Sayyidah Fatimah Az Zahro, Belahan Jiwa Rasulullah

FOKUSATU-Rasulullah Saw bersabda:“Fathimah (Putri Rasul Saw) Belahan jiwaku, membuatku marah apa apa yg membuatnya marah” (Shahih Bukhari)

Kita mengenal satu sosok manusia yang sangat dicintai oleh Rasulullah saw, manusia yang paling disayang Rasulullah. Siapa?

Sayyidatuna Fatimah Azzahra radiyallahu anha.

Ini haditsnya baru kita baca. “Fathimah badl’atun minniy..” Putriku Fatimah itu belahan dari tubuhku.

Tapi Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari lebih menekankan kepada belahan jiwaku. Maksudnya yang paling kucintai. “..aghdlabaniy man aghdlabaha” siapapun yang membuatnya marah akan membuatku marah.

Kalimatnya sangat singkat, tapi kalau kita perdalam maknanya, Rasulullah itu tidak pernah marah untuk dirinya. Rasulullah itu marah hanya karena Allah saja semata. Kalau sudah urusan haknya Allah, baru Rasul saw marah. Berarti orang yang menyinggung perasaan Sayyidatuna Fatimah Azzahra berurusan dengan kemurkaan Allah. “..faman aghdhabaha aghdhabaniy” yang membuatnya marah akan membuatku marah. Ini adalah satu isyarat daripada hadits Nabi saw, betapa cinta Allah kepada Sayyidatuna Fatimah Azzahra, sehingga Rasul murka dengan orang yang membuat Sayyidatuna Fatimah Azzahra marah.

Putri Rasulillah. Ketika Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw mengirimkan istrinya yaitu Sayyidatuna Fatimah Azzahra, karena tidak tega melihat Sayyidatuna Fatimah tangannya ini luka – luka karena menumbuk padi sendiri, menumbuk gandum sendiri untuk makanan anak – anaknya Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein.

Tangan yang demikian lembut mulai tergores – gores dan berdarah. Sayyidina Ali bin Abi Tholib tidak tega, kalau begitu coba minta pada Rasulullah khadim. “Banyak koq yang mau berkhadim kepada kita”, kata Sayyidina Ali bin Abi Tholib.

Sayyidatuna Fatimah datang kepada Rasul saw. Rasulullah berdiri, disini dalil. Diriwayatkan didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari oleh Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa Rasul itu berdiri untuk menyambut Sayyidatuna Fatimah Azzahra, teriwayatkan dalam banyak hadits shahih. Ini dalil berdirinya kita untuk orang yang kita cintai. Rasulullah datang, Sayyidatuna Fatimah berdiri.

Zaman sekarang orang bilang kalau berdiri maulid Nabi adalah syirik. Kita berdiri untuk orang yang paling dicintai Allah yaitu Sayyidina Muhammad Saw. Terlihat tidak terlihat, datang tidak datang, aku berdiri untuk menghormati Nabi Muhammad Rasulullah saw.

Kita stop dulu cerita Sayyidatuna Fatimah.

Kita bicara lagi dalil berdiri saat mahallul qiyam.

Dari para Imatunal Akramin berikhtilaf tentang bolehnya berdiri, tetapi Hujjatul Islam Al Imam Nawawi mengatakan bahwa pendapat yang paling shahih dan paling tsigah adalah layaknya berdiri untuk menghormati ulama atau orang yang dicintai. Tapi ulama mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram berdiri untuk penguasa yang jahat. Penguasa yang dhalim, jangan berdiri menghormatinya, itu kata Al Imam Nawawi. Sebagian mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram.

Tapi berdiri untuk para ulama adalah amrun mustahab (hal yang baik/disukai), berdiri untuk tamu adalah amrun mustahab (hal yang baik/disukai). Menghargai tamu, Rasulullah juga berdiri menghargai tamu. Keluar dari semua ikhtilaf ini, kita berdiri bukan untuk apa – apa, tapi saat mahallul qiyam karena gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw, tidak terikat Rasulullahnya ada atau tidak ada.

Demikian hadirin – hadirat.

Yang mengawalinya siapa?

Imam Taajusubkiy ‘Alaihi rahmatullah, seorang muhaddits dan seorang Hujjatul Islam.

Hujjatul Islam itu adalah orang hafal lebih dari 300.000 hadits.

