonesia.
Apalagi dengan alasan bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk, yang terdiri dari berbagai macam agama, maka prinsip ‘tolerasi’ dan ‘moderasi’ tersebut langsung dianggap sebuah ‘pencerahan’ yang terbaik.

Bagi pembentuk ajaran New World Religion (baca: elite global kaum Yahudi, Iluminati dan Freemason), cara atau jalan untuk mengajak umat muslim dunia untuk memeluk ‘agama’ mereka, adalah dengan membuat pemahaman yang moderat tentang Islam itu sendiri. Moderat dalam arti hanya menjalankan ajaran Islam scara setengah-setengah, dengan mengambil ajaran yang mudahnya saja, lebih mengikuti aturan pemerintah atau ulama-ulama pendukung pemerintah yang notabene memusuhi Islam secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, daripada mengikuti ajaran-ajaran Allah Ta’alla dan Rasul-Nya, serta tuntunan ulama-ulama Islam yang murni memegang teguh ajaran Islam itu sendiri. Padahal Allah Ta’alla telah memerintahkan hamba-Nya untuk memahami Islam secara kaffah, dan tidak secara setengah-setengah, yaitu memahami akidah, syariah, pemikiran, dan nilai-nilai akhlak di dalam Islam secara keseluruhan (Al Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 256 dan Surah Al-Baqarah ayat 208).

Sekilas Sejarah Elite Global

Elite Global adalah 1% dari 99% orang di dunia yang mampu menguasai dunia melalui politik, ekonomi, sains, teknologi, dan merekayasa dunia pendidikan. Dengan kekayaan yang mereka miliki, saat ini tidak ada yang tak bisa mereka kendalikan.
Akar ideologi yang mereka ikuti, yaitu sekelompok prajurit klasik bernama Knight Templar yang diduga mengikuti aliran sekte penyembah iblis. Knight Templar merupakan sebuah tarekat militer Katolik yang didirikan oleh Hugh De Payens pada 1119. Setelah eksis lebih dari 2 abad, tarekat ini akhirnya dibubarkan pada 1312.

Fakta yang sesungguhnya bahwa Knight Templar dianggap menyimpang dari ajarannya. Dalam penerimaan anggotanya, ‘tarekat’ ini memerintahkan calon anggota untuk melakukan hubungan homoseksual, menyangkali Tuhan, dan juga melakukan ciuman tidak senonoh pada sesama anggotanya. Tarekat ini hidup di kota bernama Yerussalem, yang juga merupakan kota suci bagi beberapa agama.
Setelah dibubarkan, anggota-anggota Knight Templar yang selamat melarikan diri dan tersebar di seluruh Eropa. Sebelumnya mayoritas anggota tarekat ini banyak yang melarikan diri di Skotlandia dan membantu memerdekakan seluruh rakyat Skotlandia yang sedang dijajah oleh Inggris.

Bubarnya Knight Templar menjadi pemicu munculnya kelompok organisasi rahasia (Secret Society) yang bernama Freemason dan Illuminati. Dua kelompok rahasia ini memiliki paham yang hampir sama bahkan dikatakan mirip. Semua orang yang menjadi bagian dari Freemason belum tentu Illuminati, tetapi mayoritas Illuminati adalah Freemason. Dari sinilah Elite Global lahir dan berkembang melalui keluarga dan pentolan-pentolan dari dinasti Rothschild dan Rockefeller.

Semua yang saya bahas di atas memiliki alur cerita yang sangat panjang dari awal terbentuknya sebuah ideologi yang menguasai sistem politik, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan. dan teknologi, bahkan diplomatik antarnegara.

Maka kapitalisme, komunisme, liberalisme, dan paham-paham lainnya tersebut adalah hanya bagian kecil saja dari sebuah masalah yang berawal dari satu sebab di mana ada sekelompok orang/elite yang dapat menguasai dunia tanpa banyak orang yang menyadari bahwa kita selama ini sudah ditipu dan dibohongi oleh segelintir orang tersebut melalui sistem pendidikan di sekolah-sekolah di seluruh dunia, kerapuhan sistem ekonomi (sistem ekonomi gurita), kecurangan sistem politik, dan penipuan (Scamming) sistem pemerintahan (sistem jaring laba-laba).

