Agus Fatah : Guru Pejuang, Pejuang Guru

FOKUSATU-Tahun 1999 saya diajak berjuang di dunia pendidikan oleh Ust. Dedi Martoni. Beliau mengajak saya mengajar di sebuah sekolah yang baru berdiri di daerah Ciangsana, Gunung Putri Bogor. Saya tentu tidak sendiri berjuang disekolah tersebut, ada beberapa teman terlibat di dalamnya termasuk seorang kepala sekolah berpengalaman yang ditugaskan Ust. Dedi Martoni untuk membimbing kami para guru pemula yang memiliki semangat baja (pantang pulang sebelum display kelas dipasang)

Kepala sekolah tersebut membimbing kami dari nol, seperti pertamina saat isi bensin. Kami para guru pemula hanya punya modal nekat dan tekad bahwa kami harus bisa mengajar di kelas secara berkelas.

Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, bulan berganti tahun, tak terasa kami lalui, eh terasa banget deh, soalnya kami sering lembur apalagi menjelang open house, nafas kami bisa ngos-ngos…

Alhamdulillah berkat bimbingan, motivasi dan teladan dari kepala sekolah berpengalaman berwajah tampan dan senang membaca quran ini, semua proses pengajaran dan pembelajaran dapat kami lalui. Berkat pertolongan Allah, kerja keras, cerdas dan ikhlas kepala sekolah dan team, kami mendapatkan apresiasi dari wali murid. Mereka puas dengan kinerja kepala sekolah dan team.

Bapak kepala sekolah ini adalah guru sejati, baginya tugas sebagai kepala sekolah hanyalah tugas tambahan, beliau dengan tekun membimbing kami bagaimana menangani siswa, mengelola kelas dan berkomunikasi dengan orang tua. Dengan tangan dingin namun hati yang hangat dan penuh semangat, beliau mendampingi kami agar menjadi guru-guru hebat walau gaji kadang datang terlambat, ups!

Bersamanya kami merasa nyaman aman dari gangguan syetan, karena beliau selalu mengingatkan kami agar istiqomah menjaga diri bukan dengan ucapan, tapi teladan. Beliau rajin sholat dhuha dan puasa.
Bersamanya, beratnya tugas bisa kami tunaikan tuntas, meski fisik lemas, karena hingga malam jam sebelas kadang kami masih sibuk menyiapkan pembelajaran di kelas.

Beliau adalah type guru Umar Bakrie, bersepeda dari rumah ke sekolah sejauh 30 Km lebih ia lakoni. Fisiknya kuat meski tak mengkonsumsi suplemen yang sedang tren, hanya madu yang ia konsumsi selalu. Siapa guru yang mampu melakukannya hari ini? Jika ada yang sanggup, mungkin sampai di sekolah sudah gugup, mengajar pun sudah tak sanggup.

Beliau adalah kepala sekolah proguru, baginya hak-hak guru harus diperjuangkan, meski ia bisa menjadi korban. Pernah beliau dengan berat hati meninggalkan sebuah sekolah, karena sudah tidak sejalan dengan pengelola. Saya dan beberapa teman yang waktu itu masih ingin terus belajar bersamanya, akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejaknya : hijrah.

Disekolah baru, yang terletak di Jakarta selatan kami memulai kembali perjuangan, hingga sekolah itu berkembang dan mejadi rujukan.

Suatu hari beliau mendapatkan amanah menjadi konsultan untuk sebuah sekolah yang akan didirikan. Kesempatan tersebut tidak beliau sia-siakan dan saya pun turut dilibatkan. Tentu saya senang karena ini juga berarti kesempatan bagi saya dan beliau untuk mewujudkan sekolah impian yang selama ini sering kami diskusikan di berbagai kesempatan.

Alhamdulillah, biidznillah sekolah yang beliau bidani tumbuh sehat, berkembang pesat dan mendapat tempat dihati ummat. Terakhir, kami mendapatkan informasi bahwa sekolah yang pernah dibinanya itu meraih penghargaan dari sebuah organisasi di Jepang sebagai sekolah yang mampu menghadirkan model pembelajaran inovatif ditengah wabah covid.

Tahun 2004, saya memutuskan untuk tidak bersamanya lagi mengurus sekolah. Saya hijrah, mencoba menggeluti profesi lain, walaupun akhirnya saya kembali ke sekolah untuk mengajar, karena saya merasa masih “kurang ajar”. Saya perlu belajar kembali menata diri, mencari yang lebih berarti dalam hidup ini.

Lama tak dapat kabar tentang beliau, sekalinya dapat kabar, ternyata beliau sedang sakit. Doa kami panjatkan untuk kesembuhan beliau, tapi taqdir berkata lain:

“Inna lillahi wa inna ilahi roojiuun… telah berpulang kehadirat Ilahi, guru kami, Bapak Wawan Fahmi.

Selamat jalan Kak Fahmi (begitu kami memanggil beliau), sang guru sejati, guru pejuang, pejuang guru. Kami bersaksi insya Allah, antum husnul khotimah, karena kak Fahmi orang baik, semua orang yang mengenalmu sepakat hal itu

” Karakter menonjol beliau itu,
teliti, dedikatif, rendah hati, Persisten kalau mengerjakan sesuatu (mencoba selalu sampai tuntas).” demikian ungkap Redy Syahrir Akbar, salah seorang sahabat almarhum.

Sementara itu salah seorang sahabat almarhum di sekolah Citra Alam Ciganjur, Kak Khoir mengatakan :

” Ketika saya bertanya, sampai kapan kak Wawan Fahmi akan mengajar?, almarhum menjawab, sampai ajal tiba”

Ya Allah, ampuni guru kami, Bapak Wawan Fahmi, tempatkan ia ditempat yang mulia. Kuatkan keluarga yang ditinggalkannya. Alfaatihah…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 28 = 30