Agus Fatah : Betis Atau Ranting Dan Cara Rasulullah Menangani Kasus Bullying

FOKUSATU-Masalah bullying (kekerasan fisik dan verbal) yang saat ini marak terjadi di rumah, sekolah dan lingkungan, sungguh sangat mengkhawatirkan, apalagi jika pelakunya adalah para kaum terpelajar : Mahasiswa dan pelajar. Apa jadinya masa depan generasi mendatang, jika mereka menjadi pelaku, korban dan penonton dari adegan bullying yang membuat orang tua dan para pendidik pusing tujuh keliling mencarikan solusinya.

Kalau kita menengok sejarah bullying sejak awal keberadaan manusia di dunia, ternyata perilaku bullying memang telah ada sejak zaman Nabi Adam. Salah satu anak Nabi Adam yang bernama Qabil diperdaya Iblis bermulut manis berhati bengis untuk membully bahkan membunuh adiknya yang bernama Habil. Qabil tercatat dalam sejarah sebagai pelaku kekerasan (bullying) dan pembunuhan pertama di muka bumi.

Sebagian besar Nabi pun, kecuali Nabi Sulaiman, adalah pihak yang tidak lepas dari perilaku bullying ummat yang dibinanya. Coba lihat kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Musa, Nabi Isa bahkan Nabi Muhammad tak lepas dari perilaku bullying kaum kafir Quraisy.

Menariknya, para Nabi ini adalah pribadi-pribadi tangguh yang tak goyah keyakinannya, tak jatuh mentalnya ketika dibully ummatnya, mereka memiliki kecerdasan ketahan-malangan (adversity intellegence) yang luar biasa (ulul azmi).

Dari catatan sejarah tersebut, dapat disimpulkan, bahwa para Nabi adalah korban kekerasan (bullying) yang Allah beri kekuatan untuk tidak kalah dan menyerah. Sedangkan Iblis dan bala tentaranya adalah aktivis bullying yang terus menyebar virus kepada manusia berhati binatang untuk mengekornya agar konsisten membully orang-orang sholeh hingga hari akhir. Sementara Rasulullah dan para pengikutnya hingga hari kiamat adalah kelompok yang menentang perilaku bullying.

Bullying adalah perilaku jahiliyah yang coba dikikis habis oleh Rasulullah bersama sahabatnya. Dari catatan perjalanan hidup Rasulullah dan sahabatnya, banyak ditemukan kisah heroik pembelaan Rasulullah dan para sahabatnya dalam mencegah perilaku bullying (fahsya wal munkar).

Kita bisa melihat catatan sejarah bagaimana Rasulullah memproklamirkan diri dan risalah yang dibawanya sebagai pembela kaum lemah (mustad’afiin), pembebas perbudakan dan pelecehan terhadap kaum hawa dan anak perempuan.

Bagaimana cara Rasulullah mencegah kekerasan (bullying) yang menimpa para sahabatnya?. Ada banyak pernyataan (hadits) Rasulullah terkait mencegah dan melarang bullying serta cara Rasulullah menangani kasus bullying yang menimpa para sahabatnya. Kisah berikut ini adalah salah satunya.

Suatu hari salah seorang sahabat Nabi yang memiliki suara merdu dalam membaca Al-Quran namun bertubuh kecil dan kurus bernama Abdullah Ibnu Mas’ud sedang memanjat pohon. Ia hendak mengambil ranting yang akan dijadikan siwak oleh Rasulullah. Ketika Abdullah Ibnu Mas’ud berada diatas pohon, Tiba-tiba angin bertiup kencang. Angin itu membuat jubah yang menutupi kaki Abdullah Ibnu Mas’ud tersingkap. Saat Abdullah Ibnu Mas’ud sedang menutup kembali jubahnya, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa.

“Ha ha ha… Lihat! Betis Abdullah kecil seperti ranting! Ha ha ha…”

Mendengar perkataan orang itu, Abdullah Ibnu Mas’ud merasa sangat sedih dan malu.

Di saat itulah, Abdullah Ibnu Mas’ud melihat Rasulullah datang menghampiri orang-orang yang menertawakannya.

“Apa yang kalian tertawakan?, ketahuilah timbangan pahala salah satu betis Abdullah Ibnu Mas’ud lebih berat dibandingkan gunung Uhud, ” Sabda Rasulullah.

Abdullah Ibnu Mas’ud yang tadinya sedih, segera tersenyum bahagia mendengar perkataan Rasulullah. Sejak hari itu, ia bertekad tidak akan pernah malu lagi dengan keadaannya. Ia tak peduli walau seluruh dunia menertawakannya, sebab, keridhoan Allah dan Rasulullah sudah cukup baginya.

Dari kisah tersebut, dapat dipetik beberapa kesimpulan antara lain:

Pertama, membully adalah perilaku yang sangat menyakitkan bagi korbannya. Kedua, korban bullying wajib ditolong, dibela, didampingi dan diterima curhatannya. Ketiga Rasulullah adalah pembela, penolong dan pendamping korban bullying (kita patut mencontoh Rasulullah).
Keempat, para pelaku bullying harus disadarkan bahwa perbuatan mereka sangat menyakitkan dan tidak boleh dilanjutkan.
Kelima, korban bullying harus memiliki ketahanan mental dan yakin bahwa ia memiliki keistimewaan yang membuatnya special dimata Allah SWT, seperti Abdullah bin Mas’ud.

Oleh : Agus Salim Fatah
(Pembina Kesiswaan SDIT Misbahussudur Citayam Bogor)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 7 = 3