Indina Tarjiah DKK : Kolaborasi UNJ-Masyarakat: Identifikasi dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus Di Rusunawa Jatinegara Kaum

FOKUSATU-Salah satu faktor penyebab kegagalan dalam melakukan penanganan anak adalah program layanan yang dilaksanakan oleh guru atau orang tua tidak sesuai dengan karakeristik anak. Guru atau orang tua harus memahami kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak secara tepat.

Berdasarkan hal tersebut, Indina Tarjiah dan Asep Supena dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Erfan Kurniawan dari Yatim Peradaban, Rarin, Ana, Zahra, Mia, Yusuf, dan Hasan dari COMDEV Kota Peradaban, serta para pengajar dari TPA Al-Hidayah Masjid Baiturrahman menggagas sebuah kegiatan yang bertajuk“identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus”yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan karakteristik anak.

kegiatan ini melibatkan 208 anak dengan usia 5 sampai 13 tahun dari seribu Kepala Keluarga di wilayah Rusunawa Jatinegara Kaum.

Menurut Indina Tarjiah dari UNJ, kegiatan ini dimulai dengan tahap persiapan pada tanggal 21 Juni 2021 dan tahap identifikasi anak berkebutuhan khusus pada tanggal 25 Juli 2021melalui para pengajar TPA Al-Hidayahya itu Ustadz Romli, Bunda Siti, dan Bunda Desi.

“Dari 208 anak yang berada di Rusun, terdapat 51 anak yang teridentifikasi anak berkebutuhan khusus.” Kata Indina Tarjiah, Kamis (26/8/2021).

Setelah melakukan identifikasi dari para narasumber, hasilnya diolah kembali Dari 51 anak yang sudah diidentifikasi, dipilihlah 14 anak yang diintervensi pada tanggal 7 dan 14 Agustus 2021.

Sementara itu, Asep Supena dari UNJ menjelaskan tahap intervensi dapat dilakukan dengan memberikan instrumen berupa soal yang diujikan kepada anak sesuai dengan usia perkembangan  secara umum.

“Tahap intervensi dilakukan secara individual,satu asesor mengujikan instrumen kepada satu anak dengan durasi 90 sampai 120 menit.” Ujar Erfan Kurniawan selaku koordinator asesor, Kamis (26/8/2021).

Penting dilakukan tahap intervensi kepada anak untuk mengetahui kemampuan saat ini, kemampuan yang belum dikuasai, dan program pembelajaran yang dapat dilakukan di kemudian hari.

Indina Tarjiah mengatakan dalam hasil kegiatan yang dilakukan pada tahap intervensi.

“14 anak yang sudah diintervensi, hasilnya masuk ke kategori anak dengan hambatan intelektual, down syndrome, kesulitan belajar, slow learner, gangguan emosi dan perilaku.” Papar Indina Tajiah.

Dia menilai anak berkebutuhan khusus memiliki karakter yang berbeda, sehingga kebutuhan belajarnya pun juga berbeda.

Seperti anak dengan kesulitan belajar yang masih terbalik dalam menulis angka dapat diberikan program pembelajaran dengan menggunakan metode VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile). Guru dapat menuliskan satu angka di papan tulis dengan ukuran yang besar dan anak memperhatikannya, guru membacakan angka yang telah ditulis dan meminta anak untuk menirukan. Selanjutnya guru meminta anak untuk menelusuri angka dengan jarinya hingga tulisan terhapus.

Guru juga dapat menggunakan tangga rumah dengan menuliskan angka pada setiap anak tangganya dan meminta anak untuk berdiri diatas anak tangga sesuai dengan instruksi angka yang disebutkan oleh guru. Kemudian, anak dapat menuliskan angka di buku tulis secara mandiri tanpa melihat papan tulis.

Hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh UNJ, Yatim Peradaban, Comdev Kota Peradaban, dan TPA Al-Hidayah dapat diimplementasikan oleh orang tua dan guru dalam melakukan pembelajaran kepada anak untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki.(*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

9 + 1 =