Catatan dan Cerita dari Bali

Catatan dan Cerita dari Bali

(Liputan dari acara Rapat koordinasi pengelolaan logistik, teknik menyimpan barang digudang, kunjungan ke tempat-tempat wisata dan ulasan mengenai eksistensi adat)

            Oleh : Wage Wardana (Ketua KPU Jakarta Timur)

Pertama kali dalam sejarah demokrasi Indonesia, Pemilihan Presiden dan Pemilihan anggota legislatif diselenggarakan secara serentak pada tanggal 17 April 2019. Hal tersebut merupakan implementasi diberlakukannya Undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan tindak-lanjut terhadap putusan MK No. 14/PUU-IX/2013 yang mengatur pemilu serentak. Tentunya, secara implementatif keberadaan UU tersebut akan menghasilkan praktek-praktek berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya, baik dari segi pendataan pemilih, pengelolaan logistik, kompleksitas kampanye dan metode sosialisasinya. Perbedaan-perbedaan tersebut bukan hanya membuat masyarakat butuh sosialisasi, tetapi juga penyelenggara pemilu membutuhkan pengayaan dan pembekalan untuk menyelenggarakan pemilu sesuai dengan amanat konstitusi.

Tahapan yang krusial dalam menyelenggarakan pemilu 2019 adalah mempersiapkan, memenuhi dan mendistribusikan logistik pemilu. Pengelolaan logistik secara lebih spesifik diatur dalam Peraturan KPU No. 15/2018 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Untuk mengelola logistik tentu dibutuhkan perencanaan dan upgrading yang baik dari hulu hingga hilir. Untuk keperluan tersebut, KPU RI kemudian melakukan rapat koordinasi pengelolaan logistik di Bali, mulai tanggal 30 November- 2 Desember 2018. Adapun peserta yang diundang adalah seluruh divisi logistik KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota se-Indonesia dan Kepala Bagian yang membidangi logistik di KPU Provinsi.

Delegasi dari DKI Jakarta adalah, Sunardi Sutrisno (Divisi Logistik KPU DKI Jakarta), Saono (Kepala Bagian KPU DKI yang membidangi logistik pemilu), Imam Hidayat (KPU Jakarta Pusat), Abdul Bahder Maloko (KPU Jakarta Utara), Sumardi (KPU Jakarta Barat), Wage Wardana (KPU Jakarta Timur), Agus  Sudono (KPU Jakarta Selatan) dan Murhofik (KPU Kabupaten  Pulau Seribu).

  1. Catatan Penting Paparan Anggota KPU RI, Pramono Ubaid Thanthowi

Hal pertama yang ditekankan oleh Pramono Ubaid Thanthowi dalam paparan sekaligus pembukaan acara adalah mengenai dasar hukum kebijakan logistik. Hal tersebut mengingatkan kepada penyelenggara pemilu bahwa dasar hukum adalah pedoman sekaligus pegangan dalam mengelola tahapan dan kegiatan. Kalau ada Adagium bahwa “Terpenting bicara dulu, masalah benar atau salah, dipikir kemudian”, dipastikan tidak berlaku dalam penyelenggaraan tahapan dan kegiatan di KPU. Segala sesuatu harus berpedoman dan dikembalikan kepada aturan, bukan kepada asumsi.

Hal kedua adalah Reminders mengenai target dari pengadaan KPU disetiap level. KPU RI pada tahun 2018 mempunyai target untuk pengadaan kotak, bilik, segel, hologram dan tinta. KPU Provinsi diingatkan juga untuk merampungkan pengadaan sampul, serta KPU Kabupaten dan Kota diingatkan untuk menyelesaikan pengadaan alat kelengkapan TPS. Stressing Point nya jelas, bahwa semua harus selesai di tahun 2018. Tahun 2019, target pengadaan akan berbeda, KPU RI pada tahun 2019 mempunyai target untuk pengadaan surat suara, form asli template DPC presiden, DCT DPR, dan DCT DPD. KPU provinsi pada tahun 2019 harus menyelesaikan pengadaan form salinan, DCT DPRD dan DCT kabupaten/kota. KPU kabupaten dan kotamadya pada tahun 2019 harus menyelesaikan pengadaan buku panduan dan salinan DPT.

