Eggi Sudjana : Muhasabah “Semata Mata Ikhlas Karena Allah”

FOKUSATU-Saudaraku,seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, _“Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah ubah”_.

Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita.

Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan ke-sia-sia an belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang ya g akan masuk neraka terlebih dahulu, salah satunya adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah !
Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah,maka bukan hanya tidak diganjar apa-apa, melainkan justru Allah akan mengadzab  orang tersebut.
Karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah itu termasuk perbuatan syirik yang tak terampuni dosanya, terkecuali jika ia bertaubat dari padanya.

Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Ulum Wal Hikam menyatakan, _“Amalan riya yang murni, jarang timbul pada amal amal wajib seorang mukmin seperti shalat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji, shodaqah dan amal-amal lainnya yang tampak di mata manusia. Atau pada amalan yang memberikan manfaat bagi orang lain, misalnya berdakwah, membantu orang lain dan lain sebagainya.

Keikhlasan dalam amalan amalan semacam ini sangatlah berat. Amal yang tidak ikhlas akan sia-sia dan pelakunya berhak untuk mendapatkan kemurkaan dan hukuman dari Allah.”

Saudaraku,
Syaitan akan senantiasa menggoda dan merusak amal amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba. Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan iblis dan bala tentaranya, hingga ia bertemu dengan Tuhannya kelak dalam keadaan iman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata.

Saudaraku,
Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah.
Lihatlah Nabi kita Muhammad SAW
Di antara doa yg sering beliau panjatkan adalah doa,

« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »

_“Ya Allah, aku memohon perlindungan kpd Engkau dari perbuatan menyekutukan Engkau yg padahal aku mengetahuinya. Dan akupun juga memohon ampun terhadap perbuatan syirik yg aku tidak mengetahuinya”._
(HR. Ahmad)

Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan, padahal beliau adalah orang yg paling jauh dari kesyirikan.
Adalah Umar bin Khattab r.a, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar r.a, di antara doa yg sering beliau panjatkan adalah, _“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yg shaleh, jadikanlah seluruh amal shalehku itu hanya karena ikhlas mengharap wajah Engkau, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”_

Saudaraku,
Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Karena dengan menyembunyikan amal-amal kebaikan tersebut, yakni tanpa diketahui orang lain, maka diharapkan amal itu akan lebih ikhlas,karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal itu kecuali hanya karena Allah semata.
Rasulullah S.a.w bersabda dalam sebuah hadits, _“Tujuh golongan manusia yg akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yg adil; Pemuda yg tumbuh di atas ketaatan kpd Allah; Laki2 yg hatinya senantiasa terpaut dg mesjid; Dua orang yg saling mencintai karena Allah, yg bertemu dan berpisah karena Allah; Seorang lelaki yg diajak berzina oleh seorang wanita cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kpd Allah; Seseorang yg bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yg diinfakkan oleh tangan kanannya; Dan seseorang yg mengingat Allah di waktu sendirian lalu meneteslah air matanya.”_
(HR Bukhari Muslim)

Apabila kita perhatikan hadits tsb, kita dapatkan bahwa di antara sifat orang2 yg akan Allah naungi kelak di hari kiamat, adalah orang2 yg melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain. Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda _“Sesungguhnya se-baik2 shalat yg dilakukan oleh seseorang adalah shalat yg dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib.”_
(HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah menyatakan demikian, karena hal itu akan lebih melatih dan mendorong seseorang utk ikhlas.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dalam Syarah Riyadush Sholihin menyatakan, _“di antara sebabnya adalah karena shalat (sunnah) yg dilakukan di rumah akan lebih terjauhkan dari Riya dan lebih mendekati keikhlasan, sementara shalat (sunnah) di mesjid itu terlihat oleh manusia, dan terkadang bisa menimbulkan riya di hatinya”_.
Sedangkan Basyr bin Al Harits berkata, _“Janganlah engkau beramal agar engkau di-sebut2 kebaikanmu dan banyaknya amalmu, melainkan sembunyikan lah amal kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukanmu”_.

