FOKUSATU-Agus Yuliono, ia dinobatkan sebagai Mahasiswa berprestasi oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Prof. Dr. Hamka, beliau selain menjadi guru, ia juga seorang Trainer dan Narasumber Nasional Ilmu Pengembangan Pendidikan bersama dengan Teamnya diantaranya; Dr. Asep Sutisna Sanjaya, M.Pd. selaku Supervisor Kurikulum di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD), Nur Purwana Hidayat selaku Trainer Ilmu Pemberdayaan Diri, dan Nuraharjo selaku Trainer Hypnotherapy.
Pada kesempatan ini Agus Yuliono di undang FKIP UHAMKA untuk menjadi Narasumber dalam SEMINAR NASIONAL yang bertemakan “Membingkai Karakter Baru Pendidikan Sekolah Dasar”. Seminar Nasional berlangsung pada tanggal 1 Juni 2020, tepatnya pukul 10.00 WIB – 13.00 WIB. Pada seminar ini terdapat empat Pemateri hebat yang sudah tidak diragukan lagi dalam tingkat Nasional.
Empat pemateri itu ialah :
– Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd
(Dekan FKIP UHAMKA)
– Drs. Kusmajid Abdullah, M.Pd
(Dosen FKIP UHAMKA)
(Praktisi Pendidikan)
– Nuraeni, S.Pd,M.Si
(Dosen Univ.Mandalika)
(Narasumber Nasional)
– Agus Yuliono, S.Pd., CHt, CI, CT.NNLP
(Founder Lembaga Pelatihan PUSDARI (Pusat Pemberdayaan Diri))
(Licensed Trainer from BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi)
(Trainer Hypnotherapy and NLP)
Sebelum kita membahas lebih jauh meterinya, alangkah baiknya kita mengetahui Biografi Agus Yuliono. Berikut Biografinya:
Pada kesempatan ini, Agus Yuliono menyampaikan mengenai asal-muasal terbentuknya karakter. Berikut ini ringkasan materi yang disampaikan Agus Yuliono dalam Seminar Nasional Guru di FKIP UHAMKA :
Pemrograman bermula dari stimulus eksternal, disini informasi di kirim oleh orang tua, guru, teman, TV, internet, dan lingkungan. Setelah informasi di kirim, maka akan ditangkap oleh panca indra. Setelah terserap, masuk ke pikiran sadar, tahapan ini banyaknya informasi akan di analisis dan di identifikasi. Penting atau tidaknya dan berguna atau tidaknya, akan terpilih. Jika tidak terpilih, maka informasi hanya berbentuk seperti angin lalu atau lewat begitu saja.
Jika banyaknya informasi itu sudah di pilah oleh pikiran bawah sadar, agar informasi-informasi ini menjadi program permanen maka harus melewati critical factor area. Critical factor area ini berfungsi sebagai penyaring informasi yang masuk. Jika informasi berhasil melewatinya, maka akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Dari berbagai informasi yang masuk, yang bisa masuk ke pikiran bawah sadar hanya beberapa informasi. Nah, saat itu terbentuklah suatu program yang tertanam di pikiran bawah sadar. Program positif atau program negative, alam bawah sadar tidak memperdulikannya, karena ia bersifat netral.(*)