ABAH ASLUK : PERTUMBUHAN EKONOMI DI MASA PANDEMI

FOKUSATU-Tidak terbayangkan kalau ternyata masalah covid-19 dapat melahirkan sejuta cerita duka, bagaimana tidak jika aktivitas pencarian nafkah tiba-tiba dihentikan oleh kebijakan PSBB/ PPKM yang berkepanjangan entah sampai kapan akan selesai.

Meski pemerintah memberi kepedulian melalui BANSOS namun tanpa bermaksud merendahkan, rupanya BANSOS yang diteteskan pada masyarakat yang kahausan itu sungguh tidak seberapa, masih jauh dapat menutupi kebutuhan hidup Si Miskin.

Namun ironinya ditengah masa serba sulit seperti yang dirasakan oleh umumnya masyarakat saat ini, tiba-tiba pemerintah dengan tanpa sungkan-sungkan dan berbangga diri mengumumkan soal presentase pertumbuhan ekonomi yang katanya cukup membanggakan. Sangatlah wajar kalau banyak menuai kritik, sebab bagi orang-orang yang paham soal rumus pertumbuhan ekonomi rasanya seperti tersambar petir disiang bolong.

Lepas dari soal itu, khususnya bagi saya selaku rakyat biasa hanya bisa menilai bahwa apapun yang dikatakan pemerintah semua itu adalah haknya. Lagi pula sangat tidak mungkin pemerintah akan melucuti citranya sendiri. Kita kan sama-sama tahu, masalah ekonomi bagi pemerintah sangat lah esensial. Artinya bagi pemerintah penting untuk menjaga kredibilitas meski resikonya harus banyak menerima cibiran.

Selebihnya, konon katanya berkat kebijakan PPKM masalah covid-19 sudah melandai dapat bisa diatasi, apa kah artinya..?, artinya di masa serba sulit seperti yang kita rasakan sekarang ini ternyata pemerintah mampu melakukan dua aktivitas dalam waktu yang bersamaan, yaitu “Dapat menyelam dan sekaligus bisa terbang”. benar-benar diluar nalar.

Saya paham, pencitraan bagi pemerintah sangatlah penting. Namun sudah sewajarnya jika pemerintah bisa “Membaca & Mengukur” sasaran tembak pencitraan tersebut. kenapa demikian..? karena masalah pertumbuhan ekonomi 7,07% yang diumumkan pemerintah itu samsasekali bukan suatu berita yang menggembirakan, namun malah sebaliknya “teramat menyakitkan”, terutama bagi umumnya masyarakat yang benar-benar merasakan betapa serba sulitnya hidup di masa sekarang ini.

Sejujurnya, Nuklir pencitraan yang diledakan pemerintah itu samasekali tidak memilki “makom atau objeknya”, sungguh sia-sia serta jauh mengena pada sasaran, namun justru menjadi “Bumerang” semakin memperpuruk citra pemerintah itu sendiri.

Memang benar umumnya masyarakat tidak paham tentang “angka Presentase Pertumbuhan Ekonomi” sebagaimana yang sering diumumnkan pemerintah. Namun ingat, karena masyarakat makhluk yang memilki Akal dan Perasaan (Manusia). Maka “Laboratorium” bagi masyarakat menguji masalah baik dan atau buruknya kondisi ekonomi itu ukurannya bukan “Angka tapi Rasa”. Dan saat ini masyarakat bukan sedang merasakan manisnya pohon tebu melainkan sedang menelan betapa pahitnya rasa batrawali.

Atas nama rakyat biasa saya ingin mengingatkan; bahwa gejolak sosial yang terjadi saat ini ibaratnya penyakit “Abses yang denyutnya terus semakin mengencang, mengangkut nanah bercampur darah”, yang suatu saat dapat meledak dan mustahil bisa dibendung oleh kekuatan apapun.

Ingat, Karena sekuat apapun tenaga kekuasaan mustahil akan mampu mengalahkan kekuatan fitrah manusia yang sifatnya selalu menuntut ingin MERDEKA bebas dari berbagai macam tekanan yang bersifat Irasional yang menyalahi Aturan-aturan Hidup. fitrah tersebut sengaja dicetak Sang Pencipta HIdup yang berfungsi sebagai alat penghalau berbagai tekanan dari “Tangan-tangan Jahil” yang bisa merusak seluruh tatanan hidup para makhluk.
Rumusnya, ibarat sebuah balon yang berisi udara yang mengambang diatas permukaan air, lalu si balon itu ditekan “Tangan Jahil” supaya tenggelam sedalam mungkin. Insya Allah pada “Titik Kulminasinya” dipastikan si balon akan berbalik menekan karena memang fitrahnya selalu menuntut iingin muncul kepermukaan (Mengambang), dan insya Allah akhirnya pasti suatu saat si “Tangan Jahil” akan kelelahan & kehabisan tenaga.

Contoh real. sekuat apapun pemerintahan Afganistan yang di Back Up Amerika (NATO), mamun akhirnya Taliban mampu mengusir presiden Ashraf Ghani dan seluruh para pendukungnya hingga kabur tunggang langgang daripada harus menerima resiko dipenggal. Kasus seperti demikian sering terjadi dalam cerita kehidupan berbangsa bernegara yang berlandaskan sistem materialisme.

Maka dari itu saya rasa penting bagi kita semua untuk sama-sama memanjatkan Do’a: “Semoga Tuhan Penguasa Langit Dan Bumi memberkati kita semua, dan semoga Dia menjadikan kita bangsa yang benar-benar paham tentang Hukum-hukum Hidup hingga kita semua bisa selamat hidup di dunia dan akhirat”.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 8 = 2