Majapahit Peradaban Luhur Yang Tinggal Kenangan

WARTAHOT – Negarakertagama (Nag.K.75, 2) serta Arjuna Wijaya (Arj. 30, 1d-2b) menyebutkan bahwa Majapahit memiliki tiga pejabat negara yang mengurusi agama.
Majapahit adalah desa kecil dibelantara hutan Tarik yang dibangun oleh Raden Wijaya. Namanya diambil dari buah Maja” yang banyak tumbuh di hutan itu. Majapahit berubah besar dan menjadi kerajaan seiring runtuhnya kerajaan Singhasari.
Tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293, tercatat sebagai tanda lahirnya Kerajaan Majapahit. Selain itu bersamaan pula dengan penobatan Raden Wijaya sebagai raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Kerajaan ini berkembang dan mencapai puncak kemaharajaan raya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk beserta mahapatih Gadjah Mada. Dalam Kakawin Negarakertagama, puncak kebesaran Majapahit terlihat dari luas wilayah yang meliputi Sumatera, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit mengalami pasang surut akibat perebutan tahta di kalangan keluarga raja hingga akhirnya runtuh pada abad ke-15 M.
Majapahit memiliki peradaban yang gemilang. Dan itu tercermin dari kemajuan ekonomi, religi, teknologi, arsitektur, seni dan budaya, termasuk kemajuan tata kotanya. Cermin kebesaran Majapahit tampak dari kemahirannya mengelola pertanian. Sebagai negeri agraris, pemerintahannya telah mempersiapkan tata kelola air yang modern.
Majapahit pernah mengalami surplus beras. Tentunya, itu bisa dicapai karena pengetahuan teknologi pertanian, seperti sistem pengairan, sudah sangat maju.  Dalam kitab Pararaton, di Trowulan terdapat waduk-waduk penampungan air, seperti kolam Segaran, balong Dawa, balong Bunder dan waduk Kumitir.
Dari prasasti yang ditemukan di wilayah Trowulan yang jumlahnya mencapai sekitar 50 buah, sebagian besar menyebutkan tentang pertanian dan irigasi. Antara lain prasasti Jayasong (1350 M), prasasti Trawulan (1358 M), prasasti Trailokyapuri (1486 M), dan beberapa prasasti lain.
Bukti kejayaan Majapahit juga dapat terlihat dari keragaman Religiusitasnya, buktinya terdapat banyak bangunan candi. Baik candi Siwa (Hindu) maupun candi Budha yang semuanya dibangun dari bata merah tutur Aris, salah satu juru kunci Candi Brahu.
Yang  menarik, bahwa polarisasi wilayah candi tersebut dibagi dua; candi-candi Budha berada di wilayah utara, seperti candi Brahu, candi Gentong serta candi Tengah. Dan Hindu di sebelah selatan, seperti candi Tikus, candi Bajang Ratu, juga candi Menakjinggo. Namun begitu, bangunan-bangunan keagamaan itu didirikan tak saling berjauhan.
Negarakertagama (Nag.K.75, 2) serta Arjuna Wijaya (Arj. 30, 1d-2b) menyebutkan bahwa di Kerajaan Majapahit memiliki tiga pejabat negara yang mengurusi agama. Dharmadyaksa Kasewan yang mengurusi agama Siwa, Dharmadyaksa Kasogatan yang mengurusi agama Budha, dan Menteri Herhaji yang mengurusi aliran Karsyan (resi).
Kerukunan beragama inilah oleh Tantular ditulis dalam Sutasoma yang berbunyi  Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Darma Mangrua, meskipun berbeda agama tetapi tetap satu. Dari simbol pernyataan itulah Majapahit mampu mencapai puncak kejayaannya. (gbr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 1 = 1