Hal terakhir yang ditegaskan Pramono Ubaid Thanthowi adalah mengenai target tata kelola logistik. Berulangkali disebutkan dalam forum tersebut untuk melandaskan pengadaan logistik pada prinsip pengadaan logistik yaitu tepat waktu, tepat jenis, tepat jumlah, efektif dan efisien. Hal tersebut disampaikan dalam rangka mencapai target tata kelola logistik yaitu :

  • tidak ada kekurangan logistik
  • tidak ada keterlambatan logistik
  • tidak ada surat suara tertukar
  • tidak ada pengelola logistik terkena masalah hukum
  • efisiensi anggaran
  1. Catatan Penting dari Pengelolaan Komoditas Pangan Oleh Bulog

Materi yang menarik dan bisa dijadikan rujukan oleh KPU adalah materi pengelolaan komoditas pangan oleh Bulog. Pemateri adalah Tri Wahyudi Saleh yang menjabat sebagai Direktur Operasional dan Pelayanan Publik. Pemateri memang menjelaskan mengenai pengelolaan pangan di gudang-gudang Bulog, tentu saja pengelolaan pangan akan berbeda dengan pengelolaan logistik pemilu seperti bilik dan kotak suara pemilu 2019. Namun, model pengelolaan mereka bisa diadopsi oleh KPU untuk mengelola penyimpanan logistik dalam gudang-gudang.

Berbagai teknik penyimpanan yang diuraikan oleh pemateri akan direka ulang oleh penulis untuk disajikan ke pembaca sekalian. Teknik-teknik tersebut akan berguna dalam menyimpan dan memelihara logistik pemilu. Berbagai teknik tersebut, diantaranya adalah:

  • Teknik Block Stacking : Pengaturan barang dilakukan dengan menumpuk barang diatas pallet secara vertikal membentuk sebuah blok. Pallet ditumpuk hingga ketinggian tertentu dengan memperhatikan beratnya. Hal ini menghemat ruangan dan tidak memerlukan rak.
  • Teknik Palet Berlapis : Pengaturan barang dilakukan dengan cara menumpuk barang, proses penumpukan barang dilakukan memperhatikan ketinggian dan berat barang, dimana pada ketinggian dan ambang berat barang, pengelola gudang harus member batas dengan pallet. Hal ini menghemat ruangan dan memudahkan kontrol
  • Teknik menyimpan dengan manipulasi atmosfer : Teknik menyimpan dengan metode tersebut adalah metode penyimpanan guna menjaga konsentrasi gas yang tetap disekeliling produk dengan monitoring yang teliti dengan tambahan gas. Penyimpanan pangan dalam dalam udara terkendali dapat menjaga kualitas dan memperpanjang umur simpan produk dengan memperlambat reaksi kimiawi dan biokimiawi dan dengan memperlambat organisme pembusuk.
  • Teknik penyimpanan curah : Teknik curah adalah teknik menyimpan komoditas yang ditangani, ditransportasikan, dan didistribusikan dalam jumlah besar dan tidak terkemas. Teknik tersebut mempunyai banyak keuntungan,
  1. diantaranya pemanfaatan ruang lebih efisien karena tidak ada ruang tumpukan,
  2. dapat menangani komoditas dalam jumlah besar
  3. dan menghemat biaya operasi.
  • Teknik menyimpan dengan suhu rendah : Teknik menyimpan pangan dengan suhu rendah memiliki dua prinsip dasar, yaitu : menghambat pertumbuhan mikroba dan menghambar reaksi enzimatis, kimiawi dan biokimia. Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan, antara lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan yang tertua.
  • Teknik menyimpan kedap udara : Teknik penyimpanan kedap udara digunakan untuk mencegah deteriorasi bahan pangan (biji-bijian) yang diakibatkan oleh serangan serangga dan cendawan. Penyimpanan kedap udara mencakup penempatan gabah/beras/benih kedalamkontainer (wadah) yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) dan air antaraatmosfir luar dan gabah/benih yang disimpan. Sistem ini dapat menggunakan kontainer plastik khusus atau kontainer yang lebih kecil terbuat dari plastik atau baja atau bahkanpot dari tanah. Ukuran penyimpan dapat berkisar antara 25 liter sampai 300 ton. Sistemini dapat digunakan untuk gabah, beras, dan serealia lainnya seperti jagung.

