Merenung Sejenak Di Tengah Pandemi Covid-19

FOKUSATU-Merenung sejenak ditengah pandemi covid 19 akan Firman Allah SWT berikut ini:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS: Al-Mulk: 2).

Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa mati dan hidup adalah bagian yang tak terpisahkan bagi umat manusia.

Syaikh Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir dari negeri Suriah menyebutkan bahwa Allah menciptakan maut dan kehidupan semata untuk menguji umat manusia, yaitu siapa di antara kalian yang baik dalam beramal, dan juga sebagai balasan atas amalan mana yang pantas diberikan pahala.

Sebaik-baik amalan adalah yang ikhlas mencari ridha Allah dan mengikuti kebenaran, yaitu mengikuti apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Titik tekan dari amalan kita adalah pada tingkat keikhlasan. Ayat tersebut mengindikasikan bukan pada “yang paling banyak amalnya”, tetapi sejauh mana amalan itu dilaksanakan dengan tingkat kerelaan yang tinggi.

Di dalam ayat tersebut juga menyebutkan ampunan (al-ghafur) setelah kemuliaan (al-aziz) yang memiliki makna bahwa kemuliaan akan diperoleh setelah mendapatkan pengampunan dosa dan amal shalih.

Sebagai orang yang beriman, kita mestinya mampu menangkap isyarat yang diberikan Allah kepada kita, apapun bentuknya. Begitu banyak ayat Al-Quran yang menyebut objek bicara (mukhathab) ditujukan kepada orang-orang beriman.

Kenapa? Karena orang-orang beriman lah kelompok yang memiliki kemampuan untuk menangkap pesan-pesan ketuhanan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, termasuk pesan-pesan musibah Covid-19 yang sedang kita alami saat ini.

Oleh karena itu, seberat apapun ujian yang kita rasakan, kita tidak perlu berkecil hati di hadapan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha segalannya dan Allah bisa melakukan apapun jika Dia berkehendak.

Tentu, selain kita harus bersabar dan tetap berusaha sebaik mungkin agar terhindar dari musibah, kita harus tetap menyediakan ruang batin untuk terus bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan selama ini.

Jika kita hitung, musibah yang sedang melanda dunia tidak sebanding dengan jumlah nikmat yang pernah diberikan Allah sepanjang kehidupan di dunia ini.

Terkait hal tersebut, syukur adalah cara terbaik agar kita tetap survive dengan sikap yang positif di tengah musibah pandemi. Syukur merupakan cara cerdas orang beriman dalam menghadapi musibah.

Syukur adalah wujud penghambaan nyata kepada Allah bahwa manusia sangat bergantung kepada-Nya. Syukur juga sekaligus menunjukkan bahwa musibah tidak menjadikan semua proses kehidupan ini berhenti total, apalagi dengan sikap putus asa dengan menuntut keadilan Tuhan.

Menukil dari Dr. H. Thobib Al Asyhar

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 4 = 2