Misool Dan Ora, Surga Pariwisata Tersembunyi Di Indonesia Timur

FOKUSATU – Beberapa waktu belakangan ini, wilayah Indonesia timur menjadi sebuah destinasi wisata yang banyak dicari. Semakin ke timur, semakin menarik, langit pun semakin biru dan cantik. Tidak heran akun media sosial orang Indonesia sering berhiaskan foto pemandangan Indonesia timur dengan langit yang sempurna.

Namun, sejalan dengan fenomena wisata ini, beberapa destinasi seakan dilupakan. Padahal tempat-tempat yang seakan dilupakan ini memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri.

Kepulauan Misool

Salah satunya adalah Misool, sebuah kepulauan indah yang berada di dalam Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Pulau-pulau karang berbagai bentuk dan ukuran tersebar di kepulauan ini. Mereka berdiri kokoh menjulang di atas perairan hijau kebiruan.

Sebagian besar pulau tersebut memang tidak berpenghuni, karena konturnya yang tidak memungkinkan bagi masyarakat sekitar untuk menghuninya. Namun pada beberapa pulau terdapat rumah-rumah penginapan sederhana atau yang biasa disebut dengan homestay.

Raja Ampat terdiri dari empat gugusan pulau, yaitu Waigeo, Salawati, Batanta, dan Misool. Namun tidak semua gugusan pulau tadi sering dikunjungi oleh wisatawan. Misool jarang dikunjungi, karena pilihan perjalanan menuju ke sana sangat terbatas.

Dengan kapal feri, Misool dapat dituju melalui Sorong. Itupun hanya tersedia tiga kali perjalanan dalam seminggu. Berbeda dengan Raja Ampat bagian utara yang bisa dituju langsung setiap hari dengan pilihan jalur udara maupun jalur laut.

Waktu perjalanan yang terbatas bukan berarti kita tidak dapat mengunjungi Misool. Ada alternatif rute perjalanan lain yang bisa kita coba, sambil berburu foto. Melalui jalur laut Pulau Seram, Maluku Tengah, kita dapat menghemat waktu dibandingkan melalui Sorong.

Keunggulan melalui rute ini adalah kita dapat singgah di beberapa tempat yang tidak kalah menarik dengan destinasi utama kita. Pantai Ora siap menyambut ketika kita memilih rute alternatif ini.

Sebagai informasi, pantai Ora ini pun bisa dijangkau melalui jalur udara dengan tujuan Ambon. Dilanjutkan dengan jalur laut dari Pelabuhan Tulehu menuju Pelabuhan Amahai, Pulau Seram. Untuk menuju Pantai Ora, kita harus menggunakan long boat dari Desa Saleman yang berjarak 3 jam perjalanan dari Pelabuhan Amahai. Waktu yang diperlukan hanya 10 menit dari Desa Saleman.

Untuk jalur udara, terdapat dua maskapai yang menyediakan penerbangan Jakarta – Ambon (PP) dan Tulehu – Amahai (PP). Rute Jakarta – Ambon (PP) tersedia hingga lima kali jadwal penerbangan. Sementara rute Tulehu – Amahai (PP) hanya tersedia masing-masing satu kali dalam satu hari.

Keindahan Alam

Tidak perlu takut kemaleman, karena di Desa Saleman, dan Pantai Ora terdapat sarana homestay. Bahkan tidak jauh dari Pantai Ora, ada Desa Sawai yang juga menawarkan homestay. Harganya bervariasi, Rp350.000 – Rp650.000 per orang ataupun Rp850.000 – Rp1.350.000 per kamar. Harga yang setimpal dengan keindahan alam yang didapatkan di sana.

Terumbu karang dengan berbagai jenis ikan siap menyambut kedatangan kita di Pantai Ora. Namun ingat, jangan sampai menginjak ataupun merusak terumbu karang di sana.

Ketika sore hari datang, kita pun bisa memanjakan diri dengan menikmati matahari terbenam. Dengan segelas kopi dan pisang goreng, rasanya sore hari akan semakin sempurna di Pantai Ora. Tidak hanya itu, langit pun mendukung kita dengan memunculkan berbagai bintang.

Melanjutkan perjalanan menuju Misool, kita memerlukan 4 jam perjalanan dengan menggunakan speedboat. Pastikan segala alat keselamatan sudah tersedia dan dalam kondisi yang baik. Berlibur tanpa rasa was-was tentu akan sangat menyenangkan.

Mendekati Misool, mata kita akan disuguhkan dengan pemandangan magis berbagai pulau kecil maupun besar.

Misool merupakan daerah segitiga karang dunia dan memiliki puluhan jenis ikan hias di dalamnya. Tidak hanya ikan hias, beberapa ikan lain seperti hiu, dan pari pun juga ada karena laut Misool terhubung dengan laut lepas sehingga lalu-lintas hewan laut pun tinggi.

Budaya

Pulau Misool tidak hanya menyuguhkan wisata alam saja, wisata budaya juga disuguhkan di sana. Peninggalan sejarah berupa lukisan dinding di dalam gua pun banyak terdapat di sana. Menurut perkiraan, usia lukisan “cap tangan” di sana mencapai 50.000 tahun, dan menjadi rangkaian pentunjuk perjalanan manusia dari Barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.

Jangan ragu untuk menghabiskan waktu liburan di sini, masyarakat setempat pun akan dengan senang hati dan penuh keramahan menyambut setiap wisatawan yang datang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 + 2 =