Murid – muridnya adalah para huffadh dan beliau seorang muhaddits besar, dan dikenal di banyak wilayah. Satu – waktu beliau mengumpulkan murid – muridnya, para Al Hafidz. Murid – muridnya hafal lebih dari 100.000 hadits, murid – muridnya kumpul. Para ulama lain yang sejajar dengan beliau juga hadir. Satu orang baca qasidah (pujian kepada Rasul saw), tiba – tiba Imam Tajusubkiy memegang tongkatnya dan berdiri.

Beliau berdiri, berdiri seluruh hadirin, maka mereka merasakan 1 sakinah, 1 ketenangan dan 1 kekhusyu’an yang sangat dahsyat. Airmata mereka mengalir merindukan Nabi Muhammad Saw.

Jadi saat sedang baca qasidah, tiba – tiba Imam Tajusuki memegang tongkatnya dan berdiri tanpa sebab, yang lain ikut berdiri,

maka disaat itu mereka merasakan 1 keanehan dan 1 ketenangan dan 1 rindu yang sangat dahsyat kepada Nabi Muhammad Saw.

Jadi yang pertama kali berbuat Mahallul Qiyam disaat shalawat adalah Imam Tajusubki. Yang mana beliau itu diakui sebagai muhaddits dan sebagai Hujjatul Islam yang sederajat dengan Imam Nawawi, Imam Ibn Hajar dan Imam – Imam lainnya.

Kita lanjutkan, Sayyidatuna Fatimah meminta khadim (pembantu) kepada Ayahnya. Ayahnya berkata “ya Fatimah, kuajarkan kau bacaan dan itu lebih baik daripada pembantu”, Sayyidatuna Fatimah berkata “koq bacaan wahai Ayah?”, Rasul berkata “sebelum kau tidur baca Subhanallah 33X, Alhamdulillah 33X, Allahu Akbar 33X dan akhiri dengan Lailahailallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiitu wa huwa a’laa kulli syaiin qadir, lalu tidurlah. Kau bangun pasti akan lebih segar tubuhmu” (Shahih Bukhari),

Sekilas kita mengatakan bahwa ini adalah perbuatan yang sedikit kejam. Orang minta pembantu malah diberi dzikir, tetapi hadirin ini mujarab. Kalian pulang dari sini boleh coba, tubuh yang sedang lelah dan lesu, coba sebelum tidur membaca Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, masing – masing 33X dan akhiri dengan Lailahailallah wahdahu laa syarikalah.., lalu tidur dan lihat bangunmu tidak sama dengan bangun yang tanpa dzikir. Ada 1 kenasaban, ada rahasia kekuatan Illahiyah masuk kedalam sel – sel tubuhmu. Demikian Sang Nabi saw mengajari untuk Sayyidatuna Fatimah Azzahra. Wasiat beliau saw kepada putrinya dan Rasul saw tidak memberikan khadim (pembantu). Kejam sekali Rasul yang mempunyai banyak khadim. Sahabat diberi khadim 5, yang ini dikasih khadim 10. Sementara putrinya tidak diberi khadim. Kenapa? karena makanan yang dibuat dengan tangan ibunya sendiri lebih berkah daripada makanan yang dibuat tangan pembantu. Kalau anak makanannya dari tangan ibunya jauh lebih berhak dan lebih berkah daripada anak yang diberi makan dari tangan pembantunya. Dari kasih sayangnya, dari dzikirnya, apalagi Sang Ibu ini Sayyidatuna Fatimah Azzahra radiyallahu anha. Rasul tidak mau makanan Sayyidina Hasan wal Husein dicampuri tangan pembantu. Cukup tangan ibunya Sayyidatuna Fatimah Azzahra karena Rasulullah tahu dari keturunan Sayyidina Hasan wal Husein akan muncul puluhan ribu wali Allah yang akan mengislamkan Barat dan Timur. Ibunda dari semua Habaib yang ada di permukaan bumi. Maka Rasul tidak mau ada tangan pembantu ikut makan daripada makanan Sayyidina Hasan wal Husein radiyallahu anhum. Demikian hadirin – hadirat, indahnya tarbiyah Sang Nabi saw.

