FOKUSATU-Sebelumnya saya sangat terkejut, saat ceramah ilmiah yang disampaikan oleh Karlina Supeli menyatakan bahwa dari semua ahli astronom atau pakar terdapat kesamaan pandangan tentang gerak/ evolusi alam semesta ini yang dianggapnya menuju “kehancuran”. Cepat atau lambat, dalil-dalil teologis atau agama pun telah memastikan bahwa “suatu saat” akan terjadi hari akhir “kiamat” yang dalam dalil agama menggambarkan hari tersebut penuh dengan kehancuran alam semesta.
Salah satu ahli sains yang menghitung kapan terjadinya hari kiamat adalah Isaac Newton. Newton sempat menterjemahkan pesan kitab sucinya yang kemudian menghitung kapan terjadinya “hari kiamat”. Kita sama-sama tahu bahwa teori sains yang dikemukakan newton adalah tentang hukum gravitasi yang didalamnya berbicara tentang gaya tarik menarik antara dua benda, massa, gravitasi umum dan jarak. Apakah dengan hukum gravitasi kemudian Newton menghitung kapan terjadinya hari kiamat dan kapan alam semesta ini hancur karena perubahan gerak alam semesta yang terjadi? ( belum dipelajari lebih dalam).
Singkat kata, saya jadi berfikir, benarkah kiamat bisa dihitung oleh rumus-rumus sains?. Disisi lain dalam hukum sains, pergeseran atau perubahan suatu objek memiliki dua syarat yang diantaranya : (1) perubahan itu tidak boleh terjadi secara tiba-tiba tetapi harus gradual, selangkah demi selangkah, (2) perubahan itu harus mempunyai ekstensi (perpanjangan waktu) yang dapat dibagi secara yang takterbatas. Dengan demikian kita bisa mengetahui bahwa perubahan alam semesta ini dalam pandangan sains tidak boleh terjadi secara tiba-tiba jika kita rasionalkan. Begitupun kondisi dimana alam semesta ini tidak akan hancur lebur atau tiba-tiba kiamat tanpa adanya perubahan atau pergerakan menuju kehancuran. Kita harus percaya bahwa Tuhan memberikan “akal budi” untuk berfikir. Lantas, benarkah manusia dapat menghitung kapan hari kiamat itu terjadi?
Kesimpulannya bahwa yang harus kita yakini adalah antara dalil-dalil agama dan pandangan sains terdapat kesamaan tentang akhir dari alam semesta ini, yaitu kehancuran.