Istilah Islam Progressif Sebagai Pengganti Istilah Islamophobia

Istilah Islamophobia memang telah dihapuskan oleh dunia barat, dunia yang memang didominasi oleh para pembenci Islam itu sendiri. Bahkan diberikan hari khusus oleh PBB tentang hari tanpa Islamophobia, yaitu setiap tanggal 15 Maret. Penetapan hari tanpa Islamophobia ini juga sejatinya merupakan sebuah strategi bagi kaum Yahudi, Iluminati dan Freemason sebagai pembentuk ajaran New World Religion, agar terlihat bahwa mereka sangat toleran dengan Islam dan umat muslim. Dengan demikian, dunia akan lebih percaya dengan ‘agama’ buatan Yahudi, Iluminati dan Freemason tersebut dibandingkan dengan agama Islam yang digambarkan oleh mereka sebagai agama penindas, penuh dengan perang dan kekerasan, intoleran, bodoh, dan terbelakang secara ekonomi dan politik.

Bahkan tanpa ragu, istilah Islamophobia kini mereka ganti dengan istilah Islam yang Progressif (Progressive Islam). Mereka mencoba untuk ‘memperbaiki’ Islam dan umatnya. Mereka ingin ‘menjadikan’ Islam lebih baik, dengan mengedepankan nilai-nilai ‘toleransi’ dan ‘moderasi’ buatan mereka, yang terlihat lebih benar, lebih meyakinkan, dan lebih diterima oleh seluruh umat manusia.

Dengan demikian, banyak mayoritas umat Islam di dunia, khususnya umat Islam di Indonesia dan para ulamanya, yang notabene menghadapi banyak keragaman agama di Indonesia, yang lebih tertarik mengikuti ajaran ‘toleransi’ dan ‘moderasi’ buatan mereka, dibandingkan dengan ajaran toleransi buatan Islam itu sendiri, yaitu diantaranya seperti yang termaktub di dalam Surah Al Kafirun dan piagam Madinah Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam.

Bahkan secara jelas, di dalam piagam Madinah, Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam telah berhasil membentuk dan menjalankan prinsip-prinsip toleransi yang sesungguhnya, yang sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri, yaitu prinsip Al-ikhâ’ yang berarti persaudaraan, Al- Musâwâh yang berarti persamaan, Al tasâmuh yang berarti toleransi, Al-Tasyâwur yang berarti musyawarah, Al-Ta’âwun yang berarti tolong menolong, dan Al-Adâlah yang berarti keadilan.

Sedangkan sejatinya, ajaran ‘toleransi’ dan ‘moderasi’ buatan New World Religion Yahudi, Iluminati dan Freemason tersebut justru mereka gunakan untuk tujuan mengekang kebebasan beragama umat Islam itu sendiri. Umat Islam dibuat ragu dengan kebenaran yang jelas-jelas berasal dari Islam itu sendiri, sehingga umat Islam justru merasa dibuat bersalah ketika menjalankan kebenaran yang datangnya dari sumber yang maha benar, yaitu Al Qur’an dan Hadits Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam.

Segala macam kebohongan tentang ‘toleransi’ dan ‘moderasi’ yang datangnya dari kaum elite global Yahudi, Iluminati, dan Freemason tersebut perlahan kini mulai dipercaya oleh masyarakat dunia, termasuk umat muslim Indonesia, dan akhirnya terbentuk menjadi sebuah ‘kebenaran’. Ya, sebuah ‘kebenaran’ yang sangat dihormati dan dijunjung tinggi oleh mereka, tanpa melihat apa, oleh siapa, dan untuk tujuan apa ‘kebenaran’ itu dibuat.

Semoga umat muslim Indonesia yang masih memegang teguh kebenaran hakiki yang datangnya dari Allah Ta’alla dan Rasul-Nya, tidak dengan mudah percaya dengan segala argumen dari ‘kebenaran-kebenaran’ dhaif tersebut. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

Selamat menjalan ibadah puasa di hari yang ke-16 di bulan suci Ramadhan 1444 H. Semoga Allah Ta’alla memberikan ridho dan berkah-Nya di malam Nuzulul Qur’an ini untuk kita semua. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

Wallahu’allam bisshowab

Jakarta, 7 April 2023/ 16 Ramadhan 1444 H

H. J. Faisal, Pemerhati Pendidikan/ Sekolah Pascasarjana UIKA, Bogor/ Waketum PJMI/ Anggota PB Al Washliyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

92 − 88 =