Agus Fatah : Manusia Paripurna

FOKUSATU– Manusia adalah makhluk paling sempurn yang Allah ciptakan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kesempurnaannya itulah yang kemudian Allah SWT mengamanahkan kepada manusia untuk menjadi khalifatullah fii Al-Ardhi (wakil Allah di bumi). 

Manusia diberikan Allah SWT qolbu, mata dan telinga, jika ia mampu mengelola qolbu, mata dan telinga sesuai kehendak Allah maka Allah menempatkan manusia mencapai derajat tertinggi di sisiNya.

Tapi manusia juga bisa menjadi makhluk paling rendah dan paling buruk dihadapan Allah SWT sebagaimana Allah berfirman :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS: Al-A’raf : 179)

Manusia bisa tergelincir ke lembah kehinaan jika ia tidak menggunakan qolbu, mata dan telinganya sesuai dengan kehendak Allah serta mempertuhan materi sehingga lupa pada Allah Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki (Ar-Rozzaq).

Manusia sering kali berjuang mati-matian demi hal-hal yang bersifat duniawiyyah (harta dan tahta) tapi enggan berjuang pada hal-hal yang bersifat ukhrowiyyah (infaq, zakat ibadah).

Jika hidup hanya demi mengejar dimensi duniawiyyah (harta dan tahta), kemudian melupakan dimensi ukhrowiyyah (infaq, zakat dan ibadah) maka sesungguhnya manusia telah kehilangan jati dirinya sebagai makhluk terbaik.

Coba baca riwayat hidup para ulama, orang-orang sholeh, sahabat Rasul dan para Nabi, mereka adalah orang-orang yang mampu mengelola qolbu, mata, telinga dan tidak tunduk pada segala hal yang berbentuk materi (harta dan tahta).

Ada sebagian dari mereka yang memilih miskin demi menjaga kualitas dirinya (taqwa), dan ada sebagian lainnya yang Allah taqdirkan kaya dan berkuasa namun tetap bertaqwa : mampu menjaga dirinya dari sifat rakus pada dunia.

Mari belajar dari mereka agar kita tidak kehilangan jati diri sebagai manusia paripurna yang bertaqwa sesuai yang diharapkan Allah SWT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

75 − 65 =