Abah Asluk : Tidak Ada Bangsa Yang Merdeka

FOKUSATU-Bismillahi Arrohmani Arrohimi

Merdeka dambaan setiap insan. Dan sebagai bangsa, kita pun sering mengatakan bahwa “kita sudah merdeka”. benarkah kita sudah menjadi manusia-manusia merdeka..? Sejujurnya dan sesunggunya sampai saat ini di-Negara manapun tidak ada bangsa yang telah merdeka. Karena kemerdekaan manusia itu seharusnya terbebasnya diri dari belenggu perbudakan yang tercipta oleh sistem materialisme yang dalam perakteknya selalu bersipat monopolistik

Secara de jure, Negara memang memiki terminologi dan ASAS masing-masing terkait klaim kemerdekaannya. Amerika misalnya “The Right To Live, Liberty And Persuit Of Happiness”. Negara kita pun sama yaitu Pancasila. Namun jauh berbeda dalam faktanya, karena semua Negara prinsipnya menterapkan sistem yang sama yaitu sistem monopolistik sebagai implementasi dari idiologi materialisme.

Artinya, sejuta impian surgawi tiap-tiap bangsa yang digantungkan pada asas negaranya itu sesunggunya hanyalah fatamorgana belaka.

fakta, sekarang semua bangsa sedang terbelenggu oleh praktek-praktek perbudakan sebagai pengejawantahan dari sistem materialisme yang dianut oleh semua Negara dipenjuru bumi dewasa ini. Akibatnya kemerdekaan menjadi nonsense karena monopolisme merupakan perbuatan yang total menegasikan soal keadilan, baik keadilan ekonomi, hukum serta keadilan keadilan soasial lainya.

Namun Jika ingin mendapatkan jawaban yang lebih jelas apakah kita sudah merdeka atau tidak, coba cermati dan rasakan tentang nasib manusia dalam soal ekonomi dan Bagaimna sikap negara mengelola ekonomi.

Sebelumnya mohon dipahami, Jika perhatian saya fokus pada soal ekonomi. tidak berarti saya buta soal tupoksi pemimpin negara pada hal lainya. Saya tahu peresis tugas pemimpin Negara itu tentu tidak hanya mengurusi soal ekomomi saja ..

Aktivitas Ekonomi Bagi Negara tidak ubahnya ibarat pergerakan darah dalam tubuh manusia. Sehingga jika sampai ada penyempitan pembuluh darah yang diakibatkan salah pola makan serta gaya hidup para pemimpin Negara, maka suplai oksigen pada jantung menjadi berkurang, akibatnya bernafas tersa sesak dan terpaksa kepala pun wajib diserang rasa sakit yang sangat berat. Persis pusingnya para pemimpin Negara ketika merasakan buruknya aktivitas ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Karena ekonomi bagi para pemimpin Negara adalah soal yang paling Esensial, dengan kata lain meskipun ekonomi hanya satu bagian namun ia adalah bagian inti

Ekonomi atau Materi bagi para pemimpin Negara mutlak dianggap nyawa. Sehingga kalau tanpa materi (APBN) para pemimpin negara pasti tidak akan bisa berbuat apa pun sebab semua program negara hanya bisa berjalan dengan adanya biaya.

Maka jangan heran, kenapa sampai terjadi perang dagang antara Negara China dan Amerika..? Jawabanya, kedua Negara hakikatnya sedang mempertahankan nyawa-nya masing-masing. Sekaligus indikasi kuat bahwa saat ini kondisi perekonomian dunia sedang dalam bayang-bayang kehancuran juga bukti nyata kegagalan para pemimpin Negara dalam mengatur kehidupan umat manusia.

Kejadian kejadian Ironis seperti hal di atas sesungguhNya dalam pengamatan awam serta dugaan sebelumnya sesuatu yang tidak perlu terjadi. Siapa sangka karena permodalan sudah lebih dari cukup. Bukanya semua materi sudah dikuasai sebagaimana bunyi pasal 33 ayat 3 yang tercantum dalam UUD 45 misalnya di negara kita. Menandakan bahwa segudang kewenangan memonopolisasi barang dan jasa itu telah, sedang dan akan diberlakukan dengan kerat. tapi kegagalan tetap terjadi dan ajaibnya sampai-sampai sedikitpun tidak menjadi bahan renungan mereka

Sepintas menurut pikirannya, dengan memonopoli masyarakat semua persoalan akan terjawab. tapi faktanya dengan bergulirnya waktu yang cukup panjang eksistensi para penguasa semakin terlihat dalam kondisi sekarat sempoyongan. Mereka tidak sadar bahwa sistem materialisme monopolisme itu bukan saja telah menciptakan perbudakan tapi sekaligus menciptakan kesenjangan. Dan Itulah akar masalah yang menjadi penyebab kacaunya ekonomi dunia saat ini.

Kesenjangan, saat ini bukan saja yang kaya makin kuat dan yang miskin makin lemah. tapi senjang, si kaya makin sedikit sementra yang miskin makin membeludak.

Dari 7 (tujuh) milliar penduduk dunia, jumlah orang-orang terkaya hanya sebatas ribuan orang atau mingkin hanya ratusan. Artinya kekayaan semesta hanya dikuasai segelintir orang. Dan itu terjadi akibat terkondisikan oleh praktek-praktek monopolisasi ekonomi yang dilakukan negara serta praktek-praktek monopoli yang dilakukan para kapitalis yang dilegitimasi dan difasilitasi Negara.