Kesimpulannya adalah, KPU bisa menggunakan berbagai teknik tersebut, tentu disesuaikan dengan model, jenis dan kebutuhan terhadap logistik KPU. Tentunya monitoring, pengendalian hama dan keamanan juga harus diperhatikan oleh KPU, karena mengelola logistik KPU dengan baik artinya adalah merencanakan keberhasilan menyelenggarakan pemilu 2019 dari dini. Hal tersebut sangat penting, karena terkait pertanggung-jawaban dan melegitimasi proses demokratisasi di negara Indonesia.

Kunjungan ke tempat-tempat Wisata

Bali, tentu mendengar nama tersebut akan terlintas tempat terkenal yang menawarkan adanya parade wisata dan parade budaya yang sangat masyhur. Hal tersebut mengundang perhatian para delegasi untuk eksplore Bali. Ketua KPU Bali dalam pembukaan acara bahkan sangat jelas mempromosikan wisata Bali ke para peserta. Namun, delegasi DKI Jakarta sebelum pembukaan malah melakukan ekspedisi wisata Bali. Acara pembukaan dimulai pada pukul 19.30 WITA, namun delegas DKI Jakarta sudah menginjakkan kaki di Pulau Dewata pada pukul 09.00 WITA pada tanggal 30 November 2018.

Ulun Danu Beratan dan Pura Ulun Danu

Ulun Danu Beratan, tentu nama tersebut sangat asing dalam telinga masyarakat umum. Lain hal kalau kita menyebutkan nama obyek wisata Danau Bedugul. Beberapa dari kita akan merespon dengan baik, bahwa kita kenal nama tersebut. Kalangan luas mengenal nama obyek wisata tersebut dengan nama Danau Bedugul, namun setelah kami konfirmasi nama asli obyek wisata tersebut adalah Ulun Danu Beratan. Kami membutuhkan waktu 2.5 jam hingga 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan minibus dari bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar menuju wilayah tersebut. Kami memulai perjalanan dari pukul 09.15 WITA, pukul 11.50 kami sampai dilokasi perjalanan. Hari tersebut adalah Jum’at, sehingga setiba disana kami menunggu Jum’atan dan melaksanakan solat Jum’at dimesjid yang terletak diatas Ulun Danu.

Ulun Danu Beratan dan Pura Ulun Danu berada di kawasan wisata Bedugul, desa Candikuning, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan, Bali. Dengan jarak tempuh kira-kira 56 km dari kota Denpasar dengan melewati jalan raya Denpasar – Singaraja. Selepas Jum’atan kami    kemudian mengeksplore wilayah tersebut.

Selepas mengeksplore Pura Ulun danu, kami kemudian mengeksplore Ulun Danu dengan cara menaiki Speed Boat. Adrenalin rasanya membuncah ketika kami menaiki moda transportasi laut tersebut. Hal pertama yang kami rasakan adalah adrenalin meningkat ketika menumpang Boat tersebut, hal kedua yang membuat kami makin meninggi adrenalinnya adalah jarak pandang yang sangat pendek karena tebalnya kabut dan gelombang yang lumayan membuat saya terus menerus berdzikir. Namun, sejurus kemudian kami kemudian tersenyum puas, karena kami bisa mengelilingi Ulun Danu, diujung kami mendapati pegunungan yang asri dan hijau dan udara yang sangat segar.

