MOZAIK : KIsah Dibalik Laparnya Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu

WARTAHOT – Abu Hurairah menceritakan pengalamannya: “Aku pernah mengalami lapar yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keparahannya, sehingga demi Allah yang tiada Tuhan, selain Dia, aku pernah pingsan di antara mimbar dan rumah Rasulullah SAW.”

Abu Hurairah melanjutkan: “Selanjutnya, datanglah seorang shahabat mendekatiku. Dia mengira bahwa diriku kerasukan Jin.”

“Pada suatu malam aku shalat bermakmum kepada Rasulullah SAW sedang aku dalam keadaan sangat lapar.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa rasa lapar yang dialaminya sampai kepada tahap yang membuatnya tidak lagi mengetahui apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW dalam shalatnya bersama mereka.

“Setelah beliau selesai dari shalatnya, aku keluar untuk menghadang orang-orang dengan harapan semoga ada diantara mereka yang mau membawaku ke rumahnya, lalu memberiku makan.”

Akan tetapi, apakah dia menghadang orang lain untuk mengatakan kepadanya: “Berilah aku makan!” Atau apakah dia mengatakan: “Kenyangkanlah diriku dan berilah aku minum?” Tidak, bahkan dia menghalangi orang lain, lalu menanyakan kepada mereka makna sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an barangkali saja mereka memahami maksudnya, lalu mau mengajaknya makan. Ia pun menghadang Abu Bakar, tetapi ternyata Abu Bakar tidak memahami maksud yang sebenarnya. Bahkan ia menjawab pertanyaanya, lalu pergi; demikkian pula `Umar ra.

Abu Hurairah melanjutkan: “Selanjutnya, Rasul SAW keluar dan aku menghadangnya. Demi Tuhan yang diriku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya beliaulah yang mulai menyapaku sebelum aku memulainya. Beliau tersenyum, lalu bersabda; `Kemarilah bersamaku!’” Rasulullah SAW memahami bahwa sesungguhnya Abu Hurairah tidak membawa pertanyaan, melainkan membawa rasa lapar dan haus.

Abu Hurairah melanjutkan; “Beliau lalu memasukkanku kedalam rumahnya dan tiada yang terdapat di dalam rumahnya, kecuali hanya sepotong roti tanpa ada sebutir kurma pun dan juga tanpa ada anggur kering sedikit pun. Tiada suatu makanan yang lain pun di dalam rumahnya, kecuali hanya semangkok loban (yoghurt). Ketika aku melihat loban, aku berkata kepada diriku sendiri; `Beliau pasti akan memberiku minum sekarang dan dengan izin Allah rasa laparku nanti akan hilang.’ Rasulullah SAW memanggil; “Hai Abu Hurairah!’ Aku menjawab; `Labbaika wasa’daika, ya Rasulullah.’ Rasulullah SAW bersabda; “Temuilah orang-orang fakir miskin ahli suffah yang ada di emper masjid itu dan undanglah mereka semua.’”

“Aku berkata kepada diriku sendiri; `Hanya Allah yang dimintai pertolongan. Aku lebih utama untuk mendapatkan loban ini, karena apabila ahli shuffah yang jumlahnya kurang lebih antara tujuh puluh sampai delapan puluh orang itu datang semuanya, tentulah mereka tidak akan menyisakan loban barang setetes pun, lalu apakah yang tersisa untukku?Akan tetapi, perintah Rasulullah SAW tetap harus aku laksanakan.’”

Abu Hurairah pergi menemui ahli Shuffah dan mengundang mereka, lalu mereka datang dengan bergegas-gegas hingga senmuanya masuk menemui Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pun memberi mereka minum dari loban itu, hingga mereka minum dan kenyang semuanya, sedang Abu Hurairah hanya dapat memperhatikan adegan itu dengan rasa penuh kekesalan. Setelah selesai, mereka keluar dan Rasululah SAW bersabda; “Hai Abu Hurairah!” Aku menjawab; “Labbaika wa sa’daika, ya Rasulullah.” Rasul bersabda; “Ambillah wadah itu dan minumlah!” Aku pun minum, demi Allah hingga kenyang. Rasul SAW bersabda; “Minum lagi!” Aku menjawab; “Wahai Rasulullah SAW., demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar sebagai seorang nabi, aku tidak menemukan tempat lagi untuknya (sudah kenyang).” Selanjutnya, Rasul SAW mengambil sisanya yang masih ada dalam wadah itu, kemudian membaca bismillah dan meminumnya. (HR.Bukhari, Ahmad, dan Thabrani)

Sesungguhnya Nabi SAW mengalami kelelahan dan kelaparan, tetapi imbalan pahala yang diharapkannya bukanlah di dunia ini karena dunia adalah kehidupan yang fana bagaikan bayangan pohon. Bahkan karunia dan kepuasan yang akan diperolehnya adalah kelak di akhirat sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

“Dan kelak Tuhanmu pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu(hati) kamu menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuha (93): 5)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 2 = 8