CATATAN ABAH ASLUK : BAGAIMANA CARA AMERIKA MENGHENTIKAN INVASI RUSIA KE UKRAINA ?

FOKUSATU-Lepas dari pro dan kontra. Secara objektif saya sendiri melihat akselerasi Putin begitu cepat mengambil keputusan untuk berperang. Sistematika Putin dalam melakukan invasi pun terindikasi bercampur emosi.

Menurut pandangan saya, Amerika dan Uni Eropa sebenarnya tidak terlalu berambisi untuk mengalahkan para serdadu Rusia di medan tempur. Tapi mereka lebih tertarik memikirkan cara agar invasi Rusia dapat dihentikan. Atau menekan Rusia agar mau mengambil jalan diplomasi lalu membuat kesepakatan.

Namun demikian, Amerika khususnya tentu tidak mau jika perang Rusia-Ukraina berhenti begitu saja sebelum target nya tercapai semuanya. Karena itu sangat mungkin pihak yang mengulur waktu perdamaian adalah Amerika sendiri yang sekaligus sebagai penyulut perang Rusia- Ukraina terjadi.

Banyak yang mengetahui, bahwa meletusnya perang ini sejak awal karena intervensi Amerika terhadap negara Eropa agar menolak jalur pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia-Jerman. Padahal jalur gas tersebut sudah selesai dibangun Rusia di tahun 2021. Amerika khawatir ketergantungan energi Eropa pada Rusia semakin meninggi. Selain itu Amerika pura-pura ingin menarik Ukraina menjadi anggota NATO sekaligus menempatkan pasukan militer dan senjata di perbatasan Rusia. Dalam istilah Presiden Putin hal ini disebut “ancaman di halaman rumah”.

Dari dua indikasi di atas saja, sudah terlihat bahwa sejak awal, adalah Amerika yang memancing kemarahan Rusia agar berani melakukan langkah kekerasan. Dan rupanya sikap provokatif Amerika Ini berhasil memancing “Sang Beruang Merah” keluar kandang seraya mencakar-cakar umpan dari Amerika. Dan celakanya, umpan itu adalah Ukraina yang “lemah jelita” tetangga sekaligus mantan Rusia namun sedang dimabuk kepayang oleh rayuan gombal Amerika.

Pertanyaannya, sebenarnya target apa saja yang hendak dicapai Amerika ?

Pertama, Amerika sadar bahwa beberapa negara sekutunya sudah mulai menjaga jarak dengannya. Di lain pihak China juga Rusia sangat berharap dapat membentuk front baru dengan Uni Eropa untuk menghadapi berbagai “serangan dan langkah unilateral Amerika sendiri”.

Amerika tidak mungkin membiarkan hal itu tejadi. Wajib ada langkah menyolidkan kembali negara-negara sekutunya dengan cara membuat musuh bersama. Presiden Joe Biden menyadari, kini sudah tidak efektif jika menghimpun soliditas hanya menggunakan perjanjian-perjanjian apalagi sekedar himbauan.

Amerika terpaksa harus menciptakan ancaman baru bagi Eropa dengan kualitas yang lebih horor di banding Iran di Timur Tengah, Korut di Asia Timur, Afghanistan di Asia Selatan, Venezuela di Amerika Selatan dan Libya di Afrika Utara. Ternyata Rusia yang terpilih sebagai negara teror untuk Uni Eropa. Seperti biasa, cara satu-satunya untuk menghadapi negara yang dikategorikan teror/ ancaman adalah menjaga soliditas diantara negara lainnya dan Amerika sebagai pemimpinnya. Dan begitupun yang terjadi di 27 negara Uni Eropa.

Kedua, Amerika berharap dapat mempertontonkan watak Rusia sesungguhnya, yang seolah begitu brutal dalam menginvasi negara tetangga nya yang notabene sangat lemah dan Vladimir Putin disebut “Neo Nazi” yang begitu sadis dan emosional.

Ketiga, perang Rusia-Ukraina harus sampai pada sanksi ekonomi. Selain berfungsi untuk melemahkan negara Rusia, Amerika ingin mengirimkan pesan pada dunia, bahwa stabilitas suatu negara hanya terjamin seluruhnya jika itu dilakukan atas restu dirinya.

Keempat, Amerika sedang meneror semua negara, termasuk China. Bahwa jika berani menentang dirinya, artinya sedang berhadapan dengan seluruh negara sekutunya di dunia.

