Yudhi Kurnia : Menyoal Rencana Pelaksanaan PTM Terbatas

FOKUSATU-Memasuki tahun pembelajaran baru 2021/2022 dunia pendidikan seolah mendapatkan angin segar terkait pelaksanaan pembelajaran selama pandemi. Jika hampir satu setengah tahun terakhir ini semua aktifitas berjalan di rumah atau istilahnya pembelajaran jarak jauh, maka pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan segera akan melaksanakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas. Hal ini didasarkan pada dampak-dampak yang ditimbulkan dari pembelajaran daring yang selama satu setengah tahun terakhir ini. Jika tidak dicari solusi atas laporan-laporan pelaksanaan pembelajaran selama PJJ, maka pembelajaran yang dilaksanakan tidak akan efektif.

Menurut kajian dari Kementrian Pendidikan yang didasarkan pada berbagai laporan yang masuk terdapat banyak kendala dalam pelaksanaan kegiatan Pembelajaran Daring selama ini. Beberapa diantaranya adalah meningkatnya kadar kebosanan siswa terutama pembelajaran secara Video Conference hal ini lebih dikarenakan pembelajaran dilaksanakan cenderung statis, konektivitas jaringan yang tidak reliabel, ketiadaan perangkat gawai dari sisi peserta didik. Permasalahan tersebut ternyata menjadi penyebab terjadinya masalah psikososial peserta didik. Beberapa diantaranya adalah munculnya rasa bosan, depressi karena tidak bertemu teman dan guru secara langsung.

Bagi guru, kebijakan baru atas rencana ini merupakan sebuah lompatan segaligus menjawab segala gundah yang selama ini dirasakan. Sebetulnya, kegiatan PJJ selama ini kalangan bagi pihak sekolah, baik itu guru dan stackholder yang lainnya juga mengalami dampak yang kurang bagus jika tidak segera dicarikan win-win solution, solusi yang bisa mengakomodir bagaimana pembelajaran bisa dilaksanakan kembali efektif dan juga upaya dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19 bisa terus dilaksanakan.

Sekolah seperti yang kita ketahui bersama pada saat wabah Covid-19 begitu masif menyerang telah melakukan langkah antisipatif dengan menutup kegiatan pembelajaran secara tatap muka di sekolah. Meskipun telah menutup di awal-awal pandemi, akan tetapi tidak serta merta membuka aktifitasnya di awal juga. Sekolah masih kalah cepat untuk membuka aktifitas tatap muka jika dibandingkan sektor lain yang sudah menerapkan aktifitas kenormalan baru terlebih dahulu. Banyak pertimbangan yang dilakukan, mengingat dunia pendidikan sedikit rentan karena berkaitan dengan para generasi bangsa. Hal ini sebagai sebuah upaya juga untuk mencegah semakin masifnya penularan Covid-19 di dunia pendidikan.

Sebagai guru saya sangat menyambut baik upaya yang tengah di rancang, bahkan sudah disampaikan oleh Menteri Pendidikan kita. Sekolah didorong untuk segera melakukan tatap muka guna menjawab semua keresahan yang dirasakan semua kalangan pendidikan. Akan tetapi, terdapat syarat dan ketentuan yang harus dilakukan dan dipatuhi.

Menurut data saat ini sudah ada 25% sekolah yang menjalankan PTM Terbatas, kegiatanpun hanya dibatasi sampai kapasitas 50% dengan ketiadaan kegiatan luar kelas, ekskul, tidak ada kantin, semua peserta didik diwajibkan langsung pulang selepas kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Tentunya segala hal yang berkaitan dengan protokol Kesehatan selama pandem wajib untuk dipatuhi. Memasuki PTM Terbatas saat ini menurut informasi hanya dilakukan untuk satu sekolah per satu kecamatan. Kemudian saat dalam perjalanan kegiatan terjadi keterpaparan baik itu dari sisi siswa atau guru maka kegiatan PTM terbatas pun kembali ditutup.

Peran Orang Tua
Kaitan dengan PTM terbatas ini, maka keputusan apakah peserta didik boleh mengikuti atau tidak ada hal tersebut bergantung dari orang tua masing-masing peserta didik. Jika ternyata orang tua tidak mengizinkan anaknya untuk mengikuti kegiatan PTM terbatas yang dilaksanakan karena berbagai macam kekhawatiran maka peserta didik tidak bisa mengikuti. Meskipun segala persiapan dari sekolah sudah dilakukan. Dengan demikian, pihak sekolah wajib untuk mempersiapkan konsep pembelajaran yang mengakomodir pembelajaran secara tatap muka terbatas dan juga secara daring (online).

Sekolah wajib menyiapkan KBM dengan sistem yang berbeda yaitu dengan model daring yang selama ini masih dilakukan dan secara offline atau dengan tatap muka di kelas. Kedua persiapan tersebut harus bisa dilakukan mengingat sekolah belum membuka PTM secara penuh.

Hanya menurut informasi terkhusus di Kota Bandung, bahwa kegiatan PTM terbatas ini hanya baru bisa dilaksanakan oleh satu sekolah per satu Kecamatan. Hal ini mengingat masih dalam rangka uji coba atau pilot project, tentunya sekolah yang nantinya mendapatkan amanah untuk bisa memulai PTM terbatas tersebut telah melalui proses panjang persiapan-persiapan yang berkaitan bukan hanya tentang protokol kesehatannya, infrastruktur, namun dengan kesiapan personil baik itu guru, karyawan dan pimpinan sekolah yang bersangkutan. Juga, semua stackholder yang terlibat dalam aktifitas sekolah tersebut harus sudah tervaksinasi sebanyak dua kali.

Untuk itu, bagi sekolah yang masih belum bisa melaksanakan kegiatan PTM terbatas karena kurang memenuhi syarat masih diharuskan untuk melaksanakan kegiatan KBM secara online. Hanya saja persiapan dari KBM daring ini pun wajib untuk terus dipersiapkan dengan tidak lupa terus melakukan evaluasi kegiatannya secara kontinyu. Jangan sampai kegiatan daring akan berpengaruh terhadap perilaku dan kesehatan para peserta didik.

Khusus bagi teman-teman guru semua, mari kita bersama untuk senantiasa menjaga asa dan semangat kita semua. Guru tidak boleh menyerah dan putus asa, harus selalu memompa spirit diri agar bisa memberikan yang terbaik untuk pendidikan di Indonesia. Insya Allah tidak pernah ada yang sia-sia dari setiap amal kebaikan yang pernah ditunaikan. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 65 = 68