Saudaraku,
Di antara bencana yg dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa _ridha_ dg amal kebaikan yg dilakukannya, di mana hal itu dapat menyeretnya ke dalam perasaan _’Ujub (berbangga diri)_ yg menyebabkan rusaknya keikhlasan. Semakin ‘ujub seseorang terhadap amal kebaikan yg ia lakukan, maka akan semakin kecil dan semakin rusaklah keikhlasan dari amal tsb. Bahkan pahala amal kebaikannya itu dapat hilang sia2.
Sa’id bin Jubair berkata, _“Ada orang yg masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yg masuk neraka karena amal kebaikannya”_. Ditanyakan kepadanya _“Bagaimana hal itu bisa terjadi?”_. Beliau menjawab, _“Seseorang melakukan perbuatan maksiat, lalu ia pun senantiasa ketakutan terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tsb, hingga tatkala bertemu Allah, maka Allah pun mengampuni dosanya dikarenakan rasa takutnya itu. Sementara ada seseorang lain yg dia beramal kebaikan, tapi ia senantiasa bangga terhadap amalnya itu, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”_

Saudaraku,
Kita mestinya senantiasa _merasa takut_ akan tidak diterimanya amal kita. Allah berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

_“Dan orang2 yg memberikan apa yg telah mereka berikan, dg hati yg takut. Sesungguhnya mereka akan kembali kpd Tuhan mereka.”_
(QS. Al Mu’minun: 60)

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat2 orang mukmin adalah mereka yg memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut.
(Tafsir Ibnu Katsir )

Hal semakna juga telah dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w. yg diriwayatkan dari Aisyah r.a ketika beliau bertanya kpd Rasulullah tentang makna ayat di atas. _“Wahai Rasulullah apakah yg dimaksud dengan ayat, “Dan orang2 yg memberikan apa yg telah mereka berikan, dg hati yg takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” itu adalah orang yg mencuri, berzina dan meminum khamr kemudian ia takut terhadap Allah ?_
Maka Rasulullah pun menjawab: _”Tidak wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yg dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yg shalat, puasa, bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah”._
(HR. Tirmidzi)

Saudaraku,
Di antara hal yg dapat membantu kita untuk ikhlas adalah ketika kita takut akan tidak diterimanya amal kebaikan kita oleh Allah. Karena sesungguhnya keikhlasan itu tidak hanya ada ketika kita sedang mengerjakan amal kebaikan, namun keikhlasan harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan amal kebaikan.
Apalah artinya kita ikhlas ketika beramal, namun setelah itu kita merasa _hebat dan bangga_ karena telah melakukan amal tsb? Bukankah pahala dari amal kebaikan kita itu akan hilang dan sia2 ? Bukankah dg demikian amal kebaikan kita malah tidak akan diterima oleh Allah ? Tidakkah kita takut akan munculnya perasaan _bangga_ setelah kita beramal shaleh yg menyebabkan tidak diterimanya amal kita itu ? Pada kenyataannya hal ini sering terjadi dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yg demikian itu.

Saudaraku,
_Pujian_ dan _sebutan baik_ orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yg pada umumnya disenangi oleh manusia siapapun. Bahkan Rasulullah s.a.w pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yg beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya, beliau menjawab, _“Itu adalah kabar gembira yg disegerakan bagi seorang mukmin”._
(HR. Muslim)
Begitu pula sebaliknya, _celaan_ dari orang lain merupakan suatu hal yg pada umumnya tidak disukai manusia. Namun, janganlah kita jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab kita beramal shaleh, karena hal tersebut _bukanlah_ termasuk perbuatan ikhlas.
Seorang mukmin yg ikhlas adalah seorang yg _tidak terpengaruh_ oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal shaleh.
Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal shaleh, maka tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin _tawadhu (rendah hati)_ kpd Allah. Ia pun menyadari bahwa pujian itu merupakan _fitnah (ujian)_ baginya, sehingga ia pun berdoa kpd Allah utk menyelamatkannya dari fitnah tersebut.
Ketahuilah wahai saudaraku, tidak ada pujian yg dapat bermanfaat bagi kita maupun celaan yg dapat membahayakan kita kecuali apabila kesemuanya itu _berasal_ dari Allah.
Manakah yg akan kita pilih, dipuji manusia namun Allah mencela kita, ataukah dicela manusia namun Allah memuji kita?