Kelima, jika Amerika dapat mencapai semua target ini. Diharapkan sedikit banyak dapat memulihkan citra dirinya setelah banyak kegagalan yang diperbuatnya, semisal kegagalan di perang dagang dengan China.

Bonus tambahan, AS pun sangat potensial mendapat “keuntungan” dari masuknya para investor besar Eropa yang beralih ke Amerika karena di Eropa sedang dilanda krisis sebagai dampak invasi Rusia ke Ukraina

Kembali pada tema, persoalan bagaimana cara Amerika menghentikan invansi Rusia pada Ukraina ?

Invasi Rusia wajib dihentikan. Karena jika berlanjut pada Perang Dunia III dan atau perang nuklir sungguh sangat tidak diharapkan semua negara termasuk Amerika. Cukup ketika semua target AS dan NATO telah tercapai maka perang pun wajib segera selesai.

Adapun langkah penyelesaian diantaranya sebagai berikut :

1. Seruan dari masyarakat dunia internasional juga masyarakat Rusia sendiri yang menolak perang, akan digunakan Amerika untuk menekan Putin secara psikologis agar perang segera dihentikan.

2. Menilai estimasi biaya yang lumayan boros. Pola perang “Blitzkrieg” yang populer digunakan Wehrmacht 1942 yang disinyalir diadopsi Putin dalam perang saat ini. Menurut riset Centre for Economic Recovery rupanya invasi ini membuat Rusia harus mengeluarkan biaya 20 miliar Dolar atau setara Rp 287 triliun per hari. Padahal harga invasi Amerika ke Afghanistan sebesar 2,26 triliun Dolar sejak 11/9/01, atau hanya Rp 4,3 triliun per hari selama 2 dekade.

Serangan mahal dalam satu pekan itu ternyata masih langkah awal yang kebanyakan berbasiskan artileri. Biaya akan semakin boros jika serangan udara sudah digunakan secara total.

Menghitung BEP perang ini, sepertinya Putin harus memperluas target daerah yang harus dicaplok bukan hanya Belarus & Krimea tapi kalau perlu seluruh Ukraina

Andai saja tentara Ukraina mampu menahan Rusia selama 7 pekan saja atas bantuan Amerika, Putin bisa saja terpaksa melakukan opsi negosiasi karena sudah kehabisan biaya dan sumber daya.

3. Konsekwensi invasi berupa sanksi ekonomi internasional yang berakibat pada buruknya ekonomi nasional Rusia, akan ditargetkan Amerika agar menjadi tekanan tersendiri bagi Putin untuk melanjutkan perang lebih lama.

Konsekwensi terdekat yang diharapkan Amerika akan membuat para pengusaha di dalam negeri Beruang Putih itu menekan presidennya agar mau membanting setir kendali untuk berbelok ke jalur negosiasi

4. Risiko pola perang “Blitzkrieg” adalah jika ada keterlambatan waktu dalam mencapai target kemenangan, Konsekwensinya, selain biaya yang boros, sedikit banyak akan berdampak pada melemahnya kegigihan para prajurit di medan perang. Sekali lagi, solusi negosiasi akan terus ditawarkan Amerika pada Rusia daripada harus menelan resiko yang lebih besar.

5. Sesungguhnya kekuatan militer Rusia jauh di atas kertas jika harus dibandingkan Ukraina. Dan kemenangan dalam perang militer ini sudah banyak diprediksi jika Rusia yang akan jadi pemenang. Bahkan tidak sedikit yang menilai kemenangannya akan telak.

Tapi, kemenangan militer ini akan sangat “kacau” jika tidak berefek sistemik pada kemenangan politik dan ekonomi.

Tentu saja Putin gengsi jika harus kalah, tapi ada kemungkinan akhirnya terpaksa mengalah mengambil jalur negosiasi karena sadar akan boomerang yang akan terjadi.

6. Dan jurus terakhir jika semua skenario tetap tidak berhasil adalah, AS dan NATO akan membiarkan Ukraina untuk berperang sendiri dan akhirnya menyerah pada Rusia. Maka invasi pun dipastikan akan dengan sendirinya berhenti.

Inilah kemungkinan yang akan dilakukan Amerika dan NATO, apakah semua akan terjadi atau hanya sebagian saja. Mari kita saksikan bersama

Penutup
Menurut orang tua saya, dalam waktu dekat Blok Timur akan menjadi pemenang. Dan kemenangan itu sudah dimulai China dalam perang dagangnya.

Sabdanya, “kemenangan Blok Timur itu akan terjadi, meski dalam waktu tidak lama akan kembali lagi pada Barat sebagai pemenangnya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 1 = 2