ICMI Muda Jaktim Menggelar Pelantikan Serta Diskusi Politik

FOKUSATU – Momentum tahun baru Islam 1440 H ,ICMI Muda Jakarta Timur mengadakan acara diskusi politik dan kekuasaan serta pelantikan ICMI Muda Jakarta Timur.

Keikut sertaan aktifis Islam baik dari kalangan ulama pemikirnya dalam pertarungan politik hingga kini masih saja menjadi tema yang menarik dan hangat untuk dibicarakan. Dan itu dibuktikan dengan terjadinya pro-kontra dikalangan mereka yang mengkaji dan mendiskusikannya. Dan polemik ini jika diteliti lebih jauh bukanlah polemik yang baru kali ini terjadi, namun sejak dahulu bahkan sejak berabad-abad lalu tema keterlibatan para ulama dan cendekiawan muslim secara politis dalam penyelenggaraan negara baik sebagai eksekutif, legislatif ataupun yudikatif selalu menjadi perdebatan yang hangat dikaji. literatur-literatur zaman itu akan menemukan misalnya bagaimana sebagian ulama mengingatkan bahaya “mendekati pintu sultan” atau bahkan menolak jabatan sebagai seorang qadhi. Meskipun tentu saja perdebatan itu tidak dalam kapasitas memvonis haram halalnya “profesi politis” tersebut, namun hanya setakat menyoal boleh atau makruhnya hal tersebut tentu saja kemakruhan ini karena dilandaskan sikap wara’ semata, tidak lebih dari itu.

Meskipun menjadi suatu fakta sejarah yang tak dapat dipungkiri pula bahwa terdapat sejumlah besar ulama yang tidak ragu untuk menerima jabatan-jabatan penting tersebut karena melihat sisi maslahat yang menurut mereka lebih besar. Dan jika kita berpindah dan melihat realita kontemporer kaum muslimin, kita akan melihat sebuah kenyataan yang tentu saja sangat jauh berbeda dengan kondisi Islam pada masa-masa sebelumnya. Perbedaan ini terwujud sangat nyata dalam “kemenangan” kekuatan sekularisme dalam pentas kehidupan sehari-hari.Interaksi kaum muslimin sendiri pun sangat jauh berubah terhadap Islam. Setelah sebelumnya agama memiliki kekuatan yang nyaris sempurna terhadap perilaku individu dan masyarakat, kini hampir dapat dikatakan bahwa kekuatan peran agama nyaris tidak melewati batas individu saja kecuali jika ingin mengecualikan beberapa kalangan masyarakat Islam, seperti sebagian masyarakat yang ada di Jazirah Arab misalnya, yang itupun memiliki tingkat kepatuhan dan keterpengaruhan pada Islam yang tidak sama satu dengan yang lain. Meskipun sekularisme (pemisahan agama dengan negara) jelas merupakan ide yang asing bagi umat Islam, namun “anehnya” secara pemikiran dan praktek ia begitu melekat dan mewabah di tengah mereka. Dan itu sampai pada taraf membuat “keinginan untuk menerapkan Syariat Islam” menjelma menjadi tuduhan menakutkan yang kemudian dilemparkan kepada kaum muslimin oleh kaum muslimin sendiri dan yang menyedihkan bahwa sebagian kaum cendekiawannya berperan sangat besar dalam hal ini. Atas dasar situasi yang dilematis inilah terjadi perbedaan pandangan di kalangan kaum muslimin. Ada pula yang berpandangan bahwa masyarakat Islam sedikit banyak masih berada di atas jalan yang semestinya, meskipun mereka sepakat bahwa ada banyak hal yang harus diperbaiki di tubuh umat ini secara lembaga maupun individu. Tapi yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana cara memperbaikinya?

Karena itu tidak mengherankan jika para ulama pun berbeda pandangan dalam menyikapi pemilu yang diselenggarakan di berbagai tempat dan hukum keikutsertaan di dalamnya. Tema inilah yang ingin diangkat dalam acara ini, dimana ia akan berusaha mengulas dan mendudukkan persoalan ini berdasarkan kaidahnya.

Acara ini di dahului dengan pelantikan pengurus ICMI Muda Jakarta Timur dan dilanjutkan dengan diskusi “politik dalam pandangan cendekiawan muslim” ini untuk mengembangkan Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip politik islam berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan hukum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullah dan Ulill Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji. politik islam pada hakikatnya menuju kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat.

Bertempat di kampus STAIZA Lantai 3,jalan Tanah 80, Klender, Duren Sawit, Jakarta timur. selasa/ 11 September 2018 bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1449 H.

Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Muda (ICMI Muda), Dr Abdul Aziz Khafia melantik anggota pengurus Majelis Pimpinan Daerah (MPD) ICMI Muda Jakarta Timur.

“Ditetapkan sebagai pengurus Majelis Pimpinan Icmi Muda Jakarta Timur periode 2018-2023,” ucap Aziz kepada anggota ICMI Muda Jakarta Timur.

Dalam sambutannya, anggota DPD RI itu menyampaikan dua hal yang harus menjadi modal bagi pengurus menjalankan organisasi ICMI Muda.

“Pertama, saya bangga dan mengucapkan selamat kepada jajaran ICMI Muda Jakarta Timur yang baru saja dilantik. Mudah-mudahan sesuai semangat tahun baru Islam, melakukan transformasi, hijrah ke arah yg lebih baik,” kata Aziz.

“Yang kedua momen tempatnya di sini. Ini adalah Azziyadah, artinya bertambah, orang yang masuk Azziyadah mudah-mudahan bertambah berkahnya,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua ICMI Jakarta Timur terpilih, Rofi’atul Fithriyyah mengungkapkan ketelitiannya dalam memilih personel pengurus.

Sebab, menurutnya pengurus ICMI Muda Jakarta Timur harus memiliki loyalitas tinggi terhadap organisasi.

“Saya sangat hati-hati memilih personel sesuai keinginan dan kemampuan. Seperti kita ketahui organisasi ICMI Muda Jakarta Timur anggotanya dituntut memiliki loyalitas yang tinggi,” kata Rofi’atul Fithriyyah.

Kedepannya dia mengajak kepada seluruh pengurus untuk bekerja sama membangun kemajuan organisasi ICMI Muda Jakarta Timur dengan komitmen yang didkukung komunikasi sebagai kunci kemajuan organiasani ini,” katanya

Dalam diskusi ini menghadirkan narasumber Wage Wardana selaku Ketua KPU Jakarta Timur , bg Acun dan keynote speaker oleh Dr Abdul Aziz Khafia selaku ketua MPW ICMI Muda DKI Jakarta.

Wage Wardana mengatakan bahwa Cendekiawan Muslim sangatlah berperan dalam kemerdekaan Republik Indonesia,dan selanjutnya bahwa para pemuda ini haruslah berkontribusi dalam hal demokrasi yakni dengan berpatisipasi dalam pemilu, 17 April 2019 merupakan pemilu legislatif dan pemilu presiden jadi sebagai generasi kita harus berperan aktif dan berpatisipasi untuk sukseskan pemilu ini.

Seperti kata Bung Karno berikan aku 10 Pemuda maka akan aku guncang Dunia, oleh karena nya peran pemuda sangatlah penting terutama para cendekiawan muslim ini,kata Wage dalam penyampaian materinya.
( A W )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

29 − 28 =