FOKUSATU-Sosok Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang satu ini memang selalu saja mengundang kontroversi, bahkan pemberian gelar kehormatan Bintang Mahaputra Nararya yang baru baru ini diberikan oleh Presiden kepada dirinya telah menuai kritikan serta ramai dibicarakan. Namun bagi sebagai seorang Politisi seperti Fadli Zon yang telah banyak membuat karya tulisan menanggapinya dengan santai.
Sebagai seorang Politisi yang telah banyak menerbitkan buku yang berbicara tentang Demokrasi, Politik, Seni dan Budaya, sebenarnya pemberian gelar kehormatan tersebut biasa-biasa saja dan dan tak perlu juga diperdebatkan. Karena sejatinya kalau kita lihat sejarah makna ” Mahaputra Nararya ” itu sendiri adalah, sebuah sebutan untuk seseorang anak laki-laki yang cerdas dan baik yang telah berjasa untuk negara.
Fadli Zon sendiri menurut saya telah berjasa dalam upaya mengawal serta menjaga marwah demokrasi agar tetap berada pada rel nya.
Di negara asalnya sendiri ( India ), Nararya banyak di maknai dengan berbagai macam arti, namun yang paling terkenal adalah, bahwa Nararya merupakan sebuah bentuk gelar kehormatan bagi seorang anak laki-laki yang tak pernah lelah atau berhenti untuk menulis atau berkarya.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa selama menjabat sebagai Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019, Fadli Zon telah mampu dan banyak memberikan sebuah rekaman sejarah perjalanan Demokrasi politik di negeri ini. Dengan ditemani sejawatnya Fachri Hamzah sesama matan aktivis 98 yang juga Wakil Ketua DPR pada periode yang sama. Fadli Zon kerap kali memberikan kritikan yang sangat pedas di alamatkan kepada Pemerintahan Jokowi, sehingga membuat para pendukungnya marah, bahkan ada yang berniat untuk membunuhnya.
Sekali lagi, bahwa pemberian gelar kehormatan Bintang Mahaputra Nararya kepada Ketua Badan kerjasama Antar Palemen ( BKSAP-DPR RI ) tak perlu dibesar-besarkan. Karena dalam demokrasi suatu hal yang biasa saja. Bahkan menurut saya pamornya masih kalah mentereng dengan gelar DUTA PANCASILA yang telah diberikan pemerintah kepada orang-orang yang gak ngerti Pancasila.
Penulis adalah pegiat aktivis sosial