Sesungguhnyalah, apabila seorang hamba menyadari bahwa orang2 yg dia jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yg tinggi di antara mereka), akan sama2 _dihisab_ oleh Allah, sama2 akan _berdiri_ di padang Mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang, sama2 akan _menunggu_ keputusan untuk dimasukkan ke dalam surga atau neraka, maka ia pasti *tidak akan* meniatkan amal perbuatan itu utk mereka. Karena tidak satu pun dari mereka yg dapat menolong dia utk masuk surga ataupun menyelamatkan dia dari neraka. Bahkan, seandainya seluruh manusia mulai dari Nabi Adam sampai manusia terakhir berdiri di belakang kita, maka mereka tidak bakalan mampu utk mendorong kita masuk ke dalam surga meskipun hanya satu langkah. Maka saudaraku, mengapa kita bersusah-payah dan bercapek-capek melakukan amalan hanya untuk mereka ? Alangkah naifnya_kita !

Ibnu Rajab dlm kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam berkata: _“Barangsiapa yg berpuasa, shalat dan berzikir kpd Allah, padahal dia maksudkan dg amalan2 tsb utk mendapatkan pujian dunia, maka tidaklah ada kebaikan dlm amalan2 itu. Maksudnya, bahwa pada hakekatnya amalan2 itu tidak bermanfaat baginya, malah hanya akan menyebabkannya berdosa”._

Saudaraku,
Sesungguhnya seseorang yg melakukan amalan karena ingin _dipuji_ oleh manusia, maka (anehnya) justru ia tidak akan mendapatkan pujian tsb dari mereka, malah sebaliknya, justru dicela atau dibenci. Rasulullah s.a.w bersabda, _“Barang siapa yg memperlihat- lihatkan amalannya (mempamerkannya) maka Allah akan menampakkan kejelekan amalan2nya”._
(HR. Muslim)
Akan tetapi, apabila seseorang melakukan amalannya betul2 ikhlas karena Allah semata, maka Allah dan para makhluk-Nya akan mencintainya sebagaimana firman Allah,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

_“Sesungguhnya orang2 yg beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yg Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”_
(QS. Maryam: 96)

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan menanamkan dalam hati hamba2Nya yg shaleh berupa _kecintaan_ terhadap orang2 yg melakukan amal2 shalehnya betul2 _ikhlas karena Allah_ dan sesuai dengan tuntunan Nabi-Nya.
(Tafsir Ibnu Katsir)

Dalam sebuah hadits dinyatakan _“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata: Wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyeru kpd penduduk langit: sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia. Maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi. Sebaliknya apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata: wahai Jibril, sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah dia. Maka Jibril pun membencinya. Lalu Jibril menyeru kpd penduduk langit: Sesungguhnya Allah membenci fulan, maka benciilah dia. Maka penduduk langit pun membencinya. Lalu ditanamkanlah kebencian padanya di bumi.”_
(HR. Bukhari Muslim)

Hasan Al Bashri berkata: _“Ada seorang laki2 yg berkata dalam hatinya : ‘Demi Allah aku akan beribadah agar aku di-sebut2 karenanya’. Maka tatkala ia terlihat sedang shalat, dan dia pula orang yg paling pertama masuk masjid dan paling terakhir keluar mesjid, dan Ia melakukan hal tersebut sampai tujuh bulan lamanya. Maka apa balasan yg diperolehnya ? Ternyata tidaklah ia melewati sekelompok orang kecuali mereka berkata: “lihatlah orang yg riya itu sedang lewat”. Aneh tapi nyata, justru yg sebaliknyalah yg dia dapatkan, bukan di-sebut2 dan dipuji orang, tapi malahan dicela._
_Demikianlah, belakangan akhirnya diapun menyadari hal ini dan berkata dalam hati : “Ternyata tidaklah aku di-sebut2 kecuali hanya dengan kejelekan, sungguh alangkah meruginya aku”._
_Setelah itu dirinyapun berubah. “Aku akan melakukan amalanku hanya karena Allah semata”._
_Lalu dia pun tidak menambah amalan kecuali amalan yg dulu ia kerjakan. Setelah itu.., apabila ia melewati sekelompok orang, mereka pada berkata: ‘Semoga Allah merahmati orang ini, alangkah ikhlasnya orang ini”._
Kemudian Hasan al Bashri pun membaca ayat: _“Sesungguhnya orang2 yg beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yg Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”_
(Tafsir Ibnu Katsir)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

_”Segala puji bagi Allah yg dengan nikmatnya sempurnalah segala amal kebaikan.”_

Semoga Allah mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita tetap istiqamah dan senantiasa ikhlas dalam setiap beramal untuk meraih ridha-Nya.
Aamiin, Ya Rabb !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

12 − 4 =