Ajinatha : Ide Menulis Seperti Tahu Bulat

FOKUSATU-Ya memang seperti tahu bulat yang digoreng dadakan. Ide itu bisa muncul seketika, dan seketika itu pula digoreng menjadi tulisan. Saya tidak bilang itu sebagai inspirasi, karena prosesnya tidak dicari.

Seperti juga tulisan ini, begitu menyalakan rokok sebatang, karena mata belum juga ngantuk, maka langsung dituliskan seperti halnya tahu bulat yang digoreng dadakan.

Dalam mendesain cover juga begitu, saya hanya memulainya dengan menyiapkan format ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu saya langsung menuangkan ilustrasi yang mendukung judul tulisan.

Inspirasi itu bagian dari proses menulis, saat kita memulai untuk menulis. Inspirasi adalah ilham yang muncul dalam proses menulis, bukanlah disaat sebelum menulis.

Memang konon kabarnya, dalam proses penciptaan sebuah karya diawali dengan pencarian inspirasi. Bagi saya tidak demikian, inspirasi itu mendukung saat kita sudah memulai proses penciptaan.

Memperkuat motivasi untuk menulis itu jauh lebih penting ketimbang mendewakan inspirasi. Sebuah kata-kata bijak yang saya serap dan terapkan dalam hidup saya:

“Kamu tidak harus menjadi yang terbesar, terkaya, paling terkenal, paling keren, tercepat, paling cerdas untuk menonjol – kamu hanya harus menjadi berbeda.”

Kata-kata ini sangat membangun kesadaran kita agar menjadi diri sendiri. Ketika kita mengikuti atau menjadi pengikut orang lain, maka kita tidak akan pernah menjadi diri sendiri.

Ini sangat penting dalam proses menjadi seorang penulis. Hampir rerata penulis terkenal mempunyai style/gaya penulisan yang berbeda dengan penulis lainnya.

Itulah kenapa saya sangat suka dengan metode menulis yang saya miliki sendiri, saya tidak pernah mau tergantung dengan yang namannya inspirasi.

Dalam kondisi yang penuh keterbatasan kadang kreativitas menulis muncul begitu saja. Sehingga ide apa pun yang muncul bisa digoreng sedemikian rupa menjadi tulisan yang enak dibaca.

Pengaruh dari orang lain yang kita butuhkan adalah semangatnya, bukan cara dia menulis, atau teori dia menulis. Cara menulis dan teori menulis itu bisa kita dapatkan karena terus menulis.

Jangan sampai ketika pembaca membaca artikel kita, dia merasa seperti membaca artikel yang ditulis oleh penulis yang dikenalnya, sehingga dia seakan-akan bukan membaca tulisan kita.

Menurut Stephen King, “Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya
ia belum menjadi dirinya sendiri”.

Jadi jelas ya, untuk menjadi penulis itu kita harus menjadi diri sendiri. Artinya yang boleh kita tiru itu hanya semangat dan motivasinya dalam menulis.

Lebih ekstrim lagi apa yang dikatakan Kuntowijoyo tentang penulis, “Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis”. –

Tidak ada pilihan lain untuk menjadi penulis, karena bisa disebut penulis ialah seseorang yang berkarya dengan menulis. Kalau menulis harus menunggu inspirasi dulu, maka tidak akan menulis jadinya.

Sangat simple, apa pun yang terpikirkan langsung saja ditulis. Dengan demikian selanjutnya akan terus mengalir, dan bahkan ide tersebut terus berkembang. Tahu bulat yang digoreng dadakan aja enak kok, tulisan juga begitu, asal tahu caranya.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

51 + = 56