Sebisa mungkin ini kaum wanita dari hal ini, kalau anak masih bayi, masih 2, 3, 4 tahun, masih disuapi maka semampunya berikan makanan dari tanganmu. Jangan dari tangan pembantu. Kalau sudah mulai diatas 5 – 6 tahun, sudah tumbuh tulangnya silahkan saja barangkali. Kalau masih kecil, jangan, selalu dari tanganmu sambil dzikir, sambil baca yassin, sambil baca shalawat Allahumma Sholli Ala Muhammad Sholli Wa Sallim Alaihi, terus latih anakmu itu dengan cahaya dan cahaya dzikir. Akan kau lihat bagaimana dahsyatnya nanti.

Dibuktikan oleh para ilmuwan kita, ketika wanita itu hamil baik diperdengakan itu dirahimnya (diperutnya) itu musik – musik klasik, musik yang tenang karena itu membantu daripada proses pertumbuhan otak bayi didalam rahim. Musik atau suara yang tenang itu membuat perkembangan otaknya lebih baik. Pantaslah kalau para salaf kita mengajarkan agar membaca surat maryam bagi yang perempuan dan bagi laki – laki membaca surat yusuf. Tentunya 1000X musik klasik, tidak akan menyamai Kalamullah Swt. Perdengarkan pada rahim ibunya, wanita – wanita yang hamil, suami – suami yang istrinya sedang hamil, ingat! Istrinya agar mengamalkan surat – surat dalam Alqur’anulkarim, tidak mesti surat maryam dan tidak mesti surat yusuf. Saran saya adalah surat Muhammad Saw saja, itu yang paling sempurna kalau anaknya laki – laki. Kalau perempuan ya kalau sudah kena cahaya kemuliaan dari Rahmatan lil Alamin, berkah dunia dan akhirat. Insya Allah.

Hadirin – hadirat, Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw adalah orang yang barangkali jarang disebut didalam riwayat hadits Shahih. Padahal didalam Shahih Bukhari riwayat tentang Sayyidina Ali bin Abi Tholib lebih banyak daripada riwayat tentang Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhum. Yang diriwayatkan oleh Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq jauh lebih sedikit dibanding dengan yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Tholib. Diriwayatkan Rasul saw bersabda wahai Ali apakah kau ini ridho, gembira karena posisimu itu posisinya Nabi Harun disisi Nabi Musa” (Shahih Bukhari) Maksudnya sangat dekat dengan Rasul saw bukan sama – sama Nabi, tapi sangat dekat dengan Rasulullah saw. Hadits seperti ini pernah diucapkan kepada Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq dengan kalimat yang berbeda. Rasul berkata kalau aku ini boleh mengambil seorang kekasih, maka aku akan mengambil Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhum sebagai kekasih.(Shahih Bukhari) Tapi karena aku tidak diizinkan punya kekasih kecuali Allah Jalla Wa Alla.

Jadi banyaknya hadits tentang kemuliaan Sayyidina Ali bn Abi Tholib, Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq, Sayyidina Umar bin Khattab dan Sayyidina Utsman bin Affan maka dikelompoklah yang disebut dengan Khulafaurrasyidin dalam 1 kelompok dan tidak tahu mana yang paling mulia. Yang 1 lebih cinta pada yang ini, yang lebih lebih cinta pada yang ini, silahkan saja. Tapi keempatnya memiliki kemuliaan yang agung. Dan Sayyidina Ali bin Abi Tholib yang paling tidak menyukai ikhtilaf. Beliau paling benci ikhtilaf. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika terjadi ikhtilaf didalam khalifahnya bersama Muawiyah, berkata Sayyidina Ali bin Abi Tholib “silahkan putuskan saja oleh kalian bagaimana maunya, kalian silahkan musyawarahkan bagaimanapun caranya sungguh aku benci perpecahan, aku akan perjuangkan Islam dalam 1 kelompok atau aku akan mati demi membela persatuan dan wafat seperti sahabatku yang terdahulu yaitu Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar dan Sayyidina Utsman radiyallahu anhu ajmain”. Demikian wasiat Sayyidina Ali bin ABi Tholib kw.

