WARTAHOT – Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama memuji tindakan warga yang memprotes kebijakan anti-Muslim Donald Trump, dan menegaskan kebijakannya melarang pengungsi Irak masuk selama enam bulan pada 2011 berbeda dengan apa yang dilakukan Trump.
Kevin Lewis, juru bicara Obama, mengeluarkan pernyataan pada Senin atas nama presiden kulit hitam pertama AS yang mengaku tidak setuju jika keputusannya pada 2011 sama dengan larangan masuk AS terhadap tujuh negara mayoritas Muslim—Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman—yang diberlakukan Trump. Ini merupakan pernyataan pertama Obama sejak lengser dari kursi Gedung Putih 20 Januari lalu.
“Berkenaan dengan perbandingan antara (keputusan Trump dan) kebijakan luar negeri presiden Obama, seperti yang sudah kita dengar, presiden tidak setuju secara fundamental dengan gagasan diskriminasi terhadap individu atas dasar keyakinan atau agama mereka,” kata Lewis, dikutip dari Yahoo News.
Pada 2013, ABC News mengungkapkan bahwa dua tahun sebelumnya, atau 2011, Departemen Luar Negeri AS membekukan penerimaan pengungsi dari Irak selama enam bulan setelah ada dua orang yang diduga anggota al-Qaeda diterima sebagai pengungsi dan tinggal di Bowling Green, Kentucky.
ABC News, mengutip pernyataan agen FBI, juga mengatakan “belasan terduga teroris pembuat bom, termasuk mereka yang diyakini menyerang tentara Amerika, mungkin telah secara keliru diizinkan masuk ke AS sebagai pengungsi perang.”
Obama juga memuji para demonstran yang menggunakan hak konstitusionalnya untuk berkumpul. “Presiden Obama senang dengan tingkat keterlibatan masyarakat di seluruh negeri. Dalam pidato resmi terakhirnya sebagai presiden, dia berbicara tentang peran penting masyarakat dan bagaimana seluruh warga Amerika memiliki tanggung jawab sebagai pelindung demokrasi kita, bukan hanya saat pemilu tapi setiap hari,” kata Lewis.
“Masyarakat menggunakan hak konstitusionalnya untuk berkumpul, berorganisasi, dan membuat suara mereka didengar oleh pejabat terpilih adalah apa yang kita harapkan ketika nilai-nilai Amerika dipertaruhkan,” tambahnya.