Agustiani Ayu W : Menjadikan Dongeng Sebagai Daya Tarik

FOKUSATU-Hari itu ramai sekali. Akhir pekan yang biasanya tidak terdengar riuh, gelak tawa anak-anak seolah menambah keceriaan bagi tetangga sekitar.

Sabtu lalu, tanggal 11 Desember 2021 Rumah Baca Dhiyaan aktif kembali. Di tempat ini anak-anak tidak hanya dapat membaca tapi juga berkreasi dan bermain.

Rumah baca Dhiyaan adalah taman baca masyarakat di bilangan Cileungsi, Bogor. Tepatnya berada di Perumahan Metland Cileungsi. Rumah baca ini terbentuk sejak Maret 2018.

Dengan memanfaatkan garasi sebagai perpustakaan ala rumahan, Rumah Baca Dhiyaan berhasil menjadi alternatif kunjungan bagi warga sekitar kala weekend tiba.

Rumah baca Dhiyaan buka hampir setiap hari (09.00-11.00). Aneka kegiatan digelar setiap Sabtu pagi. Di dua tahun pertama berdirinya, rumah baca ini selalu mengadakan kegiatan bagi anak-anak di akhir pekan. Kegiatan tersebut antara lain crafting dari benda tak terpakai, cooking, dan percobaan sederhana seperti membuat lilin dari minyak jelantah dan gunung meletus.

Disamping menyediakan buku bacaan, Rumah baca Dhiyaan juga menyediakan beberapa jenis mainan seperti lego, balok-balokan, puzzle, uno bricks, masak-masakan, dan masih banyak lagi.

Anak-anak diperbolehkan membaca dan bermain dengan syarat mereka harus merapikan kembali buku dan mainan ke tempatnya. Bagi anak yang berusia lebih besar boleh membaca buku ensiklopedi dan buku untuk anak Sekolah Dasar.

Namun, menurut Bapak Dyto dan Ibu Ayu, pemilik Rumah Baca Dhiyaan,
semenjak pandemi rumah baca yang dikelolanya terasa sepi. Apalagi jika kegiatannya hanya membaca saja. Terlebih lagi sebagian anak sudah memulai pembelajaran tatap muka. Di akhir pekan, hanya 2 atau 3 orang anak yang datang untuk membaca.

Oleh karena itulah, Rumah Baca Dhiyaan kembali mengaktifkan diri dengan mengadakan kegiatan bersama Kak Kak Agus Fatah (Kak Agus). Beliau adalah pendongeng dari Komunitas Moslem Story Tellers yang sangat mencintai dunia anak. Hari itu ia bercerita tentang sekawanan hewan yang ingin datang ke perpustakaan (Rumah Baca Dhiyaan).

Anak-anak yang datang, adalah mereka yang tinggal disekitar komplek perumahan Metland Cileungsi. Ada 9 orang anak yang hadir. Sebelum mendengar cerita dari Kak Agus, anak-anak dikondisikan untuk membaca buku terlebih dahulu.

Dengan peralatan “tempurnya” yakni ransel berisi aneka boneka tangan, Kak Agus mulai memperkenalkan sahabatnya satu persatu.
Diawali dari si katak yang ia keluarkan dari ranselnya, tapi tidak keseluruhan. hanya kaki si katak saja. Kak Agus meminta anak-anak menebak apa gerangan si kaki hijau panjang yang ia julurkan dari dalam tas. Sebagian anak ada yang menjawab monyet, burung, dan kucing. Demikian seterusnya hingga semua boneka di ransel Kak Agus berhasil ditebak oleh anak-anak.

Kemudian Kak Agus memulai ceritanya tentang seekor tikus yang terlambat datang ke Rumah Baca Dhiyaan. Sayangnya, si Tikus belum mandi, sehingga Kak Agus meminta tikus untuk mandi dulu sebelum datang ke Rumah Baca Dhiyaan.

Anak-anak hari itu gembira sekali. Karena pertama kalinya mereka mendengarkan dongeng fabel di Rumah Baca Dhiyaan.

“Mendongeng adalah salah satu pintu masuk bagi anak-anak untuk gemar membaca”, demikian ungkap Kak Agus yang kini aktif dalam gerakan literasi bersama Forum Indonesia Menulis dalam program Guru Motivator Literasi.

Keceriaan Kak Agus berhasil menghibur anak-anak. Semoga hal ini dapat menjadi daya tarik anak-anak sekitar untuk semakin giat membaca dan menjadikan taman bacaan sebagai alternatif pencari informasi terdekat dan termudah.

” Kemampuan membaca itu sebuah rahmat, kegemaran membaca itu sebuah kebahagiaan ”

Oleh : Agustiani Ayu Widyastuti (Pengelola Rumah Baca Dhiyaan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 + 1 =