Dan tentunya Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhum yang muncul di masa sekarang dipertentangkan bahwa Sayyidina Abu Bakar ini berbuat hal yang menyakiti Sayyidatuna Fatimah Azzahra lantas dikaitkan dengan hadits ini “..man aghdabaha aghdhabaniy” bahwa Sayyidina Abu Bakar pernah menyakiti hati Sayyidatuna Fatimah Azzahra, putri Rasulullah sedang Rasulullah telah bersabda “barangsiapa yang membuat Fatimah marah maka akan membuatku marah”. Sungguh ketika hadits ini diperdengarkan kepada Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq, maka Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq datang kepada Sayyidatuna Fatimah Azzahra meminta ridho dan restu. Demikian didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari. Datanglah Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq kerumah Sayyidina Ali bin Abi Tholib “aku ini menjalankan apa – apa yang diperintahkan Rasul saw bahwa Ahlul Bait tidak menerima shadaqah. Namun Sayyidatuna Fatimah Azzahra tidak menerima warisan bahwa Ahlul Bait Rasul tidak mewarisi, aku hanya pegang ucapan Rasul, tapi kalau itu sampai menyakiti hati putri Rasul, aku mau minta maaf”. Maka diizinkanlah masuk berjumpa Sayyidatuna Fatimah. Berkata Imam Ibn Hajar “tidak keluar Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq dari rumah itu sebelum diridhai dan dimaafkan oleh Sayyidatuna Fatimah Azzahra”.

Imam Ibn Hajar Al Asqalani dan Hujjatul Islam Al Imam Nawawi alaihi rahmatullah mengatakan kalau seandainya tanah waris itu ada untuk ahlulbait Rasul saw, niscaya Saayidina Ali bin Abi Tholib akan mengeluarkannya. Zaman Sayyidina Abu Bakar tidak diberi, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman, sudah 3 khalifah. Dan disaat Sayyidina Ali bin Abi Tholib tidak dikeluarkan juga!! Itu tanah fadak. Kalau itu seandainya alhaq, Sayyidina Ali bin Abi Tholib akan mengeluarkannya. Berarti Sayyidina Ali bin Abi Tholib salah, berarti semua Khulafaurrasyidin salah. Ini hadirin, barangkali dari sebagian hadirin tidak memahami pembahasan ini dan pembahasan ini penting. Karena mulai semakin marak orang – orang yang mencaci para sahabat Rasul saw. Mencaci Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman yang mengatakan mereka itu musuh – musuh ahlulbait. Salah besar, kenapa? karena mereka berempat ini adalah keluarga Rasul. Sayyidina Abu Bakar ini adalah mertuanya Rasulullah saw, Sayyidina Umar mertua Rasulullah saw, Sayyidina Utsman menantu Rasulullah saw, Sayyidina Ali menantu Rasulullah saw, mereka ini semua keluarganya Rasulullah saw. Mereka yang mencaci dan mengatakan ada kesalahan pada hal ini berarti mengatakan rumah tangga Rasulullah saw kacau balau. Mustahil!!

Hadirin, ini yang perlu saya perjelas tentunya kita lanjutkan lagi betapa indahnya Sayyidina Hasan bin Ali kw ketika akan wafat Sayyidina Hasan berkata dalam sakaratul maut, lihat jiwa yang ditarbiyah dengan tarbiyah akhlak Nabi Muhammad saw. Sayyidina Hasan bin Ali berkata “laqad aroftu man sammaniy wa laqad samahtuh” aku tahu siapa yang meracuni aku tapi aku sudah maafkan. Subhanallah!! Sayyidina Hasan bin Ali radiyallahu anhum. Mereka orang yang khusyu’, mereka orang – orang yang banyak bermunajat. Putra Sayyidina Husein bin Ali, dialah Sayyidina Ali Zainal Abidin yang dikenal sebagai Assajjad (orang yang paling banyak bersujud). Gelar yang tidak pernah ada orang lain selain beliau. Kenapa? karena sujudnya sebanyak 1000X setiap malamnya. Beliau itu shalat malamnya 500 rakaat tiap malam, shalatnya 500 rakaat berarti 1000X kali sujud. Sujud kepada Allah. Kita tidak mampu, namun paling tidak kita renungkan saja. Indahnya seperti apa orang yang sujudnya 1000X kepada Allah. Betapa cintanya Allah kepada orang itu, betapa ia menikmati asyiknya gerak – gerik sujudnya 1000X setiap malamnya kehadirat Allah, betapa indahnya kelak istananya di yaumal qiyamah.

