Bang Azis : Rowahan Kaum Betawi

FOKUSATU– Kaum Betawi memiliki identitas yang lekat dengan islam yakni memiliki semangat spiritual yang tinggi (religius), semangat keagamaan secara turun temurun itu kemudian menjadi adat dan tradisi bagi kaum betawi.

Berikut beberapa tradisi kaum betawi ketika memasuki atau menyambut datangnya bulan suci romadhan. Kesibukan atau kegembiraan kaum betawi sangat kental terlihat ketika memasuki bulan sya’ban atau biasa disebut oleh orang betawi dengan sebutan bulan rowah.

Disebut bulan rowah karena pada bulan tersebut banyak doa-doa yang dikirim untuk ruh (arwah). Maka kemudian saya mencoba merunutkan rangkaian dibulan rowah bagi kaum Betawi, yang kemudian saya menyebutnya sebagai Rowahan.

Rowahan adalah tradisi yang diselenggarakan oleh masyarakat betawi sebulan sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tradisi Rowahan yang dilakukan di bulan Sya’ban (Rowah) tersebut bertujuan untuk mempersiapkan dan memantapkan diri memasuki Romadhan.

Rowahan berisi aktifitas mengirim doa untuk orang tua, karib kerabat yang sudah meninggal, menyambangi sanak sodara dengan membawa hadiah atau biasa disebut nyorog dan diakhiri dengan ziarah kubur (nyekar).

Berikut runutan Rowahan kaum betawi :

Pertama, Rowahan Diawali dengan mengadakan malam nisfu sya’ban.

Malam yang diyakini penuh dengan kemuliaan, ampunan dan keberkahan. Karenanya pada malam tersebut masjid, mushola dan majelis-majelis kaum betawi diramaikan dengan masyarakat yang secara berjamaah membaca surah yasin sebanyak tiga kali, masing-masing membawa air putih dari rumah sambil berharap masa depan lebih baik, panjang umur dalam ketaatan kepada Allah, mendapat rizqi yang halal dan berkah serta berharap dikuatkan dan ditetapkan iman islam hingga akhir hayatnya.

Kedua, Nyorog adalah tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini berupa kegiatan membagikan berbagai bingkisan, seperti bahan makanan mentah, gula, susu, kopi, ikan bandeng dan daging kerbau kepada sanak keluarga. Ketiga, ziarah kubur.

Biasanya dilaksanakan menjelang romadhan beberapa hari lagi, paling ramai biasanya menjelang sehari sebelum puasa romadhan.

Kaum Betawi ziarah kubur untuk mendoakan orang tua atau sanak sodara yang telah mendahuluinya. Itulah uraian singkat Rowahan Kaum Betawi.

Tradisi kaum Betawi ini terus terjaga meski Jakarta sudah mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat. Satu diantara tradisi ini tetap lestari adalah karena kaum Betawi menjadikan tradisi dan ajaran agama terpadu dengan kuat.

Demikian tegas Bang Azis Khafia dalam sebuah obrolan Rowahan di Yayasan Maksum Al Khair Jakarta selatan selasa malam.(07/03) . 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 40 = 43