Legian

Rasa penasaran sangat terlintas ketika menyebut wilayah tersebut, kesan awal yang muncul adalah Pub, Club, bom dan serunya dunia malam. Selepas acara penutupan, kami melakukan perjalanan ke wilayah Legian dari tempat kita menginap di Hotel Anvaya, Kuta. Ukuran yang kami pakai dalam mengukur perjalanan adalah bukan jarak, tetapi waktu. Kami melakukan jalan kaki dari Kuta ke Legian, begitu juga sebaliknya. Total waktu yang kami butuhkan adalah 100 menit untuk melakukan perjalanan pulang dan pergi. Saya masih ingat, ketika dari Legian, kami pulang pada pukul 23.05 sampai ke penginapan adalah pukul 23.55 WITA.

Tertegun sejenak saya ketika melewati beberapa tempat fenomenal di Legian, seperti Paddy’s Pub (peristiwa bom Bali I, 2002), Vi Ai Pi dan Bounty. Malam hari di Legian menurut kesan semalam yang saya lewati adalah WNA ramai berseliweran, terutama didominasi oleh orang bule (baca : Eropa dan Amerika), orang India dan orang Asia Timur, dunia gemerlap dan tempat orang mencari makan. Namun, satu catatan saya yang menarik namun susah dijangkau akal sehat yaitu betapapun wilayah Legian menawarkan kehidupan malam yang sangat modern, namun disepanjang jalan nuansa adat penduduk tidaklah luntur, selalu ada pura kecil dibeberapa bagian jalan, serta disetiap bangunan selalu ada sesajen disetiap bagian muka bangunan atau rumah. Sesajen ini menurut literature ada dua macam, yaitu sesajen biasa dan sesajen istimewa. Sesajen itu mengandung siloka bahwa untuk keselamatan dan mendatangkan rejeki.

Desa Penglipuran

Jujur saja, Desa Penglipuran di Bali pada awalnya tidak masuk dalam agenda wisata dalam benak pikiran saya. Obyek wisata tersebut terlontar dari Driver yang sekaligus memandu wisata perjalanan kami. Bli Wira, begitu kami biasa memanggilnya menyarankan agar kami mengunjungi wilayah tersebut. Satu hal yang cukup menarik untuk kami adalah menurut dia desa tersebut termasuk dalam kategori desa terbersih didunia. Lokasi desa adat Penglipuran, berada di desa Kubu, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Mungkin banyak dari anda tidak tahu, Kabupaten Bangli di Bali bagian mana. Jika anda pernah wisata ke Kintamani atau Gunung Batur, tak jauh dari obyek tersebut.

Kesan didapat setelah menginjakkan kaki disana ada beberapa, pertama bersih, kedua teratur dan terawat, ketiga adatnya terjaga, keempat unik dan kelima homogenitas sangat terjaga. Pengamatan panca indera saya dan teman-teman membuktikan bahwa tidaklah berlebihan kalau Desa Penglipuran disebut Desa terbersih di dunia, karena sangat jarang saya menemukan sampah, setiap rumah dilengkapi dua tong sampah, buat sampah organik dan sampah anorganik. Kalau sudah bersih, terawat dan teratur hal tersebut mengindikasikan kepatuhan dan ketertiban yang luar biasa. Hal tersebut membuat kami makin terkesan.

Langkah kami sangat pelan, karena sesekali mengambil gambar dan mengagumi setiap jengkal wilayah tersebut. Unik, benar karena hanya di Penglipuran saya melihat adat dan wisata menyatu. Walau Bali terkenal dikunjungi turis yang membawa nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai modernitas, Bali dan khususnya Desa Adat penglipuran berdiri kokoh tanpa terganggu oleh serbuan modernitas tersebut. Oleh sebab itu saya menyebutnya modernitas tidak menggoyahkan adat. Adatlah yang memberi ruh pada wisata di Bali, sehingga ketika wisata ke Bali bukan hanya sekedar wisata, tetapi disuguhkan oleh kokohnya budaya dan adat penduduk setempat walau setiap hari berinteraksi dengan multi etnis dan multi culture. Hal tersebut membuat wisata Bali makin hidup dan diminati oleh turis domestic maupun mancanegara.

