AMR : Pendidikan itu “Meng-Inspirasi”

FOKUSATU-Dua hari yang lalu keluarga kami kedatangan sahabat Guru, Kang Shobirin dan Istrinya Ibu Nana. Kang Shobirin Guru Sejarah di SMA Labschool Kebayoran dan Ibu Nana Guru Seni di SMA Al Azhar Syifa Budi, Kemang. Sejarah dan Seni setali dua memang memiliki kedekatan yang teramat sangat, setiap yang diabadikan dalam narasi sejarah pasti juga memiliki daya seni yang dahsyat.

Kami berbuka puasa dan cerita banyak hal tentang pendidikan khususnya selama masa pandemi COVID-19. Teman-teman Guru sepertinya sudah mendekati masa puncak “euforia” belajar secara online, itu kesimpulan saya. Pada awalnya begitu bersemangat melakukan belajar online, setelah berhasil online begitu bahagia, paling tidak telah berhasil melakukan koneksi dengan peserta didik secara virtual. Itu sebabnya banyak dari kalangan Guru yang justru memposting foto-foto keberhasilan melakukan koneksi virtual bersama peserta didik kira-kira sebagai bentuk syukur sebab telah melewati satu syarat mutlak belajar secara online yakni terkoneksi secara virtual.

Setelah berjalan paling tidak sepekan, ternyata kendala mencapai tujuan pendidikan dengan cara belajar online bukan solusi jika tidak dibilang justru menjadi masalah lain. Sejumlah masalah kini mulai dirasakan dari problem mengontrol peserta didik benar-benar ada atau tidak saat belajar online dilakukan sampai dengan jika benar peserta didik hadir secara virtual sejauh mana materi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima oleh peserta didik. Belum lagi problem-problem teknologi informatika seperti signal internet dan lain-lain yang selalu saja ada setiap kali pertemuan pembelajaran online. Ini menjadi masalah yang juga serius bagi dunia pendidikan.

Kembali lagi ke pasangan guru ini Kang Shob dan Bu Nana. Sambil kami bercerita dirungan tamu anak sulung kami Shakila Cendekia kini usia 4 tahun dengan buku gambar dan spidol aneka warna sedang belajar menggambar semampu dia. Kang Shob yang saya kenal naluri seni juga bagus, mengajarkan anak kami menggambar pola tangan. Caranya, telapak tangan Shakila diletakan di atas kertas putih buku gambar. Kemudian sambil membimbing tangan kanan Shakila yang memegang spidol dibimbing menarik garis sesuai lekuk jari telapak tangan kirinya. Maka jadilah gambar tangan.

Shakila tampak senang diambilnya spidol warna merah dan memulai memberi bentuk kuku dan diberi juga warna merah. Warna merah kuku yang diberi Shakila terlihat sangat pekat, Ia menggoresnya berkali-kali. Kang Shob melihatnya, menilai bahwa Shakila mewarnai dengan mantap seolah tanpa keraguan dengan karakter yang kuat. Dan seterusnya jari-jari Shakila mulai menggambar pola banyak benda. Kini Ia sudah mendapat satu inspirasi menggambar yaitu menggambar dengan metode mengikuti pola. Salah satu yang selanjutnya dipraktekannya sendiri yakni Ia mengambil dua sisir rabut yang berbeda dan menggambar mengikuti polanya. Terimakasih Kang Shob.

Pendidikan itu sejatinya menginspirasi apalagi untuk anak yang baru berusia 4 tahun rasa ingin tahu dan menjadi diri sendiri cenderung tinggi. Pada kondisi ini orang tua dan lingkungan idealnya menjadi teladan, motivator dan pendorong yang baik bagi anak, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”. Pada fase inilah mental dasar anak dibentuk dan terbentuk, orang tua dan lingkungan bertanggungjawab penuh sebagai medium pendidikan bagi tumbuh kembangnya.

Pada fase usia 4 tahun ini juga lompatan-lompatan berfikir anak terkadang membuat kita tercengan. Seperti Shakila dan pembelajaran menggambar pola serta memberikan warna pada gambar. Saya dibuat berfikir semalaman, oleh tingkah Shakila. Setelah menggambar pola tangan, kemudian menggambar pola sisir rambut dan memberi warna yang khas dan pekat. Lompatan lain dari itu yakni menggambar di tangan. Ya, keesokan harinya tangan adiknya Sutan Toha menjadi medium Shakila untuk menggambar. Seperti menggambar Tato, tangan adiknya diberi pola dan warna yang juga pekat dan mantap. Untung saja adiknya yang baru beranjak 2 tahun ini juga tenang dan senang tangannya menjadi medium menggambar Shakila.

Saya jadi berfikir apa mungkin, pendidikan yang menginspirasi itu memang menciptakan lompatan seperti yang dilakukan Shakila. Menggambar pola tangan dan menggambar di atas tangan ? Sudahlah jawaban dari pertanyaan ini mungkin butuh riset teman-teman yang memang pakarnya, satu hal yang pasti orang tau dan lingkungan harus selalu siap menghadapi perilaku anak yang saya sebut sebagai lompatan perilaku.

***

Celoteh ini hanya ingin memberi kesan untuk hari pendidikan kita yang diperingati hari ini tanggal 2 Mei 2020. Selamat Hari Pendidikan Nasional, semoga masa Pandemi COVID-19 segera berlalu dan anak-anak dapat melakukan belajar secara langsung dengan Guru. Kasian juga orang tua juga mulai kerepotan di rumah. Wkwkwkw.

AMR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

28 − 23 =