Agus Fatah : Pengaruh Budaya Baca Terhadap Tingkat Kebahagiaan Masyarakat

FOKUSATU– Perintah pertama Allah SWT kepada manusia adalah iqro : membaca. Manusia diwajibkan membaca ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah di alam raya (ayat-ayat kauniyyah) dan ayat-ayat Alllah yang termaktub dalam kitab suci Al-Quran, buku-buku ilmu pengetahuan, budaya dan lain sebagainya (ayat-ayat qauliyah). Tentu perintah Allah SWT tersebut sangat baik manfaatnya bagi manusia,

Budaya membaca harus ditumbuh-kembangkan pada generasi muda negeri ini sejak dini, agar mereka tumbuh menjadi generasi literasi (gemar membaca dan kritis)

Membangun generasi literasi adalah sebuah keniscayaan jika kita menginginkan generasi mendatang lebih baik dan bahagia. Apakah ada pengaruh antara budaya baca terhadap tingkat kebahagiaan masyarakat di sebuah negara?

Menurut Kang Maman Suherman (Penggiat Literasi), ada 5 negara di dunia yang masyarakatnya memiliki budaya membaca tinggi yaitu : Finlandia, Norwegia, Islandia,, Swedia dan Swiss. Dan negara-negara tersebut merupakan negara yang masyarakat paling bahagia.

Disamping itu, ternyata negara-negara tersebut juga merupakan negara dengan tingkat korupsi paling rendah (termasuk Selandia Baru dan Singapore)

Dengan demikian menurut Kang Maman Suherman ada pengaruh besar antara budaya membaca sebuah masyarakat dengan tingkat kebahagiaan mereka, bahkan dengan indek korupsi di negaramya.

Apa kabar dengan budaya baca masyarakat Indonesia hari ini? Tingkat minat membaca masyarakat Indonesia diketahui terbilang cukup rendah. Berdasarkan data United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), indeks minat baca orang Indonesia hanya 0,001% atau 1:1000 orang yang memiliki minat baca serius.

Tidak hanya itu, berdasarkan penelitian Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2010 menunjukan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara.
Data lain menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara terkait tingkat literasi (budaya baca) masyarakatnya. Faktanya, hasil berbagai studi pada rentang waktu itu tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok.

Sementara menurut Gol A Gong Duta Baca Indonesia mengatakan bahwa sebenarnya minat baca masyarakat Indonesia tidak rendah, hanya akses terhadap buku dan perpustakaan yang masih sulit serta distribusi buku yang belum merata.

Data- data tersebut harus disikapi serius oleh masyarakat dan pemerintah dengan cara memberdayakan masyarakat dan memperbaiki kebijakan literasi, perbukuan dan perpustakaan di tanah air.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 81 = 90