Kalau hanya mengandalkan pantai dan gunung, setiap provinsi di Indonesia memiliki wisata tersebut, namun Bali beda, semua dibumbui oleh adat, sehingga wisatanya hidup dan mempunyai ruh. Alasan tersebut membuat turis senantiasa berduyun-duyun ke Bali. Kembali ke Desa Penglipuran, keteraturan dan pola hidupnya sangat homogen, kenapa homogeny, karena pola rumah dan ornament-ornamen yang menyertainya sama persis. Setiap dua rumah memiliki pura kecil, sesajen selalu ada disetiap bangunan yang kami lalui, hal tersebut membuat saya kembali berdecak kagum. Ternyata ada Desa Adat yang berdiri kokoh di Indonesia, yaitu penglipuran. Tradisi menghormati alamnya sangat terlihat, alam bersih dan tidak ada bekas kerusakan.

Selain memiliki budaya menghormati alam, penduduk desa Penglipuran Bangli juga memiliki budaya dan tradisi untuk menghormati wanita. Karena adanya aturan desa yang melarang pria untuk melakukan poligami, jika ketahuan melakukan poligami maka akan mendapatkan hukuman dikucilkan dari desa. Desa ini juga memiliki budaya hukuman untuk pencurian. Bagi yang ketahuan mencuri, akan dihukum untuk memberikan sesajen lima ekor ayam dengan warna bulu ayam yang berbeda di 4 pura leluhur mereka. Dengan cara ini, semua penduduk desa akan mengetahui siapa yang mencuri, tentunya akan membuat efek malu. Zona yang terakhir atau yang ketiga disebut setra atau kuburan. Walaupun penduduk desa Penglipuran Bali memeluk agama Hindu tapi penduduk desa Penglipuran Bangli tidak mengenal upacara pembakaran mayat, jadi mayat langsung dikubur.

Desa ini bisa menjadi contoh dan menjadi inspirasi buat semua, ditengah eskalasi pemilu 2019 yang semakin menaingkat, tidaklah salah kalau para calon Presiden atau bahkan para calon Kepala daerah mencontoh keberadaan kampong tersebut untuk melestarikan adat dan membuat laboratorium adat tiap provinsi atau calon daerah yang akan dipimpinnya. Kalau Bali saja bisa menata dan melestarikan desa adat, kenapa para calon presiden atau para calon kepala daerah tidak mencontoh Penglipuran untuk menata dan melestarikan adat-adat tiap provinsi atau adat di wilayah yang akan dipimpinnya.

Gunung Batur dan Kintamani

Kintamani adalah sebuah wilayah yang sangat popular di Bali. Daerah kawasan pariwisata Kintamani berada di bagian timur laut pulau Bali dan berada di bawah kaldera Gunung Batur, salah satu gunung berapi yang masih aktif di Bali. Selain terdapat gunung Berapi, di kawasan pariwisata Kintamani, wisatawan juga dapat melihat pemandangan danau alami yang bernama danau Batur. Dingin menusuk seperti Puncak, kami alami ketika memasuki wilayah Kintamani. Perut rasanya keroncongan ketika kami memasuki wilayah tersebut, kami akhirnya memutuskan untuk sarapan dan ngopi. Akhirnya kami mencari tempat makan yang bagus dan mempunyai akses penglihatan yang bagus untuk menikmati Gunung Batur dan Danau Batur.

Lokasi Danau Batur berada di lereng Gunung Batur. Danau berbentuk bulan sabit jika di lihat dari ketinggian, selain itu danau Batur juga disebut sebagai kaldera terindah di dunia oleh sebagian besar wisatawan asing. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Kintamani memilih melihat pemandangan danau Batur dari restoran yang berada di desa Penelokan. Namun ada juga wisatawan yang ingin berkeliling di tengah danau Batur dengan menyewa perahu.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 86 = 87