Hadirin – hadirat, Imam Ali Zainal Abidin Assajjad ketika wafat terlihat bekas kuli di kedua pundaknya keras, bagian tubuhnya ini kasar seperti kuli. Kalau kuli itu kan sering mengangkat berat, terlihat kulitnya itu kasar. Itu kejadian orang bertanya – Tanya, kenapa ini? sering membawa berat tidak pernah terlihat? beberapa hari kemudian baru diketahui bahwa banyak orang – orang miskin datang. Darimana? kami biasanya tiap malam ada yang mengirimi makanan, ada yang mengirimi sekarung beras, ada yang mengirimi sekarung gandum, tapi sekarang tidak lagi setelah wafatnya Sayyidina Ali Zainal Abidin Assajjad. Orang tidur, beliau selesai dari ibadahnya, mulai bagi – bagi kepada fuqara tanpa ada yang tahu, diletakkan didepan rumahnya fulan sampai berbekas dikedua pundaknya karena mengangkat beban yang berat. Indahnya orang – orang seperti ini.

Hadirin – hadirat, beliau bermunajat ketika akhir malam “abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik” wahai Allah hamba-Mu dihadapan-Mu, wahai Allah orang yang miskin, hamba-Mu yang miskin dihadapan-Mu, hamba-Mu yang fakir dihadapan-Mu, si pengemis dihadapan-Mu. Siapa yang berdoa? yang sujud tiap malam sebanyak 1000X, yang bershadaqah kepada fuqara tanpa diketahui orang lain. Ia berkata “abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik”.

Bagaimana keadaan putranya Sayyidina Ali Zainal Abidin yaitu Imam Muhammad Al Bagir bin Ali Zainal Abidin Assajjad yang ketika ia adalah orang yang paling taat dan sangat taat kepada Allah, wajahnya bercahaya terang – benderang seakan – akan orang melihat kembali cahayanya Rasul saw terbit di wajahnya Al Imam Muhammad Al Bagir. Dan beliau di malam harinya selalu berdoa “amartaniy falam a’tamir, wa nahaytaniy falam anzajir, haa ana abduka bayna yadayk, mudznibun mukhthi’un, falaa a’tadzir” inilah aku Muhammad Al Bagir, Kau banyak beri aku perintah padaku tapi banyak yang tidak mampu kulakukan, banyak Kau melarang hal – hal yang Kau larang wahai Allah, tapi ada juga yang tidak mampu aku lakukan, masih juga kulakukan larangan-Mu, masih ada perintah-Mu kepadaku yang masih belum kulakukan, masih banyak larangan-Mu yang Kau beri larangan tapi aku masih aku lakukan. Ia berkata “haa ana abduka mudznibun mukhti’un falaa a’tadzir” inilah aku hamba-Mu penuh dosa, penuh salah dan aku tidak membela diri atas dosa – dosaku. Maksudnya membela diri apa? maksudnya aku berdosa karena sedang sakit, aku berdosa karena sedang tidak sengaja..tidak..tidak, memang aku pendosa. Demikian juga hadirin dengan jiwa Imam Ja’far Ashshodiq bin Muhammad Al Bagir (putra Imam Muhammad Al Bagir).

“Haa ana abduka mudznibun mukhti’un falaa a’tadzir”. Inilah Imam Muhammad Al Bagir, hamba penuh dosa, hamba penuh kesalahan, hamba yang ketika diberi perintah masih juga banyak yang tidak dilakukan, yang jika diberi larangan masih juga ada yang dilanggar. Padahal beliau orang yang hampir tidak pernah berbuat hal yang mubah, perbuatannya selalu didalam hal yang sunnah dan didalam hal yang fardhu, tidak pernah berbuat hal yang makruh apalagi yang haram. Demikian jiwa yang sangat rendah diri dihadapan Yang Maha Luhur. Demikian dengan putranya Al Imam Ja’far Ashshodiq bin Muhammad Al Bagir bin Ali Zainal Abidin bin Husein binty Rasulillah saw. Bagaimana dengan Imam Ja’far? Imam Ja’far kalau berdoa memanggil Nama Allah tidak mau berhenti. Ia kalau berkata “ya Rabb..ya Rabb..ya Rabb” terus beliau lampiaskan doanya, rindunya, tangisnya, isi perasaannya di setiap memanggil Nama Allah. Beliau berkata “ya Allah..ya Allah..ya Allah” terus sampai habis nafasnya. Kalau sudah habis nafasnya kemudian ganti dengan Asma Allah yang lainnya. Demikian keadaan Imam Ja’far, demikian keadaan Imam Muhammad Al Bagir, demikian keadaan Imam Ali Zainal Abidin.. (Masya Allah)

diceritakan oleh: Habib Munzier Almusawwa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

61 − = 55