Agus Fatah : Hancurkan Kekuatan Literasi, Lalu Kuasai

FOKUSATU-Kekuatan sumber daya Insani sebuah negeri salah satunya ditentukan oleh kekuatan budaya literasi (baca- tulis) generasi itu sendiri.

Lihat negara-negara maju seperti Finlandia, Amerika, Singapura bahkan Malaysia adalah negara dengan capaian indeks literasi tinggi.

Puncak kejayaan sebuah peradaban pun ditandai dengan pencapaian literasi tertingginya (lihat kejayaan Islam di Irak dan Spanyol). Begitu juga, keterpurukan dan keterjajahan sebuah negeri ditandai dengan hancur dan hilangnya budaya dan warisan kekayaan literasi.

Dahulu para penjajah disamping menggunakan taktik adu domba (divide et impera) untuk menguasai nusantara, mereka pun menggunakan taktik membakar habis kekayaan literasi negeri ini, berupa manuskrip dan buku-buku buah karya para ulama untuk melumpuhkan semangat perjuangan mereka dan memutus mata rantai ketersambungan generasi muda nusantara dengan salah satu sumber kekuatan yang mereka miliki: kekuatan literasi yang menyimpan kekuatan akidah dan spirit perjuangan.

Lihat apa yang dilakukan Belanda, Inggris dan Portugis untuk melemahkan dan meruntuhkan aqidah umat islam. Mereka membakar warisan literasi karya para ulama berupa manuskrip, kitab-kitab dan sejenisnya. Bukan hanya membakar bahkan Belanda dan Inggris mencuri karya intelektual ulama ulama nusantara berupa kitab-kitab yang bernilai tinggi.

Hari ini ada 261 naskah dan manuskrip ulama dari Minangkabau (Sumatera Barat) yang disimpan di Belanda, tepatnya di Universitas Lieden dan 102 naskah di Inggris.

Hilang dan musnahnya karya literasi para pendahulu negeri ini (ulama) membuat kita kehilangan kepercayaan diri akan besarnya negeri ini. Demikianlah liciknya para penjajah menjarah kekayaan warisan bersejarah negara kita tercinta. Ini fakta sejarah tak terbantah.

Sejarah mencatat, hancurnya negeri ini karena hilang dan musnahnya budaya beserta karya literasi para pendahulu negeri ini (ulama). Maka salah satu cara yang harus ditempuh oleh bangsa ini agar bisa bangkit dari kebodohan, keterpurukan dan rasa tidak percaya diri adalah menghidupkan kembali budaya literasi: menghidupkan budaya membaca, menulis dan meneliti kekayaan literasi karya para pendahulu negeri ini : ulama.

Karya literasi para ulama tersebut merekam dahsyatnya kekuatan ajaran Islam yang menjadi motor penggerak perjuangan, mereka menulisnya demi menjaga akidah ummat dan tersebarnya ajaran Islam ke penjuru Nusantara, bahkan dunia.

Mari hidupkan kembali budaya literasi pada generasi ini sejak dini, agar negeri ini tidak terjajah kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 + 5 =