Ust Acep Rahmat Wk Sekretaris Perkumpulan Santri Pasundan : Ridwan Kamil Jadi Pelindung LSM Jabar Bergerak, Ingat Gubernur Itu Di Gaji Rakyat

FOKUSATU-Jika dilihat di permukaan. Keberpihakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada LSM dadakan JABAR BERGERAK adalah bisa dikatakan bukti kedangkalan pemahaman Gubenur pada politik.Begitulah menurut Ust Acep Rahmat saat dihubungi di kediamannya di Batu Jajar,Bandung.

Entah siapa yang memberi bisikan pada Gubernur Jabar hingga Pak Gubernur terjerumus melakukan kesibukan di luar tupoksi begitu. Saya sebagai salah satu warga Jawa Barat yang bergabung di kepengurusan Ormas perkumpulan Santri Pasundan sejak awal mencermati langkah Gubernur Jabar Ini tentu dengan latar belakang yang objektif saja.

Bukan karena unsur sentimen atau demi kepentingan politik praktis. Alasan kita Selain karena mininya agen control dari masyarakat dan ormas yang lain, juga sejujurnya memang apa yang dituduhkan soal pencitraan politik itu memang benar adanya.

Namun Sejak awal saya melihat keberpihakan Gubernur menjadi pelindung dan Ibu Atalia menjadi Ketua LSM Jabar Bergerak Ini tidak bisa disalahkan secara legal formal.

Tapi berbeda dari sudut pandang materil atau nilai. Misalnya soal kepatutan. Saya merasa hal ini sangat tidak etis dan mengeleminir citra Gubernur sendiri sebagai personal yang intelek, gaul dan kekinian. Eh rupanya malah doyan memainkan cara cara seperti konservatif seperti itu.

Gubenur Seolah tidak memahami, betapa besarnya dan lengkapnya organisasi negara level provinsi ini hingga sangat tidak perlu menambah perangkat lagi dengan organisasi embel-embel lainya. Tentu berbeda menurut pandangan timses, hal ini akan biasanya disebut sembringah oleh para pemuja yang ada disekelilingnya.

Tapi bagi saya ini merupakan tanda bahwa Gubernur gagal paham mendefinisikan status dirinya.

Mari kita berfikir realistis. Kenapa negara sampai memberi seorang wakil, Sekda, Asda, dinas dan ribuan pembantu pada seorang Gubernur ? Karena menurut pemahaman negara menjalankan tugas sebagai seorang Gubernur itu sangatlah berat hingga tidak mungkin jika konsitusi yang berinisiatif menyuruh seorang Gubernur harus aktif terlibat melakukan pekerjaan “semrawutan” atau dalam istilah Sundanya, Atlet profesional itu dilarang “gacong” alias cari kerjaan lain seolah punya banyak waktu luang lumayan untuk tambah tambah penghasilan.

Saran saya.Berhentilah dan Fokuslah melakukan tupoksi apalagi sampai bawa bawa anak istri dan atau pejabat lain seperti Walikota dan Bupati. Stop beralibi bahwa itu hanya prilaku pribadi dan kroni. Mulailah jadi pemimpin yang jujur dan amanah, baik secara instrinstik atau pun ekstrinsik, secara tersembunyi atau terlihat, secara lahir dan Batin sebagaimana visi Pak Gubernur sendiri.

Dan saya yakin, Pak Gubernur pun akan merasakan kerepotan begitupun ibu. jadi lebih baik bagi Pak Gubernur dan ibu menjadi pengayom, pelindung sbgmn mana seorang bapak bagi semua warga Jawa Barat dimanapun berada dan apapun latar belang agama juga organisasinya .(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 33 = 37