Akibatnya kemerdekaan berekonomi bagi masyarakat menjadi hilang, ruang-ruang bisnis semakin sempit, psikologi manusia menjadi rusak Hidup serba pesimis, skeptis dalam melakukan niaga. akibatnya tindak kriminal masif diberbagai kehidupan. Dan semua tindak kriminal itu adalah bentuk perlawanan manusia pada aturan-aturan yang faktanya memang sangat memberatkan. Dengan kata lain bahwa semua kekacauan yang terjadi dalam kehidupan umat manusia sekarang ini adalah blunder dari perbuatan para pemimpin semua Negara

Bagi awam bisa saja menerima kalau masalah bencana semisal pandemi covid-19 dijadikan kambing hitam atas buruknya perekonomian global sekarang ini. Sebab secara kasatmata alasan itu seolah bisa diterima secara realistis. Tapi kalau dicermati lebih dalam maka akan muncul suatu pertanyaan. kenapa semua negara nyaris kolaps ketika diserang virus corona..? Bukankah itu artinya imunitas fiskal Negara sebenarnya kropos serta imunitas kesejahteraan masyarakat memang parah sehingga sangat mudah terserang penyakit.

Dapat kita simpulkan bahwa buruknya perekonomian global sekarang ini sama sekali buka karena virus corona tapi merupakan konsekwensi dari suatu kebodohan para pengusa dan sekaligus sebagai tanda-tanda tentang akan beakhirnya cerita sistem MATERIALISME MONPOLISME di awal abad 21 ini.

Orang buta memang tidak bisa melihat ragamnya warna. Tapi jangan dianggap orang buta tidak pekak dalam meraba rasa. Ketika para pemimpin Negara senantiasa mengklaim apa yang diperbuatnya selalu benar. Sementara semua yang diproteskan rakyat selalu dipandang salah. Membuat orang buta jadi bertanya, benarkah buruknya perekonomian dunia sekarang ini akibat perbuatan rakyat..?

Orang buta pun dapat merasakan bahwa ambisi para pemimpin semua negara itu selalu ingin menjadi yang terkaya dan yang terkuat. Namun dalam mencapainya mereka menggunakan cara cara yang sangat minus memperdulikan norma dan etika. Karena Hal itu adalah watak asli pembawaan dari sistem materialisme yang senantiasa berprinsip wajib mengeksploitasi dan atau memonopoli demi mencapai ambisinya meski sesungguhnya sampai kapanpun mustahil dapat tercapai.

“Orang buta memang tidak bisa melihat ragamnya warna. Tapi jangan dianggap orang buta tidak pekak dalam meraba rasa”

Banyak orang yang berpendapat bahwa perang adalah jalan terakhir. Namun Pertanyaannya; benarkah perang itu sebuah jalan atau suatu jurang..?

Perang bukan jalan alternative melainkan titik kebuntuan nalar dalam bernegosiasi. Pendek kata perang adalah perang yang sarat tertanam rasa dendam serta kebencian. Yang menang tertawa diatas penderitaan bangsa lain, sementara yang kalah wajib menerima penderitaan atas sikap kekejaman bangsa lain.

Apakah sosok-sosok pemimpin pengobar perang seperti itulah yang harus kita idolakan sebagai manusia..? Serta apakah kehidupan seperti sekarang inilah yang kita impi-impikan ? itulah pertanyaan-pertanyaan orang buta yang hidupnya senantiasa berputar melingkar dialam kegelapan demi kegelapan dengan hanya mengandalkan kepekaan rasa dan logika sebagai cahaya.

Ketika logika si buta bertanya pada para PSK; kenapa anda melakukan hal itu? jawabnya singkat “terpaksa”. Lalu logika si buta bertanya pada para pelaku begal, copet, curanmor serta para pelaku kriminal murahan lainnya; kenapa anda melakukan hal itu? jawabnya singkat pula “terpaksa”.

Lantas logika si buta bertanya pada para koruptor, para pembobol BANK serta para Boss-boss investasi bodong; kenapa anda melakukan hal itu? jawabnya singkat “terpaksa”. Kemudian logika si buta bertanya pada para politisi, kenapa anda melakukan money politik? jawabnya singkat “terpaksa”.

Lulu secara alamiah logika si buta sampai pada pertanyaan yang ditujukan pada Negara-negara kuat; kenapa anda selalu memonopoli Negara-negara lemah? Jawabnya singkat “terpaksa”. Terakhir logika si buta bertanya terhadap semua para pemimpin negara; kenapa anda selalu memonopoli dan memeras rakyat? jawabnya singkat “terpaksa”.

Begitupun perang dagang yang dilakukan Negara China dan Negara Amerika, sama keduanya sedang menjalankan visi rasa “keterpaksaan” demi mempertahankan hidup.

Pertanyaan terakhir. kenapa hidup bisa demikian, apa yang menjadi penyebab inti hingga terjadinya rasa keterpaksaan secara masif mengglobal..? Jawabanya, karena kita semua sebagai manusia sedang terjajah, terbelenggu, diperbudak oleh sistem materialisme monopolisme yang dianut oleh semua negara di seluruh penjuru bumi saat ini.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 4 = 1