Agus Salim : Guru Al Quran antara Izzah, Ma’isyah dan Aisyah

FOKUSATU– Menjadi guru Al-Quran adalah sebuah impian dan kebanggaan (izzah) banyak orang beriman, mengapa?, karena mereka yaqin bahwa guru Al-Quran akan mendapatkan keberkahan dan menjadi manusia terbaik di hadapan Allah SWT.

Sebagaimana Rasulullah bersabda :

“Khoirukum man ta’allama al-qurana wa’allamahu”

“Yang terbaik diantara kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya (HR : Muslim)

Namun dalam perjalanannya ada guru Al-Quran yang tergelincir dari tujuan awalnya karena keadaan : kebutuhan kehidupan dan istri (ma’isyah &’aisyah) sehingga mereka kurang bersemangat mengajarkan Al-Quran dan mengamalkan Al-Quran (menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup).

Kondisi ini dialami banyak guru Al-Quran, mereka merasa kurang diapresiasi, dihargai dan difasilitasi oleh lembaga : sekolah, pesantren, rumah tahfidz dan orang tua.

Kondisi diatas tentu akan berdampak pada proses dan kualitas pengajaran guru Al-Quran. Kondisi tersebut tidak boleh didiamkan, harus dicarikan solusinya, jika tidak, maka yang menjadi korbannya adalah para siswa dan santri yang sedang belajar Al-Quran, mereka tidak mendapatkan yang terbaik dari guru Al-Quran sebagai orang yang dianggap terbaik dihadapan Allah SWT.

Untuk keluar dari kondisi tersebut maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, guru Al-Quran harus menguatkan kecintaan dan fikrah Al-Qurannya (pemahaman) nya tentang tujuan menjadi guru Al-Quran, rajin membaca Al-Quran, sholat malam dan memahami 20 hadits tentang Al-Quran, demikian menurut Ust. Riyadhus Shalihiin team penjaminan mutu Ruhiyah metode belajar Al-Quran Ilman wa Ruuhan Jaringan Sekolah Islam Terpadu.

Kedua, sekolah, pesantren, rumah tahfidz dan sejenisnya mengapresiasi, memfasilitasi dan membuat nyaman guru Al-Quran dalam melakukan proses pengajaran.

Ketiga, orang tua masyarakat dan organisasi sosial keagamaan (Muhammadiyah, NU, Persis dan lain sebagainya) diharapkan berperan aktif mendukung pengajaran Al-Quran baik moril dan materiil.

Jika guru Al-Quran, lembaga pendidikan, orang tua, masyarakat dan organisasi sosial keagamaan bersatu padu mendukung proses pembelajaran Al-Quran maka upaya meng- Al-Quran masyarakat bukan sekedar impian.
Allohu Musta’an. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

38 + = 46