FOKUSATU– Sosialisasi penurunan stunting sangat penting karena angkanya masih cukup tinggi sehingga menjadi masalah nasional. Pencegahannya pun menjadi program nasional untuk bersama-sama menurunkannya. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Pusat mengadakan kegiatan Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Hulu bersama Bapak Yahya Zaini S.H selaku Anggota Komisi IX DPR RI.
“Balita yang terkena stunting masih ada sekitar 21,6 persen artinya kalau ada 10 atau 5 bayi yang lahir satu diantaranya terkena stunting. Bila ada lima bayi yang lahir, satunya stunting dikali jumlah bayi seluruh Indonesia, jutaan orang jumlahnya. Sehingga ini menjadi masalah bersama,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI dalam kegiatan sosialisasi yang digelar BKKBN di Balai Desa Tapen, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Jum’at (11 Agustus 2023).
Dalam sambutannya, Yahya menjelaskan secara umum stunting ialah terhambatnya tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kelahiran. 1.000 hari pertama kelahiran itu artinya 2 tahun.
“270 hari dalam kandungan, 730 hari di luar kandungan. Jadi masa kritisnya adalah 1.000 hari pertama kelahiran. Oleh karena itu harus betul-betul dipahami bagaimana pola asuh yang baik. Sebab stunting bisa terjadi yang utama adalah karena salah polah asuh,” jelas politisi Golkar dari Dapil Jawa Timur VIII.
Yahya juga mengungkapkan pencegahan stunting dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, harus memberi asupan gizi kepada ibu hamil. Kedua, memberi ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayi. Ketiga, memberi makanan tambahan ASI atau MPASI (Makanan Pendamping ASI) setelah usia 6 bulan. Keempat, awasi perkembangan tumbuh kembang anak dengan membawa ke posyandu agar ditimbang berat badannya dan diukur tingginya.
“Membawa anak ke posyandu lebih baik rutin dilakukan setiap bulan. Jika ada tanda-tanda kurang tinggi dan kurang berat badannya artinya sudah diketahui anak tersebut bisa berpotensi terkena stunting,” imbuhnya.
Yahya menegaskan pentingnya komitmen membangun generasi muda yang cerdas dan kuat. Kalau balitanya terkena stunting tentu harapan kita untuk membangun generasi emas pada tahun 2045 tidak akan tercapai.
Selanjutnya, Yahya memberikan apresiasi acara sosialisasi seperti yang dilakukan BKKBN Pusat ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk bersama-sama membangun kesadaran untuk melakukan pencegahan stunting dari hulu.
“Saya mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi kepada BKBBN, melalui program sosialisasi ini dapat meningkatkan literasi masyarakat terkait usaha bersama untuk menurunkan angka stunting bagi anak-anak kita, demi masa depan Indonesia yang gemilang,” tutupnya.
Narasumber kedua Ibu Priyanti S.E, M.PH sebagai perwakilan pusat menyampaikan, anak-anak remaja dapat menjadi role model. Remaja dapat menyebarkan informasi terkait dengan stunting dengan bahasa yang mudah dipahami kepada teman-teman sebaya.
“Kalianlah salah satu role model yang patut dan layak untuk menyandang gelar Duta GenRe,” tegasnya.
Apri menjelaskan ada Salam GenRe yaitu lambang jari jempol dan jari telunjuk menyatu membentuk angka 0 yang berarti zero atau nol bermakna katakan tidak terhadap 3 hal. Pertama, katakan tidak pada pernikahan di usia dini atau usia anak. Kedua, katakan tidak pada seks sebelum nikah. Lalu ketiga, katakan tidak pada NAPZA dan terorisme.
“Kalian para remaja berikan contoh untuk mengatakan tidak menikah di usia muda. Teruskan pendidikan kalian, dan teruslah berkarya. Baru nanti merencanakan pernikahan melalui 10 dimensi kesiapan berkeluarga,” tambahnya.
Kemudian Apri mengingatkan kepada Bapak Ibu yang hadir tidak kalah penting sangat berperan dalam pencegahan stunting.
“Dukung anak kita tidak menikah di usia dini. Kita pengen nanti para remaja saat merencanakan kehidupan menikah dalam keadaan siap. Sehingga diharapkan anak yang lahir berkualitas,” imbuhnya.