MUCHLIS HASAN : ANOMALI PARTAI POLITIK

FOKUSATU– Partai politik memiliki kedudukan penting dalam konstitusi. Salah satu fungsi dari partai politik adalah melakukan pendidikan politik. Namun parpol belum melaksanakan pendidikan politik secara maksimal baik kepada masyarakat maupun internal partai.

Parpol memiliki tiga fungsi, yaitu menyiapkan kader untuk kepemimpinan nasional baik di legislatif maupun eksekutif, menyalurkan aspirasi masyarakat, dan melakukan pendidikan politik.

Pendidikan politik kepada internal parpol. Kaderisasi kepemimpinan dalam partai politik adalah hal yang sangat penting demi keberlangsungan eksistensi sebuah partai politik agar kedepannya dapat menciptakan kader-kader yang siap tampil dan memimpin.

Namun pada kenyataanya sampai saat ini masih banyak partai politik yang belum dapat menjalankan sistem kepemimpinan pada kadernya, maka tak mengherankan jika ada partai politik mencalonkan kader partai lain untuk maju pada setiap Pemilukada.

Kaderisasi dalam partai politik saat ini baru bersifat asal rame seperti pengerahan massa di setiap acara partai, semestinya partai politik mewajibkan kader partainya untuk maju di dalam kontestasi politik, untuk menjaga Marwah partai.

Munculnya tokoh-tokoh politik non partai seperti, Ridwan Kamil, Erick Thohir dan Anies Baswedan adalah contoh kegagalan partai politik dalam kaderisasi, parpol tidak mampu menciptakan dan menyiapkan kader-kader yang siap bertarung dan memimpin.
Ridwan Kamil yang telah melabuhkan langkah politiknya bersama partai Golkar perlu kita apresiasi, mengingat proses terciptanya suksesi kepemimpinan kepala daerah dan nasional hanya bisa dilakukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Dari sini kita bisa melihat bahwa Golkar ingin kadernya merasa bangga.

Baru-baru ini tersiar kabar bahwa ada sejumlah partai politik ingin membawa Gibran Rakabuming ke Pilgub Jakarta, padahal Gibran sendiri adalah kader partai lain, inikan jadi lucu, meskipun di dalam
ruang demokrasi hal seperti itu bukanlah barang yang baru, dan sah sah saja dilakukan. Namun tentunya akan menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat, lalu apa gunanya mendirikan partai politik? Memangnya mereka tidak punya kader ?

Saya sepakat dengan yang dikatakan oleh Megawati, bahwa PDIP pantang mencalonkan kader partai lain, karena di PDIP sendiri tidak kekurangan kader yang potensial dan siap bertanding. Sudah semestinya setiap partai mencontoh apa yang dilakukan oleh PDIP, soal kalah menang dalam sebuah pertandingan adalah hal yang sudah biasa. Namun bagi kader yang telah dicalonkan oleh partainya akan menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi dirinya dan partai.
Maka sangat wajar jika dalam kurun waktu belakangan ini banyak kader PDIP yang menjadi kepala daerah.

Jika kita melihat gagalnya pendidikan politik dan belum maksimalnya pengkaderan dalam tubuh parpol sat ini bisa disebabkan oleh dua faktor. pertama, parpol sibuk dengan persoalannya sendiri (masalah internal). Kedua, parpol hanya mengejar kekuasaan. Ketika tujuan utama parpol mengejar kekuasaan, maka upaya kaderisasi dalam tubuh parpol akan tersendat, bisa juga tidak ada sama sekali.

Jangan sampai terdengar lagi kalimat ” Gak pernah besarkan Partai, Gak pernah pasang spanduk partai, tiba-tiba dicalonkan jadi Walikota, dicalonkan Gubernur, ingin jadi Presiden. Mau pake pasal apa…..?

Wassalam
PANGERAN OPINI JALANAN (MH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 89 = 95