Agus Fatah : Mewariskan Mata Uang Universal Pada Generasi Milenial (Serial Generasi Strawberry Bagian 3)

FOKUSATU-Dahulu ada seorang tukang kebun yang diamanahi tugas menjaga kebun dan tanaman yang ada di dalamnya oleh seorang majikan. Di kebun tersebut ditanam berbagai jenis tanaman buah seperti, anggur, delima dan kurma.

Suatu hari sang majikan meminta si tukang kebun memetik buah delima di kebun tersebut. Tukang kebun itu kemudian memetik buah delima dan menyerahkannya kepada majikanmya.

Sang majikan kemudian memakan delima tersebut. Ternyata delima itu asem. Lalu sang majikan meminta tukang kebunnya memetik kembali buah delima. Sayang sekali delima yang dipetik masih asem, dan sang majikan meminta si tukang kebun memetik delima kembali. Lagi-lagi delima yang dipetik tetap asem, bahkan kecut rasanya.

Dengan marah, sang majikan berkata:
“kamu bagaimana sih sudah lama bekerja disini, memilih delima yang manis saja tidak becus”

“Maafkan saya tuan, saya memang belum bisa membedakan mana delima yang manis dan asam, karena selama bekerja disini saya belum pernah mencicipi buah delima”, ujar si tukang kebun menjelaskan.

“Kok bisa?”, tanya sang majikan.

“Sebab saya tidak akan pernah makan buah dari kebun ini sampai saya benar-benar mengetahui kehalalannya ,” jawab si tukang kebun.

“Kenapa begitu?” tanya majikannya lagi.

“Karena tuan hanya menyuruh saya menjaga kebun ini, bukan mencicipi rasa buah yang ada di dalamnya,” jawab si tukang kebun.

Sang majikan terkesima dengan jawaban jujur si tukang kebun tersebut. Beliau berpikir ini bukan tukang kebun biasa, baiklah akan aku tanyakan soal lain kepadanya,

” Bolehkah aku bertanya hal lain kepadamu,” tanya sang majikan.

“tentu saja tuan, silakan” jawab si tukang kebun.

“Menurutmu, siapa yang pantas menikahi putriku?,” tanya sang majikan.

“Orang Yahudi menikahi karena harta, sementara orang Nashrani menikahi karena keelokan paras. Dan ummat ini menikahi karena agama, ” jawab si tukang kebun.

Sang majikan kembali dibuat takjub dengan ucapan si tukang kebun itu. Kemudian ia menemui istrinya dan berkata :

“Tidak ada yang lebih pantas untuk putri kita selain Mubarak, tukang kebun kita”.

Mubarak, tukang kebun yang jujur itu kemudian menikahi putri majikannya dan sang majikan yang telah menjadi mertuanya memberinya harta yang melimpah.

Dikemudian hari istri Mubarak melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah bin Mubarak: seorang ulama ahli hadits dan terkenal kezuhudannya, yang merupakan hasil pernikahan terbaik kala itu. Sampai-sampai Fudail bin Iyah berkata :
“Demi pemilik Ka’bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang menyamai Abdullah bin Mubarak”.

Subhanallah, kejujuran si tukang kebun ini telah mengantarkannya memperoleh keberkahan dalam hidup dan dikaruniai Allah SWT anak yang sholeh.

Si tukang kebun ini telah mewarisi mata uang universal kepada putranya, sehingga putranya menjadi seorang ulama yang wara. Mata uang universal itu bernama: KEJUJURAN .

Mari kita wariskan mata uang universal (kejujuran) yang berlaku dimana saja kepada generasi milenial agar mereka bisa sukses didunia dan akherat kelak. Aamiin..(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 3 = 7