Youth Diversity Forum 2023 Isue Genosida Uyghur Jadi Perbincangan Hangat

FOKUSATU– Center of Human Excellence and Diversive (CoHesive) melaksanakan Forum Kebhinekaan Pemuda Pertama 2023 atau The 1st Youth Diversity Forum 2023 yang sukses digelar Kamis, 07 September 2023 di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Kegiatan yang mengusung tema “Raising Interfaith, Independence and Interconnection Movement Towards Harmony Within Diversity (Menggalang Gerakan Lintas Agama, Kemandirian dan Interkoneksi Menuju Harmoni Dalam Kebhinekaan)”, ini diselenggarakan bekerja sama dengan Milenial Untuk Pertahanan Keamanan (MAPAN) dan Forum Dirgantara Muda.

Selain itu, kegiatan ini didukung oleh ASEAN Youth Organization, Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Jateng, Ikatan Alumni ITB, Ikatan Alumni Jerman, Ikatan Alumni Program Habibie, Yayasan Rumah Cahaya Kebaikan, serta Lembaga Kursus dan Pelatihan Eunoia.

Founder CoHesive yang juga merupakan Ketua Umum Forum Dirgantara Muda, Ahmad Arafat Aminullah menyampaikan bahwa forum ini menjadi wadah untuk diskusi, komunikasi, dialog, penjajakan, konsolidasi dan aksi bersama yang membahas tentang kebhinekaan yang berintegritas bagi pemuda dalam menghadapi berbagai tantangan keamanan, ekonomi-politik, sosial dan isu-isu kebangsaan kontemporer.

Dalam sesi diskusi panel seorang seorang peserta dari Humanity United Project Indonesia (HUPI) bernama Hasman menyampaikan bahwa terjadi Genosida budaya yang dilakukan oleh Pemerintah Komunis China terhadap etnis minoritas muslim Uyghur. Sontak penyampaiannya meraih perhatian forum. Menurutnya genosida itu jika dibiarkan dan didiamkan oleh masyarakat internasional termasuk Indonesia akan berdampak semakin mengkhawatirkannya kondisi dan krisis kemanusiaan yang dialami oleh etnis Uyghur di Xinjiang.

“Tidak terlepas dari tema acara, kita sebagai bangsa Indonesia dengan Pancasilanya harus turut serta menghentikan genosida, diskriminasi dan pelanggaran HAM khususnya pada saudara kita etnis Uighur karna tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, jika ini dibiarkan akan sangat menghawatirkan”, kata Hasman selaku Ketua Umum Pusat HUPI di Ballroom Oak Tree Semarang, Kamis (7/9).

Hasman juga menyampaikan bahwa telah terjadi genosida yang terstruktur, sistematis dan masif serta kerja paksa dengan motif politik ekonomi.

“Berdasarkan data dan informasi yang kami himpun, kita dapat melihat dan patut diduga bahwa genosida ini sudah terstruktur, sistematis dan masif untuk kepentingan politik ekonomi pemerintah China”, tutur Hasman.

Ahmad Arafat menanggapi pertanyaan tersebut dengan menyarankan penentuan sikap Indonesia jika fakta dan realitas sudah cukup kuat, hal itu telah sesuai dengan nilai Pancasila dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Kita harus menentukan sikap setelah menemukan dan meyakini fakta dan realita yang terjadi atas suku bangsa Uyghur tersebut. Ini adalah ejawantah dari sila pertama dan sila kedua dari Pancasila. Apapun yang bisa dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah yg dihadapi oleh minoritas muslim tersebut harus digaungkan dan dikuatkan sebagai bentuk solidaritas kita sebagai sesama manusia yg ber ketuhanan dan berperikemanusiaan,” tutur Arafat.

Menurut Agung Hikmati selaku salah satu pemateri dalam acara tersebut, konflik antaragama muncul tidak selalu karena sentimen keagamaan, tapi kerap dipicu oleh kepentingan politik ekonomi. Di mana, katanya, emas sering kali dijadikan justifikasi untuk menyulut konflik, sehingga seolah-olah terjadi konflik agama, dikutip dari Merdeka.com.
Sementara Ahmad Arafat selaku Founder CoHesive menanggapi, bahwa masalah ini dapat di selesaikan melalui jalur dialog serta peningkatan nilai toleransi.

“Termasuk pelanggaran HAM terhadap pemeluk agama atau penganut aliran kepercayaan, dapat diminimalkan di masa depan melalui jalur dialog dan peningkatan nilai toleransi,” imbuhnya.

Setelah acara selesai Hasman menyampaikan bahwa Humanity United Project Indonesia sendiri merupakan organisasi yang konsisten menyuarakan isu terkait genosida Uighur.

“Kami rasa ini penting dan genting untuk kita suarakan bersama, kami konsisten dan terakhir, 31 Agustus lalu kita melaksanakan demonstrasi di depan kedutaan besar China di Jakarta dan di Konsulat Jenderal Tiongkok di Medan atas kerjasama PW HUPI Sumut dengan organisasi Ikatan Pelajar Al Washliyah di kota Medan,” ungkap Hasman.

Demonstrasi yang mereka lakukan melibatkan anggota dan menggalang simpati masyarakat untuk sama-sama menyuarakan aspirasi.

“Demonstrasi itu diikuti sama anggota dan beberapa elemen masyarakat dari lingkungan setempat yang turut serta simpati dengan nasib etnis minoritas Uighur,” tuturnya.

Menurut hasman pergerakan yang mereka lakukan semakin hari semakin membesar dan meraih simpati lebih banyak masyarakat.
“Gerakan kami terus mendapat dukungan dari masyarakat dan untuk aksi kemarin bisa mencapai 600 massa yang kedepannya kita harap terus bertambah”, harapnya.

Hasman berharap melalui Youth Diversity Forum kepedulian Pemuda Indonesia turut serta ikut andil untuk memperjuangkan aspirasi penghentian genosida terhadap etnis minoritas Uighur kedepannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

57 − 50 =